Karena begitu menarik hati dan kadang membuat kita tidak sadar saat melakukannya, dalam agama Islam, Allah Subhanahu Wa Ta'ala (Swt) sampai-sampai menurunkan firmannya kepada Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wasalam (saw) -- untuk disampaikan kepada seluruh manusia - melalui ayat, "Katakanlah (Muhammad), tidaklah serupa sesuatu yang buruk dengan yang baik, meskipun keburukan itu menarik hatimu." (QS. Al-Maidah: 100).
Tentu bukan perkara mudah bagi kita untuk terus menyiram dan memupuk kebiasaan baik -- seperti bertegur-sapa, sekadar tersenyum apalagi menjaga lingkungan dan menghormati serta bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada -- agar tumbuh subur dan menghiasi kepribadian kita. Seperti halnya sosok Gus Dur yang memperjuangkan kebajikan melalui kebijakannya untuk mencabut Inpres No. 14/1967 yang mendapatkan kritik dan cemooh dari berbagai pihak, padahal tujuannya jelas untuk kebaikan semua warga negara agar tidak terjadi perpecahan.
Mark Manson seorang penulis buku terlaris versi New York Time dan Globe and Mail, dengan judul " Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat" (terjemah bahasa Indonesia-red, 2018)" mengatakan, bahwa setiap orang sebenarnya dilahirkan dengan rasa kepedulian dan menganggap semua hal berarti dan menarik hati. Maka, sudah semestinya setiap manusia tumbuh dan menua menjadi pribadi yang peduli terhadap nilai kebaikan. Tinggal bagaimana pendidikan keluarga dan lingkungan serta pengalaman yang membentuk karakternya bisa terjamin atau tidak oleh nilai-nilai kebaikan universal.
Saya meyakini, bahwa perubahan itu pasti. Dan sosok Gur Dur bisa menjadi contoh yang tepat bagi kita untuk terus mencoba menjaga nilai-nilai kebaikan terus tumbuh dan berkembang dalam diri kita dengan tanpa menghilangkan kritik dan cemooh dari pihak lain. Terutama, kita bisa memperlajarinya dari bagaimana didikan keluarganya dahulu, cara dia mengenyam pendidikan di sekolah formal dan non-formal (pesantren), cara dia bergaul dengan berbagai lingkungan sosial, dan yang paling penting adalah tentang kebiasaan sosok Gus Dur dalam memandang setiap permasalahan yang ada, selalu menggunakan sudut pandang kebaikan universal, bahwa kebajikan harga mati untuk kemanusiaan.
Kebajikan mettasik, maybank finance, blog competition.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H