Global Risk Report dalam publikasinya di World Economic Forum (WEF) tahun 2021 mengabarkan, bahwa sembilan tahun ke depan dunia akan mengalami ancaman krisis global, yaitu dengan cuaca ekstrem, kerusakan lingkungan, kegagalan aksi iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan penyakit menular. Tentu ancaman tersebut merupakan efek dari adanya eksploitasi sumber daya alam hari ini.
Bagaimana jika jantungnya stabilitas ekonomi dan keuangan, yaitu alam, hingga mencapai kondisi kritisnya? Bukankah hal itu akan berimbas pada ekonomi dan juga terhadap kualitas kehidupan hari ini hingga masa mendatang?
Investasi dan alam sejatinya dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya merupakan jawaban atas stabilitas ekonomi di suatu negara. Alam dalam hal ini, serupa jantung bagi stabilitas ekonomi, stabilitas ekonomi ditentukan oleh seberapa kuat dan derasnya aliran investasi berjalan, sedangkan pergerakan investasi ditentukan oleh potensi dan kondisi alam.
Peranan negara bangsa tentu yang dipertaruhkan kontribusinya di hadapan wajah masa depan kehidupan dunia mendatang. Kaitannya, manusia merupakan pemeran utama dalam panggung pengelolaan alam, menciptakan target ekonomi dan melakukan aktivitas investasi dengan ragam inovasi.
Pada tahap pelaksanaan, suatu negara tentu tidak berjalan seorang diri. Negara-negara belahan dunia lain dibutuhkan perannya dalam konstelasi investasi, sehingga aktivitas investasi bisa diakumulasi menjadi kekuatan yang memiliki nilai lebih.
Perjalanan panjang investasi terhadap pengelolaan alam rupanya memiliki dampak terhadap masa depan kehidupan. Sehingga, secara tidak langsung kita manusia dituntut untuk melahirkan satu konsep investasi baru yang lebih memperhatikan alam ke depan.
Maka, dengan diselenggarakannya forum internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 di Indonesia saat ini, akan menjadi tolak ukur negara-negara anggota untuk perencanaan investasi yang berkualitas dan berjangka panjang.
Indonesia, sebagai negara yang memegang presidensi G20 tahun ini, tentu siap memimpin diskursus investasi hijau sebagai wujud Indonesia maju dalam ekosistem ekonomi yang mengantisipasi bencana kemanusiaan global yang disebabkan oleh kondisi bumi yang semakin rentan bencana.
Mengapa harus Investasi Hijau?
Selain pandemi Covid-19 yang menghantam kehidupan sejak akhir tahun 2019, pada tahun 2021 yang lalu juga merupakan tahun yang harus kita catat bersama demi kemanusiaan. Bencana alam yang melanda dunia mendorong 23,7 juta aktivitas pengungsian internal baru lahir di tahun 2021. Tercatat, 94 persennya merupakan pengungsian yang disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim. (DW.com, 20/05/22).