Pada perwujudan mu angin pun menjaga, seraya ingin mengelusmu dengan sepoinya.
Hadirku berwujud dedaunan tak terjaga.
Melayang-layang di angkasa.
Kemudian tiba diberanda kuasa mu.
Kecepatan suara seperti keong melambat, di halaman agungnya kalimat.
Kata-kata bijak hilang makna, dimana kau biasa membuang muka.
Seuntai kalimat bertanda tanya semu
Aku mengetuk pintu tanyamu, setelah tanda-tanda itu berseru-seru.
Berseru dalam heran mu
Berseru pada tanyaku
Berseru dengan inginku
Berseru dalam tanya mu, siapakah aku?
Duhai kau perwujudan diam dalam ingin.
Aku hendak membuka pintu-pintu tanya dibalik tralis seru mu.
Berikanlah kunci-kunci kuasa mu.
Agar dengan begitu aku aman dari kejaran asmara,
Walau sebatas tanya, yang berupaya mencapai titiknya.
Rintik Cikande, 22 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H