Mohon tunggu...
Taufik Rohmatul Insan
Taufik Rohmatul Insan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca (walau jarang) Novel, Cerpen, Puisi dan Esai Politik, Hukum, sejarah dan Kebudayaan

Setiap Detik Adalah Kisah Kehidupan. Setiap Manusia Adalah Aktornya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Positif di Balik Tragedi

11 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 11 Maret 2021   21:31 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SuatuPagi didalam ruangan persegi. Aku terbaring diatas kasur berwarna cokelat dengan kipas angin yang menggeleng ke kanan dan kiri yang tak pernah berhenti berbagi. Pagi itu cuaca tak begitu baik. Embun seakan enggan untuk singgah sejenak pada jendela , dedaunan dan ranting kayu pohon mangga.

Lingkungan kostan Ceria ini memang kurang begitu baik. Semua penghuni kostan hidup dengan dunianya masing-masing. Sesama penghuni kostan tidak saling mengenal, karena saking individualisnya. Ditengah fikiran yang tak beraturan, aku dikagetkan oleh suara bising dari kejauhan.

"Woiiii, berhenti woiii" teriakan itu semakin menjadi di gendang telinga. Sontak aku bangkit dan pergi kearah jeritan itu berasal. Tetapi aku hanya disambut oleh sekumpulan penghuni kostan lain yang berdiri di ruang lapang depan kamar kostan.

"Ada apa ini" tanya ku pada seorang tetangga kostan.

"Kurang tau mas. Tapi kayaknya ada yang kemalingan di kostan ini"

"Ya Allah ada-ada aja pagi-pagi begini" celetuk ku "terus itu malingnya lagi dikejar?"

"Iya. Ke arah jalan raya sana. Mau ikutan ngejar, tapi udah ketinggalan jauh juga" jawabnya singkat sembari tangannya membenarkan rambut yang masih berantakan bekas bangun tidur.

Suasana pagi itu menjadi semakin mencekam. Para penghuni kostan berkumpul dan membicarakan terkait apa yang sudah terjadi di kostan yang mereka tinggali. Dari arah barat sinar matahari sudah mulai menampakan ke gagahannya. Tetapi obrolan itu berlanjut di pelataran salah satu penghuni kostan.

"Kostan kita sudah tidak aman. Ini bahaya" Ucap seorang penghuni kostan

"Iya. Kita harus segera lapor ke pemilik kostan, supaya bisa dipasangin cctv atau di tugasin keamanan di kosan ini" seorang yang lain menambahkan

"Betul tuh. Setidaknya kita gak terlalu hawatir soal keamanan" ucapku

Tak lama di pertengahan obrolan penghuni kostan. Pemilik kostan tiba dengan tergesa-gesa dan menghampira perkumpulan kita. Rupanya ia mendapatkan informasi kejadian ini dari pak RT, melalui telpon. Ia menanyakan terkait kamar siapa yang kemalingan sampai ia berjanji akan memasang cctv di setiap sudut kostan.

"Ini bahaya jika dibiarin tanpa penanganan" ucap pemilik kostan "Di masa Covid kaya gini kita emang perlu lebih berhati-hati, soalnya banyak orang yang ekonominya tiba-tiba menurun karena adanya covid. Kasian memang"

"Iya bu ada kemungkinan ini akibat itu bu, soalnya sebelumnya kejadian kayak gini gak pernah terjadi disini" balas seorang penghuni kostan.

Perkumpulan penghuni kostan tak terasa sudah menghabiskan waktu berjam-jam. Tetapi untunglah hari itu bukan hari masuk kuliah. Pembicaraan pagi itu semakin menjadi, membicarakan terkait motor penghuni kosan yang di curi, kondisi si pemilik, nasib si maling kalo ketangkep, sampe diperketatnya keamanan di kostan yang mereka tinggali.

"Ada benernya yang di sampein sama ibu kostan tadi. Kalo Covid ini banyak menimbulkan masalah bagi keamanan di masyarakat kita. Selain kesehatan fisik, pendidikan, peribadatan, sampai kebidang pekerjaan. Tetapi covid ini bisa menimbulkan penyakit yang udah lama ilang di madyarakat, yaitu sifat barbarian atau penjarahan karena kebutuhan yang tidak tercukupi"

"Iya betul, tapi semoga aja engga terjadi sampe separah itu. Serem ah kalo itu sampe terjadi di Indonesia"

"Yaaa pokoknya kalo gua berharapnya kondisi kaya gini cepet selesai dan kita bisa aktivitas kayak biasanya lagi"

"Iya amiiiin. Memang gak terlalu nyaman kalo semua aktivitas kita lakukan di balik layar kaya begini"

Tidak seperti biasanya. Sifat individualis di kost-kostan ceria, seketika berubah menjadi lebih akrab dan hangat, karena kejadian yang terjadi di pagi itu. Semua saling mengenal, bertukar cerita dan canda tawa. Kehangatan pagi itu semakin menjadi, sebab sinar matahari sudah mencapai seperempat dalam edarannya. Para penghuni kostan sudah bubar dan kembali ke kostannya masing-masing.

"Semoga bisa kekejar dan aman itu motor sama malingnya" Pintu terbuka dan aku kembali baringan di atas kasur dengan lantunan lagu banda neira yang menari-nari lembut di seisi ruang kamar persegi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun