SuatuPagi didalam ruangan persegi. Aku terbaring diatas kasur berwarna cokelat dengan kipas angin yang menggeleng ke kanan dan kiri yang tak pernah berhenti berbagi. Pagi itu cuaca tak begitu baik. Embun seakan enggan untuk singgah sejenak pada jendela , dedaunan dan ranting kayu pohon mangga.
Lingkungan kostan Ceria ini memang kurang begitu baik. Semua penghuni kostan hidup dengan dunianya masing-masing. Sesama penghuni kostan tidak saling mengenal, karena saking individualisnya. Ditengah fikiran yang tak beraturan, aku dikagetkan oleh suara bising dari kejauhan.
"Woiiii, berhenti woiii" teriakan itu semakin menjadi di gendang telinga. Sontak aku bangkit dan pergi kearah jeritan itu berasal. Tetapi aku hanya disambut oleh sekumpulan penghuni kostan lain yang berdiri di ruang lapang depan kamar kostan.
"Ada apa ini" tanya ku pada seorang tetangga kostan.
"Kurang tau mas. Tapi kayaknya ada yang kemalingan di kostan ini"
"Ya Allah ada-ada aja pagi-pagi begini" celetuk ku "terus itu malingnya lagi dikejar?"
"Iya. Ke arah jalan raya sana. Mau ikutan ngejar, tapi udah ketinggalan jauh juga" jawabnya singkat sembari tangannya membenarkan rambut yang masih berantakan bekas bangun tidur.
Suasana pagi itu menjadi semakin mencekam. Para penghuni kostan berkumpul dan membicarakan terkait apa yang sudah terjadi di kostan yang mereka tinggali. Dari arah barat sinar matahari sudah mulai menampakan ke gagahannya. Tetapi obrolan itu berlanjut di pelataran salah satu penghuni kostan.
"Kostan kita sudah tidak aman. Ini bahaya" Ucap seorang penghuni kostan
"Iya. Kita harus segera lapor ke pemilik kostan, supaya bisa dipasangin cctv atau di tugasin keamanan di kosan ini" seorang yang lain menambahkan
"Betul tuh. Setidaknya kita gak terlalu hawatir soal keamanan" ucapku