Pada kejenuhan dalam sayup-sayup udara hari Jum'at, tidak ada aktivitas yang kurasa berarti. Mungkin karena kemandegan agenda di hari itu, atau lebih mungkin karena kemalasan diri.Â
Siang itu hanya tengkurap, terbaring, mungkin sesekali duduk sambil menyeringai di depan gawai, tetapi itu sangat membosankan bagi aktivitas fikiran. Padahal waktu itu, fisikku berada di antara rentetan buku di dalam perpustakaan Rumah Dunia.Â
Entah di sengaja atau tidak, mata fisik ku tertarik oleh salah satu buku yang terhimpit oleh beberapa buku di salah satu rak buku perpustakaan itu. Buku itu berjudul "13 Srikandi Survivor" karya Ganezh.Â
Gambaran pertama setelah melihat cover buku itu, terbayang bahwa isi yang di suguhkan oleh buku karya Ganezh itu adalah sesuatu yang menyeramkan, atau boleh dikata penuh dengan darah.
Timbul dari penasaran, akhirnya cover sudah berganti lembar pengantar. Tiba di lembar pertama, saya langsung dikagetkan dengan tumpukan paragraf yang penuh dengan kritik, terhadap si penulis dan proses penulis dalam menyusun buku 13 Srikandi Survivor. Tetapi di akhir paragraf sangat menusuk dan menarik para calon pembaca untuk membaca buku karya Ganezh ini, dengan kalimat "Jangan baca buku ini di pesawat dan saya menangis disaat mengoreksi buku ini"Â
***
Novel 13 Srikandi Survivor adalah buku yang menceritakan tentang perjuangan korban pesawat Madame Air yang terjatuh di suatu hutan dengan kondisi yang mengenaskan. Diperankan oleh tokoh utama Kikan sebagai mahasiswi kota yang kurang pengalaman dalam hal Traveling dan tokoh  Alang seorang mahasiswa pecinta alam.Â
Sekilas dalam novel itu seakan hendak menceritakan tentang sepasang mahasiswa yang baru kenal yang kemudian akan saling cinta. Tetapi, hmm kalian harus membaca novel itu, karena ada banyak hal yang saya dapatkan dari membaca Novel tersebut, yaitu:Â
1. Jangan menyalahkan Nasib
Dalam obrolan singkatnya Alang dan Kikan di dalam pesawat, Alang memberikan pengertian bahwa Nasib tidak perlu dijadikan alasan dalam menjalani hidup, karena hidup adalah tergantung kita memilihnya.
Masih dalam obrolan singkatnya, berangkat dari pertanyaan Kikan tentang nasib dan takdir. Alang menjelaskan bahwa Nasib adalah peruntungan hidup dan Takdir adalah ketentuan hidup. Nasib masih bisa kita rubah atau dalam kuasa manusia dan Takdir adalah kekuasaan tuhan