Mohon tunggu...
Rinrin Siti Maemunah
Rinrin Siti Maemunah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar, Refleksi dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips Menulis Cerita Fiksi

1 Juli 2023   18:27 Diperbarui: 1 Juli 2023   18:34 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada pertemuan malam ini tepat pada tanggal 30 Januari 2023 yaitu pertemuan ke-10, dengan narasumber bapak Sudomo, S.Pt yang dikenal juga dengan nama Mazmo dan Bapak moderator yaitu Bapak Bambang Purwanto, S.Kom, Gr yang biasa dipanggil Mr. Bams

Pada Materi malam ini yaitu tentang menulis Fiksi, jika melihat materi ini banyak sekali cerita yang ingin saya tuliskan hanya masih bingung memulai dari mana, ampun dech.

Bapak narasumber pada malam ini akan berbagi materi dengan menggunakan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Aksi Nyata.Secara berurutan akan dibahas sebagai berikut:

  1. Mulai dari Diri

Yaitu Mumempersilahkan para peserta untuk menceritakan pengalamannya dalam menulis cerita fiksi

  1. Eksplorasi Konsep. Pada alur ini, Bapak/Ibu saya persilakan mempelajari secara mandiri materi yang telah saya siapkan dalam bentuk cerita pendek. Bapak/Ibu bisa membaca dan membuat catatan/pertanyaan terkait materi yang ingin digali lebih dalam lagi. Silakan membaca di tautan ini https://s.id/MateriSudomo

Aku memberikan penguatan atas pertanyaan Bu Ayu. Setelahnya mulai menjelaskan dengan perlahan-lahan agar mudah dipahami olehnya. Aku menjelaskan bahwa syarat pertama agar bisa menulis fiksi adalah komitmen dan niat kuat untuk menulis. 

"Nah komitmen dan niat ini erat kaitannya sama upaya mempelajari dan menyelesaikan tulisan yang telah dimulai. Gitu," jawabku sambil melemparkan senyum tipis ke arahnya. 

Bu Ayu merespons jawabanku dengan sebuah pertanyaan, "Lalu bagaimana tentang syarat lainnya yaitu kemauan dan kemampuan melakukan riset, Pak Mo? Emang tulisan fiksi butuh riset juga, ya?"

"He he he... iya, dong! Meskipun metodenya beda sama tulisan nonfiksi, tapi dengan kemauan dan kemampuan riset, penulis dapat dengan mudah menulis cerita. Misalnya, terkait setting tempat. Kalau kita riset melalui literatur atau lapangan, kita akan bisa menulis tempat dengan detail. Gitu, Bu," mataku panjang lebar menjelaskan. 

Setelahnya aku melanjutkan diskusi terkait syarat agar bisa menulis fiksi, yaitu membaca karya fiksi orang lain untuk memperoleh gambaran tentang teknik kepenulisan, gaya bahasa, dan menambah kosa kata. Lebih jauh diskusi juga membahas hal lainnya, yaitu menguasai PUEBI dan KBBI, menjaga konsistensi menulis, dan memahami dasar-dasar menulis fiksi. 

"Terkait dasar-dasar menulis fiksi, pasti Bu Ayu udah paham banget dong apa aja. Iya, dong! Guru Bahasa Indonesia gitu, lho! He he he... " kataku sambil tertawa. 

Bu Ayu pun ikut tertawa kemudian berkata, "Ye... tapi, kan, aku jarang nulis cerita fiksi kayak Pak Mo."

Setelah memberikan penguatan, aku meminta Bu Ayu menjelaskan tentang dasar-dasar menulis fiksi. Dengan gamblang dia pun menjelaskan tentang bentuk-bentuk serta unsur-unsur pembangun cerita fiksi. Dia menjelaskan bentuk-bentuk cerita fiksi meliputi cerpen, novelet, novela, dan novel. Aku menambahkan bentuk-bentuk lainnya, yaitu fiksimini, flash fiction, dan pentigraf. Guru Bahasa Indonesia itu menganggukkan kepala ketika aku menjelaskan tentang perbedaan semuanya, yaitu tergantung pada jumlah kata. 

Aku kembali tersenyum, "Wow! Penjelasan yang luar biasa, Bu Ayu. Terus kalau unsur-unsur pembangun cerita fiksi yang Bu Ayu tahu apa aja?"

Bu Ayu terlihat mengerutkan keningnya sejenak. Sejurus kemudian dia menggerakkan jemarinya menghitung mulai dari satu. Dia pun menjelaskan unsur pembangun pertama, yaitu tema, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang. Setelah dia selesai menjelaskan, aku kemudian menambahkan premis sebagai salah satu unsur pembangun cerita fiksi. 

"Premis itu apa sih, Pak Mo?" tanya Bu Ayu sambil membuka halaman buku yang dipegangnya. 

Aku pun mulai menjelaskan, "Premis itu adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Premis ini akan memudahkan dalam mengembangkan cerita. Unsur premis, yaitu karakter, tujuan tokoh, rintangan/tantangan, dan resolusi."

Sepasang mata Bu Ayu terlihat berbinar. Meskipun demikian terlihat masih menyisakan tanda tanya. 

"Contoh premis itu gimana, sih, Pak Mo?" tanyanya sambil menatap lekat ke arahku. 

Aku pun memberikan contoh, yaitu seorang penyihir cilik yang harus berjuang menaklukkan penyihir jahat demi ketenangan dunia. Dari contoh premis itu aku pun merangkai tanya kepada Bu Ayu. 

"Nah dari contoh itu, premis cerita film apakah itu?" tanyaku sambil tersenyum. 

Kening Bu Ayu terlihat sedikit berkerut. Kemudian setelahnya dia menjawab dengan lantang, "Harry Potter!"

"That's right!" jawabku sambil mengacungkan jempol. 

Aku dan Bu Ayu pun tergelak. Tawa lepas memenuhi ruangan. Tawa yang membuat beberapa pasang mata tertuju kepada kami berdua. Secara hampir bersamaan kami pun menutup mulut dengan tangan masing-masing. Diskusi siang itu pun kembali berlanjut. Kali ini membahas tentang tips menulis fiksi. 

Aku pun menjelaskan mulai dari niat untuk menulis, yaitu motivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan. Tips berikutnya yang aku sampaikan ke Bu Ayu adalah membaca karya fiksi orang lain sebagai referensi. Tidak lupa aku menjelaskan tentang ide dan genre cerita. Terkait dengan ide yang bisa ditemukan melalui imajinasi dan mengasah kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan terkait genre cerita, aku menyarankan kepadanya untuk memilih yang disukai dan dikuasai. 

"Itu doang, Pak Mo?" tanyanya sambil membuka halaman terkait tips mudah menulis cerita fiksi. 

Aku pun melanjutkan penjelasan bahwa masih ada tips lainnya, yaitu membuat outline atau kerangka cerita berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi. Tujuannya adalah agar cerita tidak melebar ke mana-mana. Selain itu, aku juga menjabarkan tentang pentingnya mulai menulis ide yang ada. 

Bagian menulis ini meliputi, membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik), melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca, menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh, menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi, memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas, memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi), dan membuat ending yang baik. 

"Wah ternyata menulis cerita fiksi itu mudah, ya, Pak Mo," kata Bu Ayu bersemangat. 

Aku pun menanggapi perkataannya itu dengan kalimat penguat, "Pasti, dong, Bu. Asal ada kemauan untuk memulai dan menyelesaikan cerita yang sudah ditulis. Jangan lupa melakukan swasunting sebelum tulisan diterbitkan. Kalau Bu Ayu mau, saya yakin pasti bisa! Gimana masih malas menulis cerita fiksi, Bu? He he he... . "

Bu Ayu mengembangkan senyumnya. Senyum lepas setelah yakin bahwa dia sanggup memulai dan menuntaskan cerita fiksi yang akan ditulisnya. 

"Enggak, dong! Kan, udah dapet ilmunya. He he he.... " jawabnya tersenyum lebar. 

Obrolan pun usai setelah aku memberikan tugas pada Bu Ayu untuk dieksekusi menjadi sebuah cerita fiksi. Tugas itu, yaitu menentukan lima tema yang disukai dan dikuasai. Setelah itu aku juga memberikan tugas kepadanya memilih satu tema untuk dijadikan premis kemudian dikembangkan menjadi satu cerita fiksi. Dia pun menyatakan kesanggupannya. 

Obrolan benar-benar usai saat dia mengucapkan terima kasih dan perlahan keluar ruangan kembali ke ruang guru. Kembali hanya suara kipas angin menemaniku di ruangan. Kesejukannya mampu membuatku kembali tersenyum. Harapan baru tercipta dari keinginan kuat seorang teman dekat untuk mengikuti jejak menulis cerita fiksi.

Aku pun menjelaskan mulai dari niat untuk menulis, yaitu motivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan. Tips berikutnya yang aku sampaikan ke Bu Ayu adalah membaca karya fiksi orang lain sebagai referensi. Tidak lupa aku menjelaskan tentang ide dan genre cerita. Terkait dengan ide yang bisa ditemukan melalui imajinasi dan mengasah kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan terkait genre cerita, aku menyarankan kepadanya untuk memilih yang disukai dam dikusai

  1. Ruang Kolaborasi. Pada alur ini saya berikan beberapa kalimat, silakan Bapak/Ibu lanjutkan sendiri menjadi satu paragraf nanti di dalam resume, ya.

Berikut ini adalah kalimat yang bisa Bapak/Ibu lanjutkan:

Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di kejauhan. Semakin lama kian mendekat.

  1. Demonstrasi Kontekstual. Pada alur ini silakan Bapak/Ibu menuliskan 5 tema yang paling disukai dan kuasai. Selanjutnya boleh menuliskannya di notes HP atau docs atau di mana saja yang paling menyenangkan

  1. Elaborasi Pemahaman, pada alur ini para peserta dipersilahkan untuk mengirim pertanyaan melalui moderator

Pada sesi ini saya membuat pertanyaan yaitu:

Bagaimana cama membuat outline?

Dan penjelasan dari narasumber yaitu sebagai berikut:

  1. Menyusun kerangka berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi

  2. Menentukan tema, sehingga pembaca akan mengerti ruang lingkup cerita fiksi kita

  3. Membuat premis sesuai tema

  4. Menentukan unsur alur berdasarkan unsur-unsurnya

  1. Koneksi Antarmateri. Pada alur belajar ini, silakan Bapak/Ibu menuliskan kesimpulan dari materi belajar malam ini. Kesimpulan belajar malam ini, silakan Bapak atau Ibu tuliskan di resume yang dibuat.

  1. Aksi Nyata. Alur ini, yaitu terkait dengan penerapan materi malam ini dalam bentuk tulisan, yaitu resume hasil belajar. Resume dalam bentuk bebas.

Alhamdulillah sesi pembelajaran telah selesai, terima kasih bapak narasumber dan bapak moderator, sehat dan sukse selalu.

Rinrin Siti Maemunah_SMKN 1 Cihampelas Kab. Bandung Barat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun