Banyak kalangan yang menyebut bahwa olah raga lari sedang menjadi trend di Indonesia saat ini. Sebagai pelari saya tidak menyebutnya sebagai trend tahunan yang datang lalu hilang pada tahun berikutnya, namun saya lebih suka mengatakan bahwa budaya lari baru saja memasuki Indonesia dan akan tetap ada di Indonesia untuk jangka waktu yang lama.
Saya berlari sejak tahun 2012 dengan motivasi agar fisik saya lebih kuat dan sehat karena saya tidak ingin lagi menderita TBC seperti yang saya alami pada tahun 2011. Dokter memang menyarankan setelah menjalani masa pengobatan 6 bulan sebaiknya berolahraga karena bakteri TB dapat aktif pada kondisi tubuh yang lemah.
Pada tahun 2014 ini sudah banyak orang yang berlari, komunitas lari semakin beragam, workshop tentang lari sudah bermunculan dan kompetisi lari di Indonesia sudah hampir ratusan jumlahnya.
Menurut saya itu adalah hal positif yang menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang peduli akan kesehatannya dan makin mudahnya orang termotivasi untuk melakukan olahraga paling melelahkan ini.
Selama 1 tahun terakhir saya aktif mengajak teman saya untuk berlari. Syukurlah sudah puluhan teman saya yang tertarik untuk ikut berlari bahkan ada juga yang merasa termotivasi karena melihat hasil workout atau foto lari saya di media sosial.
Ada sedikit cerita menarik di tahun 2014 ketika saya mendapat undangan untuk mengikuti group challenge dengan total peserta 50 group di kantor saya. Peraturannya tiap group terdiri dari 4 peserta dimana pemenangnya adalah group dengan total catatan finish time paling sedikit.
Dari sini lah saya mulai menjadi pelatih lari bagi teman-teman kantor saya sendiri. Saat berlatih mereka tak jarang mengeluh kelelahan & ingin menyerah. Tapi alhamdulillah mereka tetap semangat & bisa mengeluarkan semua potensi terbaik mereka saat berlomba sehingga kami bisa mendapatkan podium 1 pada kompetisi tersebut.
Ekspresi kelelahan saat mereka berlatih sirna sudah berganti dengan wajah ceria dan sumringah saat menaiki podium juara. Perasaan bangga juga saya rasakan ketika untuk pertama kalinya berhasil meraih podium 1 sebagai pelari sekaligus pelatih.
Untuk mengikuti kompetisi lari butuh suatu persiapan dan dari sana lah saya merasakan manfaat dari berlari, diantaranya sebagai berikut :
1. Lebih disiplin bangun pagi dan tidak tidur larut malam agar tubuh fit untuk berlari esok paginya & mampu menyerap hasil latihan selama ini yang membuat pikiran lebih fresh serta fokus sehingga dapat menunjang kinerja kita sehari-hari.
3. Efisiensi pembakaran kalori dan lemak dapat meningkat tidak hanya saat berlari tetapi juga beberapa jam setelah itu sehingga dapat meningkatkan metabolisme tubuh yang berdampak pada menurunnya berat badan dan mengecilkan lingkar perut. Tapi ini hanya efek samping saja, tubuh yang sehat lebih utama dari sekedar bentuk tubuh yang atletis.
4. Jadi lebih semangat untuk latihan kekuatan (strength) seperti push up, sit up, squat agar performa lari makin baik dan tidak mudah cedera. Sehingga tanpa disadari dengan kombinasi berlatih kardio dan beban maka tubuh makin kuat dan lebih atletis.