Mohon tunggu...
Rin Muna
Rin Muna Mohon Tunggu... Penulis - Follow ig @rin.muna

Walrina Munangsir Penulis Juara Favorite Duta Baca Kaltim 2018 Pemuda Pelopor Kaltim 2019 Founder Taman Bacaan Bunga Kertas

Selanjutnya

Tutup

Nature

Jika Samboja Tak Jadi Ibu Kota, Bagaimana Nasib Hutan Kalimantan?

5 September 2019   17:54 Diperbarui: 5 September 2019   18:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak Presiden Joko Widodo mengumumkan lokasi pemindahan Ibukota, Samboja tiba-tiba menjadi berita di mana-mana.

Ya, Samboja adalah salah satu wilayah yang sempat dikucilkan dan kerap dibully karena dianggap tidak ada di peta. Bahkan, hampir semua lokasi wisata di Samboja lebih banyak diklaim oleh kota Balikpapan dan menjadi salah satu tujuan wisata dari wisatawan Balikpapan.

Samboja itu di mana sih?

Samboja memang bersebelahan dengan kota Balikpapan. Oleh karena itu, banyak paket wisata di Balikpapan yang menawarkan pemandangan wisata Samboja yang menjadi salah satu tujuan wisata para turis.

Samboja memiliki banyak tempat wisata, mulai dari Bukit Bangkirai, Orang Utan Survival sampai pantai-pantai yang indah.

Sepanjang jalan tentu kita bisa melihat bahwa Bukit Soeharto yang ada di wilayah Samboja adalah hutan lebat yang merupakan salah satu paru-paru dunia. Lalu, bagaimana jika Samboja menjadi ibukota? Bagaimana nasib hutan yang ada di Samboja dan Kalimantan.

Saat ini, banyak orang yang tiba-tiba peduli dengan lingkungan di Kalimantan. Seolah-olah ibukota adalah satu-satunya alasan hilangnya hutan Kalimantan yang merupakan  paru-paru dunia.

Mereka bahkan tidak tahu bagaimana kondisi yang sebenarnya. Apakah hutan Kalimantan yang dibilang paru-paru dunia itu kondisinya masih baik?

Aku tinggal di Samboja. Di lingkungan yang dulu asri, dingin, banyak pepohonan dan udaranya sejuk. Tapi, beberapa tahun terakhir suasana itu terenggut dengan hadirnya tambang batubara yang merajalela. Tak usah jauh-jauh, di dekat rumahku saja ada aktivitas pertambangan di tengah pemukiman. Belum lagi jalan depan rumah yang menjadi salah satu jalan untuk hauling batubara. Hutan Kalimantan bahkan sudah dirusak sebelum menjadi ibukota. Terlebih wilayah Samboja yang bukan hutan konservasi. Bukit Soeharto yang merupakan hutan lindung dan konservasi saja nasibnya mengenaskan. Bagaimana dengan hutan yang ada di Samboja dan beberapa hutan yang ada di Kalimantan.

Cobalah sejenak melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. Melihat begitu padatnya aktivitas tambang batubara di Kalimantan. Kalau hanya melihat bagian luarnya, memang benar di jalan provinsi semuanya masih terlihat hutan. Tapi siapa sangka kalau ada banyak aktivitas pertambangan yang ada di Samboja.

Awalnya, aku kurang setuju dengan pemindahan ibukota ke Samboja karena akan mengakibatkan rusaknya alam dan lingkungan. Tapi, setelah melihat konsep forest in the city, aku rasa tidak terlalu buruk untuk kondisi di lingkungan Samboja. Aku justru berharap, pemindahan ibukota ke Kalimantan bisa mengurangi aktivitas pertambangan batu bara karena beralih fungsi menjadi wilayah kerja pemerintahan dan tentunya tetap harus memerhatikan aspek ekologi.

Jadi, jangan menjadi orang yang tiba-tiba peduli lingkungan hanya untuk mengkritik pemerintahan terkait pemindahan ibukota. Kemarin, waktu tambang batubara masuk dan merajalela, kalian ke mana? Membiarkan saja aktivitas tambang batu bara berjalan dan dengan bangganya menjadi pekerja di perusahaan batu bara dengan gaji besar. Kalau memang peduli dengan lingkungan dan hutan di Kalimantan, seharusnya sudah kita lindungi keberadaaan hutan sejak belasan tahun lalu sebelum tambang batubara merajalela.

Samboja, sekalipun tidak menjadi ibukota, alam dan lingkungannya akan tetap rusak oleh aktivitas pertambangan dan juga pertambahan jumlah penduduknya itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun