Hai, Kompasianer...!
Ini bulan Desember, sudah memasuki musim penghujan. Tak heran jika pagi ini aku sudah terjebak hujan. Sialnya, mantel yang biasa aku simpan di bagasi motor dengan sengaja aku keluarkan untuk kujemur dan kemudian lupa memasukkannya kembali.
Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam, duduk di kursi tunggu sambil sesekali memandang ke arah luar untuk memastikan hujannya sudah reda atau belum. Â Beberapa pelanggan sudah mulai berdatangan untuk mengambil atau mengirim paketan. Pelanggan yang menggunakan kendaraan roda empat atau pengguna roda dua yang mengenakan mantel, tentunya tidak perlu mencari tempat berteduh seperti yang aku lakukan.
Karena penasaran, akhirnya aku mengunjungi situs yang tertera di sana, yakni jne.co.id dan melihat banyak produk layanan yang dihadirkan oleh JNE. Wah, asyik nih! Harusnya aku bisa saja menggunakan layanan JNE Intracity untuk mengambil pesanan sambal buah naga yang merupakan salah satu produksi UMKM sahabatku. Aku tidak perlu bersusah payah sampai kehujanan di jalan seperti ini.
Akhirnya, beberapa menit kemudian hujan pun reda. Aku melanjutkan perjalanan ke rumah sahabatku yang memiliki usaha UMKM di kota Balikpapan. Sesampainya di rumah sahabatku, ia menyambutku dengan sangat ramah. Aku melihatnya sedang sibuk packing barang yang akan dikirim ke beberapa tempat, baik di dalam maupun luar kota.
Rendy Saputra lahir di Balikpapan, 17 Februari 1992. Berawal dari keterlambatannya mendaftar kuliah di salah satu universitas di Yogyakarta pada tahun 2010. Kemudian ia dan ibunya berpikir untuk menjual roti dan kue kering. Niatnya diawali dengan membeli oven dan mixer, kemudian berjualan kue kering selama satu tahun. Pada awal tahun 2011, salah satu gurunya mengajak untuk mengikuti pelatihan dan seminar tentang UMKM. Selama satu tahun ia mengikuti kegiatan tersebut. Gurunya itu pun menyarankan agar ia memiliki produk unggulan yang bisa dijadikan oleh-oleh khas kota Balikpapan.
Pada tahun 2013 diadakan festival makanan khas Balikpapan yang diadakan oleh Disperindagkop kota Balikpapan. Ia membuat salah satu produk khas yakni dodol kepiting. Dodol kepiting ini rasanya enak, gurih dan asin. Sengaja tidak dibuat manis karena menggunakan ada campuran kepiting sebagai bahan baku pembuatan dodol tersebut. Dodol kepiting ini mendapat juara 2 dengan inovasi barunya.
Berikut ini gambar dodol kepiting buatan Rendy Saputra:
Pada tahun 2015, ia memproduksi Sambal Buah Naga dan Sambal Pepaya Mini. Buah naga dan pepaya mini saat ini menjadi buah lokal Balikpapan. Â Secara kebetulan di sekitar rumahnya banyak petani cabai. Kemudian ia terinspirasi untuk membuat Sambal Buah Naga. Sambal Buah Naga ini mendapat juara 3 kategori panganan basah sebagai inovasi baru pada festival makanan khas kota Balikpapan.
Â
Dari sanalah nama bran RS. SNACK (Berlin) banyak dikenal oleh masyarakat. Sejak itu ia sering mengikuti pameran keluar kota yang diadakan oleh Disperindagkop, bukan hanya mempromosikan Sambal Buah Naga, tapi semua produk oleh-oleh khas Balikpapan. Pada Bulan Desember 2018 ini, Rendi sudah mulai menempati SIKT (Sentra Industri Kecil Teritip), rumah produksi yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian / Perindustrian Balikpapan.
Berikut ini rumah industri yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian:
Selain usaha di bidang kuliner, usaha UMKMnya juga merambah dunia fashion. Pada tahun 2017 ia membuat kaos yang memperkenalkan ciri khas kota Balikpapan. Ia berkesempatan untuk memamerkan produk kaosnya di UMKM Fair yang diselenggarakan oleh Koperasi Semayang tahun 2017 di Pentacity.Â
Ada banyak sekali potensi UMKM di Kalimantan yang siap bersaing baik secara lokal, nasional maupun internasional. Peran serta masyarakat dan dukungan dari pemerintah tentunya menjadi salah satu faktor penting pertumbuhan ekonomi UMKM secara baik dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, peran serta jasa pengiriman barang menjadi kebutuhan yang penting. Aku sempat bertanya pada Rendy soal jasa pengiriman yang ia gunakan. Ia telah menggunakan jasa JNE dan juga ekspedisi lainnya. Namun, pengiriman barang ke luar pulau Jawa masih termasuk mahal bagi para pelaku usaha di Kalimantan.Â
Misalnya, pengiriman barang dari Balikpapan ke Jakarta atau sebaliknya dengan ongkos kirim sebesar Rp 27.000 per kilogram. Jika ingin mengirim barang sebanyak 10 kg, maka Rendy harus merogoh kocek sebanyak Rp 270.000 per 10 kg. Terlebih sambal buah naga yang hanya bisa memuat sebanyak 6 pcs per kilonya. Maka, ongkir per pcsnya saja sudah Rp 4.500. Jika dikirim ke pulau Jawa, harganya akan jauh lebih tinggi dengan harga di Kalimantan. Tentu ini menjadi salah satu kendala dalam memasarkan produk-produk asli Kalimantan karena harganya menjadi tidak kompetitif.Â
Oleh karenanya, aku juga memberitahu pada Rendy bahwa JNE saat ini sudah memiliki produk layanan JNE Trucking yang jauh lebih murah. Jika ongkir dengan layanan biasa Rp 270.000 per 10 kg, dengan layanan JNE Trucking, pelanggan bisa mengirim barang dengan ongkir Rp 115.000 per 10 kg. Menjadi hemat ongkirsekitar dari 50% dari pengiriman biasanya. Dan JNE Trucking ini juga mengutamakan para pelaku usaha UMKM di daerah yang sedang mengembangkan usahanya.Â
Kompasianer bisa baca tulisanku tentang JNE Trucking sebelumnya  >>Di Sini<<
Tentunya, pertumbuhan ekonomi UMKM harus didukung oleh seluruh stakeholder agar perkembangannya dapat menjadi lebih baik lagi dan siap bersaing dalam pasar global. Untuk itu JNE hadir memberikan pelayanan terbaik dengan berbagai produk guna memfasilitasi dan mendukung tercapainya dunia  perekonomian Indonesia yang mandiri, kuat dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI