Minggu demi minggu berlalu begitu saja.
Waktu begitu cepat berlalu.Â
Rasanya aku masih terpekur di pembaringan. Tak tahu apa yang sedang kurencanakan. Tak tahu apa yang seharusnya aku kerjakan.
Kadang, langkah yang kubawa begitu berat. Jalan yang kutuju membuntu atau bahkan membeku. Jika tidak beku, terlalu banyak duri yang aku harus lalui. Terluka, sakit, itu pasti. Hanya pilihan untuk berhenti terluka atau tetap terluka untuk menggapai impian yang penuh dengan rintangan.
Aku bimbang...
Entah kapan hatiku bisa menerima kenyataan.
Mungkin benar, bahwa setiap hal sudah digariskan oleh Tuhan. Bahkan semut pin diciptakan untuk mencuri gula. Gula yang menjadi satu bagian manis dalam hidup kita. Namun, kita tidak menyadari karena oa tal menyakiti.
Padahal sama saja dengan anjing yang menggigit. Bahkan, tak secuilpun daging kita dikecap. Hanya rasa sakit yang bisa kita rasakan. Walau tak ada apa pun yang diambil dari hidup kita.
Tentulah kita akan mengingat hewan yang pernah menggigit walau hanya sekali daripada mengingat hewan yang mencuri makanan kita berkali-kali.
Ada hal yang bisa aku terima dan tidak.
Tapi, Tuhan sudah mengatur semuanya dan mengajarkan.
Bukan tentang bagaimana cara kita menolak rasa sakit. Tapi, bagaimana cara kita mengagumi rasa sakit itu dan menjadikannya kekuatan untuk menjlani kehidupan yang lebih baik lagi.
Salam malam,
Rin Muna
East Borneo, 28 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H