"Mas... Kenapa makhluk ghaib bisa datang di saat pertunjukkan seni kuda lumping sementara tidak ada sesajen dan ritual untuk memanggil makhluk ghaib tersebut. Dari mana mereka datang? Apa dari musik yang dialunkan?" tanyaku.
"Nah, Iya bisa jadi itu. Jadi, dalam gending Jawa itu ada dua jenis. Yang pertama, gending untuk acara hiburan. Yang kedua, gending yang diperuntukkan untuk pemanggilan makhluk ghaib atau arwah. Coba kamu menyanyikan lagu 'Lingsir Wengi' di tengah malam. Pasti rasanya akan jauh berbeda saat kamu menyanyikannya di siang hari," jawab Mas Jurnalis.
Aku mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda mengerti. Ya... cukup masuk akal karena menurutku gending klasik yang ada dalam Tarian Jawa Tengah itu cukup menghipotis jika benar-benar dinikmati. Kamu bisa dengarin musiknya dalam video ini. ( URL Video Pilihan Gue)
Oke... itu adalah jawaban dari rasa penasaranku. Tentang proses bagaimana makhluk ghaib itu berdatangan dalam sebuah pagelaran seni. Memang ada dua jenis, yang pertama diundang dan yang kedua tidak diundang. Makhluk ghaib bisa datang dengan sendirinya dan bisa datang dengan undangan (ritual).
Lalu... pertanyaan berikutnya, bagaimana menyembuhkan orang yang kesurupan?
Pertanyaan ini aku ajukan pada salah seorang guru yang juga mengerti agama. Beliau biasa membantu menyembuhkan kawan-kawan yang kerasukan ketika sedang melakukan pertunjukkan seni kuda lumping.
Why? Dan ternyata memang kebudayaan ini tidak bisa lepas dari sisi agama.
"Kamu nggak tahu kan filosofi kerasukan itu apa? Dan kenapa di zaman Walisongo tidak di larang?"
Aku menggelengkan kepala. "Kenapa gitu Pak?" tanyaku penasaran. Memperbaiki posisi duduk untuk menyimak dengan seksama setiap perkataannya.
"Karena zaman dahulu itu orang-orang belum banyak mengerti agama. Sedangkan kesenian ini sudah ada sejak zaman Hindu-Budha. Maka, dijadikan jalan dakwah bagi para Wali untuk menunjukkan bahwa sekuat apapun jin yang menguasai manusia. Akan kalah hanya dengan dua kalimat syahadat." Bapak itu mengacungkan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Iya kah, Pak?" tanyaku makin penasaran.