Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Libur Sekolah Selama Ramadhan; Tantangan Baru Pemerintah, Dunia Pendidikan dan Para Orang Tua

31 Januari 2025   20:47 Diperbarui: 3 Februari 2025   13:36 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bermain sambil belajar sumber foto: inovasi.com

Kita tentu harus mengkaji dengan cermat untung ruginya. Bukan hanya bahwa ini kebijakan yang sangat beda dan tidak pernah dilakukan sebelumnya. Tidak sesederhana itu, karena muncul debat yang mengerucut pada kesimpulan dijalankan saja kan ini  kebijakan yang beda. Ini pasti positif karena selama Ramadhan mestinya ya untuk ibadah jangan mikir sekolah. Padahal logisnya bersekolah juga ibadah, jika konteksnya untuk mencari ilmu pengetahuan yang diamanahkan agama.

Tapi jangan lupa jaman juga berubah, tantangan juga sangat berubah mengikuti dinamika yang ada. Dulu kata ibu saya, selama Ramadhan kami sibuk tadarusan, menghafal Al Qur'an, khatam Qur" an bisa seminggu sekali. Mengapa?. Ketika itu televisi masih jarang, apalagi gadget belum dikenal atau malah belum ada. Sehingga alternatif orang untuk beribadah seperti tidak banyak pilihan dan menjadi lebih totalitas. Ramadhan ya beribadah titik.

Tapi kata anak saya, itukan dulu nek. Sekarang bukan televisi godaan terbesarnya, tapi kehadiran internet dengan nir jaringan yang bisa menembus ruang dan waktu, dan difasilitasi oleh gadget si super privasi.

Dulu orang tua bisa melarang dengan pasword, sekarang anak-anak sebagai pemilik gadget menguncinya dengan cara canggih;  pemindai retina mata, finger print dan lainnya, sehingga orang tua pun aksesnya terbatas. Jika diarang alasannya gadget juga bagian dari perangkat pendidikan. Sejak Pandemi Covid-19, aturan tidak tertulis itu telah menjadi aturan baku di dunia pendidikan. Tak ada rotan akarpun jadi.Tak ada laptop atau komputer, gadgaet pun jadi. 

Mengapa persoalan libur atau tidak libur menjadi kompleks?, karena ini bukan menyangkut sekedar libur berpeluang membuat anak-anak beribadah lebih banyak dan fokus, sedangkan jika tetap bersekolah perhatian atau fokus mereka akan terbagi untuk belajar dan beribadah. Tidak sesederhana itu.

Tapi jika kita kembalikan kepada pemikiran dan pertanyaan kritis, siapa yang bisa menjamin anak-anak yang libur sekolah akan fokus beribadah. Apakah mereka aka lebih intens mengaji atau bermain game?. Apakah lebih memilih shalat atau justru lupa waktu. Karena bahkan tidurpun karena bernilai ibadah ditoleransi oleh para orang tua saat Ramadhan.

Artinya persoalan libur atau tidak libur menjadi sangat tidak sederhana. Tidak sekedar menjadi lebih fokus dan taat beribadah atau sebaliknya.

Libur panjang selama Ramadhan tentu memiliki kelebihan dan tantangan. Dari satu sisi, kebijakan ini bisa memberikan ruang lebih bagi siswa untuk fokus beribadah dan berkegiatan di lingkungan keluarga. Namun, bagaimana dengan potensi dampak pada efektivitas pembelajaran dan jadwal akademik? Apakah ada alternatif, seperti pengaturan jam belajar khusus selama Ramadhan yang lebih tepat dan fleksibel?.

Fakta penelitian dan survey membuktikan, setidaknya seperti yang telah dilakukan oleh 5 lembaga. We Are Social dan Hootsuite, mencatat pada tahun 2021, data menunjukkan bahwa saat Ramadhan, waktu yang dihabiskan untuk berselancar di internet meningkat. Peningkatan ini banyak dipengaruhi oleh penggunaan aplikasi media sosial, layanan streaming, serta platform e-commerce.

Sebuah penelitian oleh Jakpat (Jakarta Polling Center) juga mengumpulkan data dari pengguna internet Indonesia juga mencatat adanya peningkatan penggunaan internet saat Ramadhan. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial, bermain game online, atau menonton video di platform streaming seperti YouTube.

Katalis Digital (platform riset digital) pada tahun 2020 juga melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam aktivitas media sosial saat bulan Ramadhan. Pengguna internet di Indonesia, termasuk kalangan remaja dan anak-anak, cenderung lebih aktif dalam mengakses platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter selama Ramadhan, untuk mengikuti konten terkait Ramadhan seperti tutorial masak, kegiatan berbuka puasa, atau program keagamaan.

Peningkatan penggunaan platform streaming video seperti YouTube dan Netflix selama bulan Ramadhan juga dilaporkan dalam beberapa survei. Anak-anak dan remaja lebih sering menonton serial atau video hiburan selama bulan puasa, terutama di sore hari menjelang waktu berbuka puasa.

Dan menurut sebuah studi oleh Pew Research Center, selama Ramadhan, remaja dan anak-anak lebih cenderung menghabiskan waktu mereka di dunia maya sebagai cara untuk mengatasi kebosanan atau mengalihkan perhatian dari rasa lapar. Banyak yang menggunakan internet untuk berinteraksi dengan teman-teman, bermain game online, atau menonton acara TV secara daring.

Nah, barangkali yang mestinya menjadi pemikiran kritis kita. Membangun pemikiran yang konstruktif agar bisa membawa perubahan positif. Apa solusi cerdasnya?.

anak-anak mengaji disekolah sumber foto ; direktoratalirsyadpekalongan
anak-anak mengaji disekolah sumber foto ; direktoratalirsyadpekalongan

Hitam Putih Libur atau Tidak Libur

Mari kita diskusikan in bersama-sama. Apa yang sebenarnya berkemungkinan menjadi kekuatiran kita terbesar jika libur atau tidak libur. Melalui telaah ini, nantinya kita bisa mempertimbangkan solusinya dengan lebih matang dan lebih konstruktif agar bisa melihat persoalan ini lebih jernih hitam dan putihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun