Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Sebar Garam Natrium Klorida untuk Modifikasi Cuaca Daripada Pawang Hujan Saat PON Aceh-Sumut 2024

10 September 2024   12:21 Diperbarui: 20 September 2024   13:36 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan modifikasi cuaca/sumber gambar setneg go id-antara

boneka Teru Teru Bozu/sumber gambar shutterstock
boneka Teru Teru Bozu/sumber gambar shutterstock

Sebagai mitos yang sudah ada sejak zaman dahulu kala di Jepang, setiap acara olahraga atau event tertentu, pasti Teru Teru Bozu dipasang untuk menangkal hujan. 

Lalu India juga dikenal ritual khusus untuk mendatangkan hujan yang dilakukan sebelum musim hujan datang bernama Varuna Yajna. Ritual ini dilakukan untuk memuja dan menyenangkan dewa air agama Hindu, Varuna yang dipercaya bisa mendatangkan hujan. 

Biasanya yang melakukan ritual ini adalah para pendeta suci di kuil yang membenamkan diri dalam tong besar berisi air.  

Dan Thailand  negara tetangga kita juga punya ritual pengusiran hujan, dengan memakai tanaman serai dan gadis perawan. Saat ritual dimulai, warga setempat akan menancapkan batang serai ke tanah, kemudian meminta gadis perawan untuk berdoa agar hujan segera berhenti.  

Tak hanya negara Asia bahkan Brasil juga punya ritual tersebut.  lalu yang menarik dan membuat kita kaget bahwa ternyata Amerika Serikat (AS) ternyata juga meyakini soal ritual dan pernah memakai pawang hujan saat menggelar Festival Teater Ibero-Amerika. Dengan  memutuskan menyewa jasa pawang hujan bernama Jorge Eilas Gonzales seorang petani kopi dan pawang hujan dari pemerintah Kolombia yang melakukan ritual dengan menggabungkan unsur Kristen dan tradisi nenek moyang.

Ternyata unik juga ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun