Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Sebar Garam Natrium Klorida untuk Modifikasi Cuaca Daripada Pawang Hujan Saat PON Aceh-Sumut 2024

10 September 2024   12:21 Diperbarui: 20 September 2024   13:36 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aksi pawang hujan/sumber gambar travel kompas

Banyak orang mengira dengan mantranya seorang pawang hujan memang "menghentikan" hujan atas kehendaknya dengan ilmu atau mantra yang dimilikinya.

Tapi menurut sorang pawang senior yang juga seorang paranormal Jawa Tengah, Ki Joni Asmoro, menyebut dia dan rekan-rekan sejawatnya hanya mampu berkomunikasi dengan alam. Sebagai ahli spiritual, hanya berkomunikasi dengan alam, mintanya juga kepada Tuhan. Dan menurutnya dukun Rara bukanlah pawang hujan yang memiliki kemampuan mengendalikan hujan.

Ki Joni Asmoro menambahkan, seorang pawang hujan harus benar-benar bisa mengendalikan hujan. Sementara Rara menurutnya bukanlah pawang hujan.

Intinya pawang itu melakukan ritual untuk berdoa. Isi permintaan itu adalah doa agar tidak turun hujan. Bukan melakukan ritual yang benar-benar memperlihatkan kemampuan menggeser awan. Hanya meminta pada Tuhan supaya tidak diturunkan hujan. Maka dari doa itu Tuhan mengabulkan dan menggeser awan.

pembukaan PON aceh-sumut 2024/ sumber gambar kompas.id
pembukaan PON aceh-sumut 2024/ sumber gambar kompas.id

PON Aceh-Sumut dan Modifiksi Cuaca

Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 yang digelar di Aceh, tentu saja memiliki cara pandang yang sangat berbeda dalam menyikap aksi pawang hujan.

Alih-alih mengundang pawang kesohor, dengan bayaran super mahal, panitia PON memilih Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mencegah hujan turun saat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatra Utara 2024.

Tentu saja bukan soal hemat pengeluaran, tapi juga menyangkut keyakinan soal syariat yang notebene memang menjadi pilihan Pemerintah Aceh yang memang sesuai dengan tradisi dan akar budayanya.

Tujuan  operasi modifikasi cuaca ini sebagai antisipasi agar pada saat pembukaan tidak turun hujan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan proses pembukaan PON.  Operasi modifikasi cuaca ini tidak hanya dilakukan satu kali tapi melalui beberapa tahapan dan telah dimulai dilakukan sejak 8--10 September 2024 menggunakan pesawat casa sortie 2 PK-SNN bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Aceh serta Smart Aviaton.

Setidaknya sebelum pembukaan sudah tiga kali penerbangan mengangkut penyemaian garam sejak kemarin sore sampai hari ini dan akan terus dilakukan sampai tanggal 10 nanti, agar saat penutupan nanti juga tidak terganggu proses acaranya.

Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, sampai saat ini modifikasi cuaca oleh BMKG telah menghabiskan empat ton garam natrium klorida (NaCL) untuk melakukan penyemaian di atas perairan laut pesisir barat Aceh Besar. Hingga menjangkau perairan Samudera Hindia serta beberapa titik lainnya.

Tujuannya kurang lebih ya seeprti aksi pawang hujan itu. Dilakukan sebagai upaya untuk mencegah bencana hidrometeorologi mengingat September-Oktober itu telah memasuki musim transisi kedua menuju musim hujan. jdi selain bermanfaat untuk PON juga untuk antisipasi bencana hidrometeorologi.

Memang sudah sesuai jamannya. Jika dulu belum dikenal pesawat dan garam natrium klorida (NaCL), maka kearifan lokal kita memanfaatkan doa atau mantra yang diyakini bisa menjadi pendukung doa agar Tuhan mengabulkan harapan agar hujan dapat dikendalikan dan acara atau hajatan menjadi tidak terganggu.

Kini dengan jaman yang makin canggih, modifikasi cuaca bisa dilakukan dengan dukungan alat dan bahan berteknologi tinggi. Dan terlepas dari perbedayaan kepercayaan dan keyakinan soal "modifikasi cuaca" atau "mengendalikan cuaca" ala para pawang, kita mungkin bisa melihatnya sebagai nilai kearifan lokal yang unik yang berasal dari Nusantara. Dulu barangkali para pawang dijuluki , pendekar atau mungkin pahlawan--local heroes. ;),

Tak hanya di Indonesia, ternyata ritual pawang hujan juga dikenal di beberapa negara lainnya. Bahkan hingga kini, profesi itu masih terus ada serta digunakan banyak orang.  

Jepang Negeri ternyata juga memiliki ritual penangkal hujan, objek yang digunakan adalah boneka bernama  Teru Teru Bozu, diketahui bahwa siapa yang ingin cuaca cerah di esok hari bisa menggantungkan boneka itu di jendela maupun atap rumah.  Kita sering melihat dalam visual di Jepang banyak ruma atau kebiasaan orang-orangnya menggantung boneka Teru yang berbentuk imut dengan kepala diikat dari kain putih dengan kepala botak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun