Misalnya, setelah memberikan pelajaran atau berinteraksi dengan siswa, guru bisa meminta umpan balik dari siswa mengenai bagaimana mereka merasa tentang pendekatan tersebut. Langkah ini tidak hanya membantu guru untuk menyadari dan memperbaiki kekurangan mereka, tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasa didengar dan dihargai.
Penerapan pendekatan berbasis komunitas juga merupakan cara yang efektif untuk menangani tone deafness. Caranya dengan membangun budaya sekolah yang inklusif dan suportif untuk bisa membantu semua anggota komunitas sekolah untuk merasa lebih terhubung dan memahami satu sama lain.Â
Bentuknya bisa kegiatan seperti kelompok diskusi, proyek kolaboratif, dan acara komunitas yang bisa membantu siswa dan guru untuk saling memahami perspektif dan pengalaman yang berbeda. Dalam kaitan dengan masalah ini, pembelajaran sosial-emosional bukan hanya menjadi tanggung jawab individu tetapi juga merupakan bagian integral dari budaya sekolah.
Dan sebenarnya yang tidak kalah penting adalah peran keluarga. Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan bisa memperkuat upaya sekolah dalam mengatasi tone deafness.Â
Caranya, orang tua bisa bekerja sama dengan guru untuk memastikan bahwa siswa mendapatkan dukungan yang konsisten di rumah dan di sekolah.Â
Misalnya, orang tua bisa terlibat dalam program pelatihan atau diskusi tentang bagaimana mendukung anak-anak mereka dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Dengan dukungan yang kohesif dari rumah dan sekolah, siswa akan lebih mudah beradaptasi dan mengatasi tantangan yang dihadapi.
Jika sarana tersedia, teknologi juga bisa menjadi sarana penting mengingat bahan ajar digital seperti aplikasi pembelajaran dan platform komunikasi yang memungkinkan feedback anonim bisa membantu guru dan siswa untuk lebih mudah berkomunikasi dan mengidentifikasi masalah dalam interaksi mereka.Â
Misalnya, aplikasi yang memungkinkan siswa untuk memberikan umpan balik tentang pelajaran secara langsung bisa membantu guru memahami lebih baik bagaimana perasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Pendekatan ini menjadi sangt interaktif dan menarik.
Meskipun menghadapi guru dan siswa yang tone deaf di sekolah tidak mudah, pendekatan yang holistik dan berlapis bisa menjadi solusi yang baik untuk membantu mengatasi tone deafness dan mempromosikan interaksi yang lebih efektif dan harmonis di lingkungan sekolah. Â Terutama untuk membantu siswa dan guru untuk berkembang sebagai individu yang lebih empatik dan sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H