Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Es Dung-Dung Jadul Juga Perlu Revitalisasi dan Inovasi Agar Bisa Bertahan

26 Agustus 2024   23:04 Diperbarui: 29 Agustus 2024   14:36 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI es jadul yang enak banget | Sumber gambar kompas.com

Kita harus memahami esensi dari produk es krim tradisional, karena produk tersebut sering kali merupakan hasil warisan budaya yang disajikan dengan cara yang telah ada selama beberapa generasi. 

Produk ini sering kali dihasilkan dengan resep keluarga yang unik dan teknik produksi yang sudah lama dikenal. Namun, dalam menghadapi kekinian zaman harus berhadapan dengan tantangan baru yang mau tidak mau harus dilakukan demi bisa bertahan dari gempuran.

Es potong yang bikin kangen | Sumber gambar kompas.com
Es potong yang bikin kangen | Sumber gambar kompas.com

Meskipun akarnya dalah produk es krim tradisional, mau tidak mau tetap harus diupayakan melakukan;

Inovasi dan Variasi Produk; tantangan utama berhadapan dengan es krim modern yang menawarkan berbagai inovasi dalam rasa, tekstur, dan kemasan, yang menarik minat konsumen yang selalu mencari pengalaman baru, mau tidak mau cara-cara ini sejatinya juga harus dilakukan oleh produsen es krim tradisional. Mungkin melalui variasi rasa, agar bisa tetap bertahan, tidak selalu monoton.

Saya menjumpai pembuat es krim tradisional, kini juga mulai menambah variasi rasa, seperti coklat, strawberry dan vanilla sebagai bentuk inovasi meskipun dengan bahan dan cara yang sederhana.

Ketersediaan dan Distribusi; umumnya para pedagang es krim tradisional menjajakan dagangan secara sederhana, karena diproduksi dalam skala kecil dan mungkin memiliki keterbatasan dalam hal distribusi. 

Sebaliknya, es krim modern biasanya diproduksi massal dengan jaringan distribusi yang luas, memudahkan akses bagi konsumen di berbagai lokasi. Sehingga dukungan dalam pengembangan bisnisnya seharusnya menjadi salah satu fokus yang harus dilakukan untuk penguatan tersebut.

Pemasaran dan Branding, agaknya ini memang seperti persoalan laten yang dihadapi pembuat es krim tradisional dengan segala keterbatasannya, sehingga tidak pernah memikirkan soal marketing apalagi branding.

Penamaannya saja sering kali bersifat onomatope. Jika penjualnya menggunakan kenong sebagai daya tariknya maka nama es krimnya menjadi Es Dung-Dung, atau Es lilin karena bentuknya memanjang seperti lilin. Tidak ada spesifikasi yang istimewa seperti halnya es krim modern yang sering didukung oleh kampanye pemasaran yang agresif dan branding yang kuat. 

Mereka menggunakan media sosial, iklan, dan promosi yang menarik untuk menarik perhatian konsumen, sementara es krim tradisional mungkin kurang terlibat dalam strategi pemasaran yang sama.

Es lilin yang super enak | Sumber gambar kompas.com
Es lilin yang super enak | Sumber gambar kompas.com

Apa solusi yang bisa kita lakukan?

Untuk mempertahankan es krim tradisional bersaing dengan es krim modern, dibutuhkan upaya yang bertujuan untuk memperkuat nilai es krim tradisional dan memperluas jangkauannya tanpa mengabaikan kualitas dan warisan budaya yang melekat.

Mau tidak mau jika kita memang serius ingin mempertahankan es krim tradisional kita, maka dibutuhkan revitalisasi dan inovasi produk. Bisa meliputi rasa dan tekstur. Dengan cara mengadaptasi es krim tradisional dengan menambahkan elemen inovatif pada rasa dan tekstur, tanpa mengorbankan keaslian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun