Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berjalan Kaki Untuk Kualitas Hidup Sehat Butuh Pembiasaan dan Stimulan

25 Agustus 2024   18:28 Diperbarui: 25 Agustus 2024   20:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjalan pagi sehat /sumber gambar kompas health

Jika menyebut olahraga, maka bayangan kita yang paling sederhana mungkin jogging-berlari dengan kecepatan lambat atau santai. Ukuran kecepatan jogging antara 4 dan 6 mil per jam (6,4 dan 9,7 km / jam), bukannya berjalan kaki.

Padahal berjalan kaki adalah kebiasaan sederhana yang sangat bermanfaat namun sering kita abaikan dalam kehidupan keseharian kita.  Dibanyak negara berjalan kaki menjadi aktifitas yang umum dilakukan, bukan karena mereka tidak memiliki kendaraan, namun sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Banyak orang mungkin merasa aktivitas ini terlalu biasa untuk dianggap sebagai bagian penting dari rutinitas kesehatan atau olahraga, namun banyak studi justru menunjukkan bahwa manfaat dari berjalan kaki sangat besar. 

Mengapa negara seperti Singapura berinisiatif membangun Park Connector Network (PCN) hingga 42 km?, salah satu tujuannya agar para pesepeda atau pejalan kaki bisa menikmati rindangnya pepohonan sembari menghirup udara yang bersih dan suasana yang nyaman bebas dari bising kendaraan bermotor (non-motorized transportation) di kota mereka yang padat.

PCN adalah koridor hijau yang menghubungkan taman-taman utama dan terhubung dengan area di sekitarnya seperti pemukiman, pemberhentian bus, stasiun MRT dan juga pasar atau pertokoan. Koridor hijau ini juga banyak fungsinya. Wargakota bisa menggunakannya untuk berjalan kaki, bersepeda ataupun ber-rollerblade sambil menikmati petualangan rekreasi alami.

Sebenarnya kebiasaan berjalan kaki juga bukan muncul dengan sendirinya. Budaya berjalan kaki ini juga didorong atau dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk tata kota yang padat, sistem transportasi umum yang efisien, dan nilai-nilai budaya yang menekankan kesehatan dan kebugaran. 

Jadi kebiasaan berjalan kaki tidak hanya dilihat sebagai cara untuk berpindah tempat, tetapi juga sebagai bentuk olahraga dan mediasi mental yang penting. 

Nah, inilah yang belum menjadi kebiasaan atau budaya di negara kita. Jika selama ini orang berjalan kaki, mungkin karena memang tidak memiliki kendaraan, atau karena tidak adanya transportasi yang tersedia untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.

Misalnya, begitu turun dari kereta api, ingin melanjutkan ke kantor, karena ketiadaan transportasi lain, maka kita memilih berjalan kaki. Jadi bukan karena kebiasaan atau budaya tapi bisa jadi karena terpaksa. Inilah mengapa Pemerintah dalam merancang tata kota juga harus mempertimbangkan bentuk tata ruang yang bisa mengakomodir kebutuhan orang untuk bisa menikmati kebutuhan untuk berjalan kaki dengan nyaman di perkotaan.

Kebiasaan berjalan kaki di Jepang  misalnya, telah dimulai sejak dini. Anak-anak Jepang,  sering terlihat berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah mereka, bahkan di kota-kota besar, karena ada aturan yang mengikat tentang hal tersebut. 

Jadi ini bukan hanya tentang menghemat biaya transportasi tetapi juga tentang membangun kebiasaan sehat sejak kecil. Dengan jarak yang sering kali hanya beberapa kilometer dari rumah, anak-anak terbiasa dengan aktivitas fisik sehari-hari. Selain itu, sekolah-sekolah Jepang juga mengintegrasikan pendidikan tentang kesehatan dan kebugaran ke dalam kurikulum mereka, sehingga anak-anak memahami pentingnya beraktivitas fisik.

Rasanya sebagian kita saat kecil juga terbiasa berjalan kaki ke sekolah, bukan sebagai suatu beban, meskipun memang alasannya tidak persis seperti yang dilakukan anak-anak di Jepang sebagai sebuah kebiasaan atau budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun