Menurut seorang teman, berburu tiket penerbangan murah, usahanya sudah sama sulitnya seperti berburu tiket konser. Minimal harus rajin memantau penjualan awal, kurang lebih seperti early Bird. Ada saat dimana kursi penumpang (seat) masih lowong biasanya dijual dengan diskon lumayan sebelum seat atau kursinya penuh. Harus juga pantengin situs resmi milik maskapai, banyak link yang menyediakan informasi tiket berdiskon.
Jadi selain dengan cara-cara cerdas juga dengan memanfaatkan sedikit keberuntungan (lucky), seperti waktu booking juga bisa saja berpengaruh signifikan untuk menghemat ongkos.
Pengalaman pribadi melakukan travel dengan menggunakan jasa penerbangan juga mengajarkan cara-cara seperti itu. Seluk beluk "pertiketan"harus kita selami, agar mendapat harga murah dan tentu saja "keberuntungan" atas kerja keras tersebut.
Karena tiket pesawat saat ini, harganya tak pernah turun-turun, membuat moda pesawat sebagai sarana transport alternatif makin tak terjangkau masyarakat biasa.
Mengapa tiket harganya mahal dan tak pernah turun, sebenarnya masalahnya juga sangat kompleks, bukan sekedar soal penerbangan tepat waktu atau layanannya yang baik, lebih dari itu ini juga menyangkut persaingan sengit antar maskapai dan soal kebijakan Pemerintah yang belum sepenuhnya berpihak pada para maskapai.
Akibatnya apa, banyak hal yang saling berkaitan menjadi masalah yang tumpang tindih. Persaingan, biaya operasional yang tinggi, termasuk biaya bahan bakar, biaya maintenance pesawat, dan biaya karyawan. Akibatnya biaya operasional per kursi atau perpenumpang menjadi lebih tinggi, sehingga berdampak pada harga tiketnya yang terus melambung tinggi.
Termasuk yangmempengaruhi harga tiket jadi mahal adalah biaya penggunaan bandara di Indonesia terbilang juga cukup tinggi, tergantung pada bandara dan fasilitas yang disediakan.Â
Maskapai penerbangan biasanya menanggung biaya ini, nah ini juga menjadi pemicu mahalnya harga tiket. Ini sebenarnya biang masalah yang menimbulkan blunder bagi keseluruhan masalah di industri maskapai penerbangan, terutama imbasnya pada harga tiket.
Apalagi dengan ketidakpastian regulasi, terutama fluktuasi dalam regulasi penerbangan dan kebijakan pemerintah terkait pajak dan biaya tambahan lainnya yang memengaruhi biaya akhir yang harus ditanggung oleh maskapai. Ujung-ujungnya beban itu dikembalikan kepada kita sebagai penumpang.Â
Kondisi dimana banyak bangku-bangku pesawat kosong, namun pesawat tetap harus berangkat dengan penumpang seadanya untuk rute penerbangan tertentu. Ini tentu sangat buruk bagi nasib penerbangan dan tentu saja berdampak pada biaya operasional pesawat yang harus terbang dengan berapapun jumlah penumpangnya. Sehingga lama-lama maskapai bisa tekor.
Tingkat perputaran atau turn over penerbangan yang dinamis, sangat mempengaruhi seberapa besar biaya operasional bisa tertutupi dan jika terus menerus bisa rugi, maka akhirnya bisa berdampak pada hal lainnya seperti harga tiket.Â
Dengan kembali menguatnya polemik soal harga tiket domestik yang mahal, berbagai solusinya ternyata menggiring kita masuk dalam jebakan persaingan sengit antar maskapai.Â