Namun, pelabelan kandungan gula saja tidak cukup. Penting juga untuk meningkatkan edukasi masyarakat tentang bahaya konsumsi gula berlebih dan kadar gula yang aman untuk dikonsumsi.
Berapa Kadar Konsumsi Gula yang Aman?Â
Sangat penting untuk membedakan antara gula tambahan dan gula alami seperti pada buah dan sayuran. Kandungan gula alami umumnya mengandung air, serat, dan berbagai mikronutrien. Sedangkan gula tambahan umumnya menjadi bahan utama dalam permen dan terdapat pada makanan olahan, seperti minuman ringan dan produk roti.Â
Tidak semua orang mengetahui berapa sebenarnya batas wajar konsumsi gula dalam sehari. Menurut American Heart Association (AHA), jumlah maksimum gula yang dikonsumsi dalam sehari, Â bagi pria: 150 kalori per hari (37,5 gram atau 9 sendok teh). dan bagi wanita, 100 kalori per hari (25 gram atau 6 sendok teh).
Sebagai perbandingan, satu kaleng minuman bersoda 12 ons mengandung 140 kalori dari gula, sementara Snickers ukuran biasa mengandung 120 kalori dari gula. Untuk seseorang yang makan 2.000 kalori per hari, ini sama dengan 50 gram gula, atau sekitar 12,5 sendok teh.Â
Nah, dengan membaca label makanan menjadi salah satu cara terbaik untuk memantau asupan gula tambahan. Sehingga kita bisa mengetahui kandungan jenis gulanya, seperti: gula merah, Â pemanis jagung, sirup jagung, konsentrat jus buah, sirup jagung fruktosa tinggi, madu, Â gula malt, Â gula tetes, molekul gula sirup yang diakhiri dengan "osa" Â seperti (dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa, atau sukrosa).
Biasanya kadar gula total, yang termasuk gula tambahan, sering kali dicantumkan dalam gram. Perhatikan jumlah gram gula per porsi serta jumlah total takarannya.Â
Dan seperti dilansir dari lifestyle Kompas, penting untuk menyadari masalah ini dengan serius apalagi jika kita dalam kondisi hamil! Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa makan terlalu banyak gula bisa meningkatkan risiko diabetes gestasional dan risiko asma pada bayi. Begitu juga dengan kemungkinan kesehatan lain yang buruk seperti obesitas, alergi, intelegensi dan komplikasi lainnya seperti jantung.
Dan peting juga kita mengetahui mengapa setiap makanan dan minuman dalam kemasan penting dilengkapi dengan informasi nilai gizi atau nutrition facts pada kemasan. Informasi nilai gizi merupakan label yang mencantumkan keterangan mengenai nilai atau kandungan gizi dari produk dalam kemasan tersebut.
Salah satu kompoten yang bisa dibaca dalam label informasi gizi adalah angka kecukupan gizi (AKG). Menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, AKG merupakan suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu.
Nah yang menarik adalah mengapa gula tidak memiliki persentase AKG dalam makanan kemasan? Sebuah jawaban yang menarik yang dilansir dari health kompas, bahwa menurut Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum, hal itu bisa terjadi karena tubuh kita tidak memerlukan gula. Jadi, gula bukanlah zat gizi yang esensial. Di mana, kita masih mungkin hidup tanpa memakan gula. Gula sendiri adalah karbohidrat yang struktur kimianya paling sederhana.
Namun bukan berarti kita tak harus mewaspadai kanduangan gula dalam makanan yang kita konsumsi setiap hari, apalagi jika kandungannya adalah gula tambahan, bukan gula alami.Â
Mengapa juga perlu diberi label jika begitu? Perlunya kadar gula perlu dicantumkan di tabel informasi gizi adalah untuk menjadi panduan sehat. Sesuai saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa anjuran asupan gula orang dewasa sebaiknya tidak lebih dari 25 gram dalam sehari.Â
Apalagi ada beragam jenis gula alami dan pemanis buatan yang dapat kita peroleh sehari-hari seperti Sukrosa yang berasal dari tebu atau bit. Maltosa atau gula gandum. Dan pemanis buatan seperti Aspartam Steviol glikosida Natrium siklamat.