Awal mula mengetahui tentang food combining, saat dijamu makan siang seorang teman pegiat lingkungan. Saat memulai makan ia tak mencampur makanan pokok dan lauknya seperti umumnya kita. Ia memulai dengan minum, makan nasi, lalu dilanjutkan dengan makanan lain yang menurutnya ada urutannya. Ketika itu ia sedang mempraktekkan food combining katanya.
Memang sejak dokter bernama William Howard Hay memperkenalkan konsep "food combining" atau kombinasi makanan. Gagasan itu menggelembung menjadi sebuah tren baru dan dianggap sebagai sebuah solusi alternatif pola hidup yang sehat. Sebenarnya ide dasarnya adalah bahwa mengonsumsi jenis makanan tertentu secara terpisah agar bisa meningkatkan pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan.Â
Konsep mengikuti pola makan ini diklaim bisa mengurangi masalah pencernaan, meningkatkan energi, dan bahkan membantu usaha kita untuk penurunan berat badan. Meskipun dalam praktiknya tak semua orang sependapat.
Food combining didasarkan pada keyakinan bahwa beberapa jenis makanan memerlukan waktu pencernaan yang berbeda di dalam tubuh, dan mencampur jenis makanan tertentu dapat mengganggu proses pencernaan tersebut. Seperti yang dipraktikkan oleh teman saya itu.Â
Ia memisahkan mengonsumsi protein dan karbohidrat dalam satu waktu, atau mengonsumsi buah-buahan secara terpisah dari makanan lainnya, agar masing-masing makanan bisa bekerja fokus dengan tingkat kesulitan yang dimilikinya. Bahwa dengan mengatur pola makan dengan tepat, termasuk memisahkan konsumsi karbohidrat dan protein, seseorang bisa mencapai keseimbangan dalam tubuh.
Sejauhmana Tingkat Efektivitas Food Combining dalam Mengatasi Masalah Penyakit Tertentu?
Nah ini tentu menjadi pertanyaan penting yang muncul. Memangnya seberapa efektif food combining bisa mengatasi masalah kesehatan seperti masalah pencernaan, kelebihan berat badan, dan energi yang rendah serta jenis penyakit tertentu yang butuh asupan makanan khusus seperti diabetes?.
Klaim utama food combining adalah dengan menghindari campuran tertentu dapat meningkatkan pencernaan dan mencegah gejala seperti gas, kembung, dan sembelit.Â
Namun, bukti ilmiah yang mendukung klaim ini ternyata juga masih terbatas. Beberapa studi menunjukkan bahwa pola makan tertentu dapat mempengaruhi gejala pencernaan, tetapi belum ada konsensus yang jelas tentang efektivitas food combining secara universal.
Butuh penelitian lebih lanjut, karena faktor penyebab masalah itu bisa saja dari sebab sederhana, misalnya jenis buah yang kita konsumsi. Buah yang memiliki kadar air lebih banyak, serat lebih tinggi atau kandungan gas juga bisa menjadi penyebab, bukan semata-mata karena kita memisahkan pola makannya.
Begitu juga dalam urusan penurunan berat badan, banyak yang percaya bahwa food combining dapat membantu dalam penurunan berat badan karena mengatur pola makan yang lebih sehat dan mengurangi kelebihan kalori.Â
Tapi sekali lagi, bukti ilmiah yang kuat tentang hubungan langsung antara food combining dan penurunan berat badan juga belum ada. Efek penurunan berat badan yang terlihat mungkin lebih terkait dengan pola makan secara keseluruhan dan kontrol kalori bukan pada pola pemisahan konsumsi setiap jenis makanan yang berbeda tersebut, seperti yang dipraktikkan dalam food combaining.
Lantas bagaimana kaitannya dengan energi dan kesehatan secara umum?. Â Pengikut food combining sering menjelaskan bahwa peningkatan energi dan perasaan bisa lebih baik setelah mengadopsi pola makan ini.Â
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh perubahan dalam pola makan secara umum, termasuk peningkatan konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran, bukan hanya karena pengaturan spesifik food combining itu sendiri.
Namun yang menarik adalah ketika food combining dikaitkan dengan para penderita penyakit diabetes. Mengapa?. Para penderita diabetes harus menjaga diri dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Sehingga harus menjaga asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan dan membatasi konsumsi gula tambahan.