Jika kita memahami dengan baik tentang seluk beluk tugas, kita bisa komunikasikan beban kerja yang ada dengan sopan namun tegas. Ini bukan tentang mengeluh melainkan menetapkan ekspektasi yang realistis.Â
Jika memungkian carilah klarifikasi mengenai prioritas tugas baru dibandingkan dengan tugas lain. Hal ini tidak hanya bisa membantu dalam pengorganisasian tetapi juga menunjukkan keterlibatan kita tanpa harus menolak secara langsung seolah tak mau dilibatkan dalam tugas baru.
Dengan berbagai tawaran tersebut, secara tidak langsung kita berusaha menawarkan solusi dengan menjelaskan bagaimana rencana kita mengelola beban kerja secara efektif untuk menunjukkan inisiatif dan profesionalisme kita di mata atasan.
Bagaimanapun penting menetapkan batasan menyangkut produktivitas kita agar tak terancam. (diluar urusan affair yang mungkin lebih kompleks urusannya karena menyangkut kehormatan dan "hati"). Apalagi jika persoalannya sudah menyangkut ancaman asusila seperti kasus di Cikarang beberapa bulan lalu tentu solusinya juga akan kompleks, daripada sekedar menolak. Bisa jadi kita akan memperkarakannya secara hukum.
Meskipun sulit, mengatakan "tidak" jika memang diperlukan bukan hanya tentang manajemen beban kerja, tapi juga tentang kemampuan kita bisa menjalankan tugas dengan baik, efektif, tidak terburu-buru dan bisa dikompromikan.
Komunikasi Sebagai  Kunci
Memahami budaya organisasi mestinya menjadi sesuatu yang sangat penting karena butuh adaptasi dan pendekatan yang berbeda hingga kita bisa merasa nyaman dengan lingkungan kerja dan menjaga integritas kita dalam proses yang tidak sebentar.
Kita harus mempertahankan komunikasi terbuka dengan atasan mengenai beban kerja dan prioritas agar atasan memahami apa tugas yang menjadi tanggungjawab kita.
Kita juga harus terus belajar meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan penentuan prioritas untuk menangani beban kerja secara efisien. Agar tak selalu merasa dibebani dengan tugas-tugas yang banyak, padahal karena kita tidak produktif dalam menjalankan skema kerjanya.
Penting untuk "bermain"dengan baik melalui kolaborasi tim, dengan menumbuhkan lingkungan tim yang mendukung agar beban kerja kita bisa didistribusikan atau disaat kita membutuhkan bantuan kita bisa mengaturnya.
Berurusan dengan atasan, terutama menyanggupi permintaan butuh kemahiran dengan menjaga ketegasan, profesionalisme, dan empati. Tentu saja dengan memahami prioritas, berkomunikasi secara efektif, dan menjaga batasan, tanpa harus mengorbankan profesionalisme atau hubungan.
Bagaimanapun jika memang terpaksa harus menolak , penolakan harus disertai alasan tentang  beban kerja yang dikomunikasikan dengan baik, agar hubungan dan  lingkungan kerja lebih kondusif dan tidak menambah tekanan.
Bayangkan jika kita setiap hari berkantor di tempat yang sama, tapi kita ketakutan jumpa atasan, karena hubungan buruk, atau karena tekanan yang membuat kita selalu merasa terancam akan di mutasi atau bahkan dipecat, gara-gara  menolak perintah!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H