Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Demi Kenyamanan, Pilihan Model Hunian Kita Harus Ramah Iklim

29 Juni 2024   22:33 Diperbarui: 1 Juli 2024   14:52 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi rumah modern di permukiman elit/sumber gambar kompas.com

Pilihan jenis rumah atau model hunian kini semakin banyak alternatifnya, apalagi kecenderungan atau trend yang dikembangkan oleh para developer kini semakin beragam sehingga menciptakan budaya baru dalam membangun rumah yang cenderung meniru tren tersebut.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu namun kita ternyata harus jeli mempertimbangkan banyak faktor yang bisa mempengaruhi daya tahan dan keamananan kondisi bangunan fisik rumah hunian kita tersebut dari iklim. Mengapa?.

Berdasarkan pengalaman saat hendak membangun rumah, pilihan modelnya dicari dari banyak referensi, namun fokus kita sering kali lebih pada tampilan fasad-depan rumah atau bentuk yang kompak, simpel dan indah. Bukan pada fungsi yang mendasar, sebagai rumah tinggal yang nyaman terutama untuk iklim tropis.

Apakah rumah model baru tidak memenuhi standar hunian yang aman terhadap iklim?. Bukankah rumah dengan bukaan yang besar sesuai dengan harapan kita menghemat energi?.

Ternyata, pada akhirnya banyak kelemahan yang sering kita temukan pada model bangunan hasil rancangan baru atau yang mengadopsi model dari negara lain.

Ilustrasi rumah minimalis/sumber gambar liputan6.com
Ilustrasi rumah minimalis/sumber gambar liputan6.com

Rumah Ramah Iklim itu Maksudnya?

Kecenderungan pembangunan perumahan di Indonesia belakangan ini memang mengadopsi berbagai jenis model rumah dari luar negeri atau rancangan para arsitek yang menyesuaikan dengan kebutuhan untuk memenuhi preferensi orang yang ingin memiliki rumah yang modern, mengikuti tren.

Namun, adaptasi terhadap iklim yang berbeda antara Indonesia dan negara asal model rumah tersebut menjadi tantangan tersendiri. Faktor-faktor cuaca seperti intensitas hujan, suhu tinggi, dan kelembaban tinggi di Indonesia mempengaruhi keberlangsungan dan kualitas rumah tersebut.

Terutama jika kita bandingkan dengan rumah model lama yang modelnya telah teruji atau disesuaikan dengan iklim tropis. Cobalah kita bandingkan fasad depan rumah model terdahulu, yang terasnya tertutup dengan genteng atau seng hingga lebih luas dari teras, sehingga bisa menghalangi tempias saat hujan atau masuknya angin yang kencang.

Lalu kita bandingkan dengan rumah model Mediteran atau Mediterania,  yang cenderung memiliki ciri-khas atap yang curam dan penggunaan material seperti batu dan keramik yang menghadirkan keanggunan estetika. 

Namun, dalam konteks cuaca Indonesia yang tropis, atap curam bisa menjadi tantangan karena meningkatkan risiko kebocoran dan akumulasi air hujan.

Selain itu, material batu dan keramik yang tidak cocok dengan iklim tropis dapat menyebabkan retak atau bahkan kerusakan pada dinding akibat perubahan suhu yang ekstrem.

Begitu juga dengan model rumah minimalis umumnya menggunakan desain yang sederhana dan material yang lebih modern seperti baja ringan dan beton.

Desain yang sederhana sering kali meminimalisir kemungkinan kerusakan akibat cuaca ekstrem, tetapi penggunaan material beton yang berlebihan bisa membuat rumah menjadi lebih panas di bawah sinar matahari langsung. 

Selain itu, minimnya ventilasi alami dapat menyebabkan penumpukan panas di dalam ruangan, mempengaruhi kenyamanan penghuni.

Pengalaman ketika membangun rumah, desain rumah minimalis sering kali memiliki sedikit elemen penutup dan dinding luas yang terbuka, yang dapat menyebabkan masalah dalam menghadapi sinar matahari yang intens dalam iklim tropis. 

Hal ini dapat meningkatkan suhu di dalam ruangan dan memerlukan biaya tambahan untuk mengatasi panas berlebih.

Begitu juga dengan kurangnya isolasi termal karena rumah minimalis cenderung menggunakan bahan bangunan yang lebih tipis dan sedikit isolasi, karena desainnya yang lebih sederhana. Di iklim tropis yang lembab seperti di Indonesia, kebutuhan isolasi termal yang baik untuk menjaga kenyamanan termal di dalam rumah bisa menjadi tantangan.

Desain atap minimalis yang datar atau miring dangkal mungkin tidak cukup efektif untuk mengalirkan air hujan dengan baik, terutama selama musim hujan yang intens. Ini bisa menyebabkan masalah kebocoran dan akumulasi air di atap.

Apalagi rumah minimalis sering kali memiliki ruang penyimpanan yang terbatas karena fokusnya pada efisiensi ruang dan desain yang minimalis. Hal ini mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia yang cenderung memiliki banyak barang atau perlengkapan.

Dan yang paling substansial, desain minimalis yang modern mungkin kurang mewakili atau mempertimbangkan elemen-elemen tradisional atau budaya lokal yang penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat mengurangi keterikatan emosional atau kepuasan budaya dalam pengalaman hidup di rumah.

Model rumah Japandi gabungan japanese dan scandinavia sumber gambar jawapos.com
Model rumah Japandi gabungan japanese dan scandinavia sumber gambar jawapos.com
Begitu juga ketika kita memilih model rumah Japandi yang gaya desain interiornya menggabungkan elemen-elemen dari Jepang (Jap) dan Skandinavia (andi). Gaya yang menekankan kesederhanaan, keanggunan, dan fungsionalitas, serta menonjolkan keindahan alami dan kesederhanaan dalam ruang hunian.

Furniturnya minimalis dan fungsional dengan ruang-ruang dalam rumah yang didesain untuk maksimalkan fungsi tanpa banyak hiasan atau dekorasi berlebihan. Menggunakan material alami, dan penggunaan warna-warna netral seperti putih, abu-abu, dan cokelat muda yang dominan di dalam rumah.

Namun salah satu tantangan utama bagi rumah Japandi di Indonesia adalah adaptasi terhadap iklim tropis yang panas dan lembab. Kurangnya ventilasi karena rumah Japandi cenderung memiliki desain yang lebih tertutup dibandingkan dengan rumah tradisional Indonesia yang memiliki ventilasi yang lebih baik. 

Hal ini dapat menyebabkan akumulasi panas di dalam ruangan saat cuaca panas, kecuali jika desainnya disesuaikan dengan ventilasi yang lebih baik.

Begitu juga desain atap yang cenderung datar atau miring sedikit mungkin kurang efektif dalam mengalirkan air hujan secara cepat. Di Indonesia, dengan curah hujan yang tinggi, desain atap ini dapat menyebabkan masalah kebocoran atau bahkan kerusakan atap jika tidak dirancang dengan baik.

Inilah mengapa pemilihan hunian harus mempertimbangkan kesesuaian dengan iklim yang ada di mana hunian tersebut di bangun sehingga menjadi hunian yang ramah iklim.

Ilsutrasi rumah modern di permukiman elit/sumber gambar kompas.com
Ilsutrasi rumah modern di permukiman elit/sumber gambar kompas.com

Perbandingan dengan rumah model lama yang telah disesuaikan dengan iklim lokal

Rumah-rumah tradisional atau rumah model lama di Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam beradaptasi dengan kondisi iklim tropis yang lembab.

Meskipun terkesan biasa, setidaknya untuk saat ini ketika model rumah makin beragam, namun desain rumah tradisional atau rumah model lama sering kali menyesuaikan dengan alam sekitar.

Rumah model lama biasanya memiliki ventilasi yang baik dengan jendela yang lebar dan terbuka, serta konstruksi yang memungkinkan sirkulasi udara alami. Hal ini membantu mengurangi akumulasi panas dan kelembaban di dalam rumah.

Namun jika kita tetap menginginkan rumah dengan model seperti mediteranian, Japandi atau Minimalis, meskipun rumah-rumah modern memiliki kelebihan dalam hal estetika dan teknologi konstruksi, namun ada beberapa tantangan yang harus diatasi agar rumah-rumah ini dapat lebih ramah iklim, terutama di Indonesia.

Berdasarkan pengalaman rumah yang awalnya dibangun dengan model minimalis, dengan void, bukaan jendela yang luas dan sirkulasi udara yang cukup, pada akhirnya eksterior bagian luar bangunan harus menyesuaikan dengan kondisi iklim tropis di negeri khatulistiwa, dengan musim hujan dan musim panas yang cenderung lebih panjang durasinya.

Selain menggunakan material yang sesuai dengan iklim tropis Indonesia, seperti bahan bangunan yang tahan terhadap kelembaban tinggi dan tahan lama. Desain rumah modern memang perlu disesuaikan dengan kondisi iklim lokal, termasuk atap yang mampu menangani curah hujan tinggi dan sistem drainase yang efektif.

Terutama eksterior rumah minimalis harus dikombinasikan dengan beberapa tambahan desain seperti, penambahan "topi" di area jendela. Penutup seng yang sedikit lebih panjang agar tempias hujan tidak masuk dari celah atap dan memungkinkan dibuat talang air.

Area fasad atau bagian depan rumah atau yang berbentuk beranda atau teras harus dikombinasikan dengan tambahan atap yang lebih panjang agar tempias hujan tidak masuk ke lantai teras.

Meskipun kita ingin mengaplikasikan rumah yang ramah lingkungan, dengan mengadopsi sistem ventilasi yang efisien dengan bukaan jendela atau pintu kaca yang luas, namun iklim tropis yang cenderung panas membutuhkan penyesuaian untuk membantu mengurangi dampak lingkungan dari rumah-rumah modern.

Jadi bukan sekedar memenuhi syarat ventilasi yang luas, cahaya yang terang, tapi juga faktor suhu luar ruang harus dipertimbangkan dengan cermat. Apalagi jika kita hanya fokus pada keindahan model rumahnya tapi mengabaikan kesesuaian dengan iklim di negara kita.

Masih berdasarkan pengalaman, bahwa ternyata mau tidak mau untuk mengoptimalkan kenyamanan, pemilihan model rumah apapun jenisnya, mediteranian, skandinavian, minimalis, atau Japandi tetap harus mempertimbangkan adaptasi yang lebih baik terhadap iklim tropis yang khas, dan tentu saja sesuai bugdet yang tersedia, bahkan jika harus memilih dengan mmebangunnya melalui rumah tumbuh secara bertahap, agar menjadi hunian nyaman dan tentu saja ramah iklim yang ada di negara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun