Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menikmati Alternatif Co-Working Space dengan Siswa di Pustaka Ternyata Seru!

28 Juni 2024   17:47 Diperbarui: 4 Juli 2024   21:30 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jalan masuk menuju loby lantai satu sumber gambar kumparan.co

Saat mendampingi siswa untuk lomba dan perlu mendiskusikan bahan, tapi butuh ruang nyaman yang gratis, karena enggan memakai fasilitas sekolah saat liburan saat ini, pilihan akhirnya jatuh pada perpustakaan wilayah milik Pemko Banda Aceh.

Lama tak berkunjung ke perpustakaan, dan lebih sering melewatinya, akhirnya kesampaian juga untuk singgah.

Alasan sebenarnya tak mengunjungi pustaka itut karena selama masa rehab, perpustakaan dipindahkan ke bekas mall berupa pertokoan empat pintu berlantai tiga. Faktor kenyamaannya jauh berkurang meskipun tetap difasilitasi dengan pendingin ruangan yang memadai.

Koleksi bukunya juga sedikit kurang rapi-berantakan, terutama karena ada tumpukan buku yang tak bisa dimuat di rak buku yang ada, selainnya masih dalam proses klasifikasi dan pelabelan.

jalan masuk menuju loby lantai satu sumber gambar kumparan.co
jalan masuk menuju loby lantai satu sumber gambar kumparan.co

Pustaka yang telah bermetamorfosa

Mengunjungi pustaka wilayah sekarang ini mengingatkan saya saat kuliah. Buku-buku diklasifikasi dengan menggunakan laci yang memiliki abjad. Judul buku yang kita cari bisa berdasarkan nama pengarang atau penerbit, namun kita harus mencarinya satu persatu di barisan kartu yang ada di setiap laci.

Setelah mendapatkan nomor dan posisi rak barulah kita mencari buku fisiknya disana, kurang lebih seperti titik koordinat buku. 

Kini segala sesuatunya menggunakan barcode yang discan untuk melihat detilnya di dalam komputer database. Termasuk untuk pencarian buku juga menggunakan komputer yang bisa diakses langsung oleh pemustaka.

Dari ruang parkir di basement, langsung bisa masuk melalui lobi di bagian belakang gedung. Disana sudah tersedia ruang admin yang mempersilahkan kita menginput data pengunjung layaknya "absen di sekolah", dan disampingnya juga tersedia lift yang bisa mengantarkan kita hingga ke lantai 4.

Kemudian saya ketahui, lantai 4 adalah kafe semacam rooftop yang dilengkapi dengan berbagai pilihan minuman dan makanan yang bisa jadi alternatif pengusir penat.

Tampak samping pustaka yang bersisian dengan sungai Lamnyong sumber gambar masakini.co
Tampak samping pustaka yang bersisian dengan sungai Lamnyong sumber gambar masakini.co

Salah satu jenis konsumsi yang bisa dibawa masuk ke dalam pustaka adalah Air minum dalam kemasan (AMDK) atau minuman dalam botol tumbler.Namun di dalam juga banyak aturan untuk menjaga kehati-hatian saat konsumsi.

Ternyata ruang di lantai pertama, selain registerasi dan ruang koleksi buku yang langka dan terbatas, juga termasuk karya-karya akademisi yang penting berupa hasil penelitian. Beberapa koleksi buku berseri bisa ditemukan di area ini.

Saya menemukan beberapa koleksi menarik dari buku-buku sejarah Aceh yang sudah jarang kami temukan di toko buku, seperti karya Denys Lombard, Anthony Reid---saya pernah bertemu langsung dengan sejarawan senior tentang Asia Tenggara ini di sebuah acara seminar dan sempat berbincang langsung dengannya.

Di area registerasi di lobby juga tersimpan beberapa koleksi kitab langka dalam lemari kaca yang hanya bisa dilihat dari luar lemari koleksi.

Sepintas desain interior lobby yang berupa void hingga kelantai dua dengan interior berupa kubus yang berjejer di sepanjang dindingnya membuat suasana pustaka tidak kaku, tapi lebih menyerupai bangunan pusat belanjaan.

Sehingga bagi yang suka ber-instagram ria, pastilah akan menjadikan ruang lobby ini menjadi salah satu spot pilihan sebelum masuk ke ruang baca untuk kerja atau nugas kuliah!. Sehingga dengan metamorfosa itu membuat fasilitas layanan pustaka yang ada terbilang mewah bagi para mahasiswa dan pengguna pustaka dari kalangan lainnya.

Bahkan bagi keluarga yang lengkap membawa suami-istri dan anak, dilantai pertama tersedia ruangan khusus untuk anak-anak yang sangat hommy.

ruang baca anak dan keluarga sumber gambar popularitas.co
ruang baca anak dan keluarga sumber gambar popularitas.co
Ruangan ini tak jauh dari fasilitas lift dan kamar mandi yang dapat diakses dengan sangat mudah karena higienis dan nyaman urinoir dan toiletnya. Fasilitas ini tak jauh dari  ruang mushala untuk perempuan dan laki-laki yang terpisah dan dilengkapi dengan ruang wudhu dan tentu saja pendingin ruangan agar beribadah lebih nyaman.

Dari lantai satu hingga ke lantai 3 saya memilih menggunakan tangga biasa aripada memilih lift, dengan alasan lebih sehat karena bisa menggerakkan kaki agar tidak kaku. Meski sebenarnya saya agak phobia dengan lift.

Begitu keluar tangga biasa atau dari lift, pemandangan pertama selain void yang terhubung dari lantai pertama adalah  ruang baca santai berupa gazebo dengan lapisan rumput sintetis yang berada di atas ruang lobby di bagian bawah gedung.

Ruangan itu terbuka viewnya sehingga bisa terlihat area sekitar berupa pertokoan dan deretan toko, kafe elit, warkop jadul, toko kuliner makanan berat, termasuk beberapa franchaise asal luar negeri yang ada dilingkungan sekitar pustaka.

Sedangkan pemandangan di area belakang bangunan adalah sungai Lamnyong yang mengalir  hingga bermuara di Teluk Alue Naga yang merupakan desa nelayan dan juga dijadikan tempt pelatihan bagi para prajurit marinir yang berlatih renang di area yang penuh tantangan dan bahaya. Sedangkan disebelahnya adalah panorama gunung yang biru Seulawah Inong dan Agam. 

Nah, dengan rancangan gazebo berlatar dinding mozaik perpustakaan yang dirancang sangat estetik saja sudah sangat instagramable dengan banyak pilihan  spot untuk berfoto.

ruang baca yang menghadap ke arah sungai sumber gambar waspada aceh
ruang baca yang menghadap ke arah sungai sumber gambar waspada aceh

Ruang Baca Sekaligus untuk Healing

Mengapa disebut ruang healing?. Bayangkan sebuah ruang baca yang dialasi dengan rumput sintetik hijau yang lembut, dengan meja kayu mahoni, dan bisa lesehan dengan view langsung menghadap sungai Lamnyong yang mengalir jernih. Dengan tambahan view pohon baka atau Bakau yang memagari sungai.

Orang akan betah berlama-lama, dan karena kami datangnya agak terlmbat, maka seluruh tempat "healing" itu sudah penuh dengan para mahasiswa yang sedang membaca, nugas, dan bersantai dengan obrolan ala "bisik tetangga". Saya pikir hanya itu ruang healingnya, ternyata hampir sebagian besar area dipustaka itu memang layak disebut ruang healing, bahkan termasuk area dimana referensi buku dipajang.

Sesekali jika menemukan buku menarik, tak langsung dibawa ke meja, tapi dinikmati sambil bersandar di jendela yang berbatas dengan pemandangan sungai. Atau memilih duduk di lantai yang berkeramik dingin.

Saya melihat beberapa pengunjung tak melulu anak muda, para orang tua juga banyak yang menikmati suasana nyaman pustaka, sebagian mereka masih menggunakan masker, mungkin hanya demi menjaga keamanan diri saja, bukan syarat atau keharusan sebagai "pemustaka-pengunjung pustaka". Lainnya membawa anak-anak layaknya sedang belanja di mall.

Dan sesekali announcer yang sudah difasilitasi dengan AI bergema diruangan, sekedar mengingatkan pemustaka jika waktu shalat sudah tiba, atau memberitahukan apa saja fasilitas yang ada di pustaka, termasuk promosi adanya cafe di lantai 4 bagi yang jenuh untuk istirahat sejenak.

Kami memilih lantai 3 karena seluruh tempat sudah dipenuhi para mahasiswa dan pemustaka lain. Menurut informasi dari mantan siswa yang bertemu saya di pustaka dalam keperluan nugas, saat seperti sekarang yang masih libur kampus justru sepi. Saya bayangkan jika begini saja sepi, bagaimana ramainya ya!.

Begitu memilih meja panjang untuk empat orang, ternyata di sisi meja sudah tersedia cok listrik sehingga tak perlu bersusah payah mencari sumber listrik untuk keperluan mendadak seperti membuka laptop yang aus baterai atau melakukan charger gadget.

Sedangkan urusan wifi, dimasing-masing ruangan sudah tersedia password biar pemustaka tak perlu bertanya-tanya terus dengan admin penjaganya yang sudah pasti bosan dan bisa jadi "pemarah" jika ditanya password terus setiap kali.

Tempat penyimpanan tas juga tersedia bagi yang merasa terganggu saat kerja atau mencari buku. Buku-buku yang memiliki barcode, dan sistem alarm akan "berteriak" kencang jika bukunya dibawa keluar ruangan tanpa izin. Teringat saat kuliah, banyak koleksi buku yang dicuri oleh pemustaka yang nakal dengan modus menyelipkan buku di tepian jendela sebelum ditarik dari luar jendela. Cara jadul itu sekarang ini sudah sangat tidak mungkin dilakukan.

Terbayang jika kami harus bekerja di co-working space senyaman ini, dan diharuskan membayar jam per jam, maka durasi yang kami gunakan dari pukul 09.00 wib hingga 15.00 wib tentu lumayan budgetnya.

Pengeluaran sewa ruang bisa dialihkan untuk membeli minuman mineral super dingin di lantai 4 sambil merilekskan kaki setelah duduk di ruangan sambil menikmati sungai Lamnyong yang jernih di kejauhan yang berbatas tak jauh dari muara di Alue Naga di sebelah Utara. Jam 15.00 wib kami berkemas, sebelum beralih ke Kantor Dinas Perhubungan untuk menyiapkan surat prekomendasi lomba. 

Sebagian ruang baca di pustakwil aceh sumber gambar AJNN net
Sebagian ruang baca di pustakwil aceh sumber gambar AJNN net

Pustaka Senyaman Itu Bisa jadi Stimulan Budaya Baca

Sebuah notifikasi yang saya dapatkan dari Quora menceritakan penuturan seorang siswa SMA yang karena tekanan kondisi ekonomi merasa tersisihkan dari teman-temannya. Meskipun tak di bully, namun keputusannya untuk memilih perpustakaan sebagai tempat belajar dan meluangkan waktu menjadi solusi yang menarik.

Menurut penuturannya, ada tiga tempat yang bisa membantunya mengatasi masalah yang dihadapi---Mushala, pustaka dan toilet. Namun pada akhirnya keputusannya itu, dan kondisi ekonomi keluarganya yang membaik akhirnya membuatnya bisa tetap berprestasi, tidak hanyut dengan situasi buruk, meskipun berada dalam tekanan-tekanan masa remaja yang pastinya sangat sulit harus dihadapinya.

Memang, kebutuhan orang untuk membaca memang masih kurang. Faktanya di Indonesia berdasarkan hasil survei Rakuten Insight, mayoritas atau 83% responden Indonesia sering membaca buku lewat smartphone.

Tingkat penggunaan smartphone sebagai media membaca tersebut lebih tinggi dibanding responden negara Asia lainnya, seperti Vietnam (80%) dan Filipina (72%).

Sedangkan responden Indonesia yang lebih sering membaca buku fisik hanya 12%, 

Sudut pustaka yang nyaman untuk bekerja sendiri sumber gambar popularitas.com
Sudut pustaka yang nyaman untuk bekerja sendiri sumber gambar popularitas.com
namun ada 1% yang biasa membaca lewat perangkat tablet. Sebaliknya di Jepang, justru lebih banyak membaca melalui buku fisik dengan proporsi 71%, paling tinggi di antara 13 negara yang disurvei.

Namun dukungan fasilitas yang memadai seperti perpustakaan wilayah yang saya kunjungi ternyata dapat menstimulasi animo masyarakat untuk berkunjung dan membaca buku.

Persentase pemustaka yang datang dari kalangan anak-anak muda yang secara sukarela hadir disana untuk menikmati banyak fasilitas yang ada termasuk buku-buku fisiknya menjadi sebuah trend yang menarik.

Ini bisa menjadi sebuah ruang yang menarik untuk memancing para remaja untuk mulai mencintai buku fisik, di saat kemudahan pencarian referensi bisa dibantu banyak platform yang mempermudah kerja-kerja mereka.

Seperti di banyak negara, kebiasaan membaca buku masih menjadi sebuah kebutuhan yang penting. Sehingga menjadi pemandangan yang biasa jika menunggu di halte atau ruang publik lain, mereka tak selalu memanfaatkan gadget, tapi diluangkan waktunya untuk membaca buku, meskipun hanya sekedar bacaan komik atau novel sebagai pembunuh waktu.

Saya pikir perpustakaan di sekolah juga harus difasilitasi dengan kenyamanan yang lebih baik agar bisa menjadi "alternatif" para siswa untuk "ngadem" saat jam istirahat sekolah atau "jamkos-jam kosong". Jika tidak memiliki pustakapun sekolah bisa menyediakan ruang baca seperti gubuk baca yang diisi dengan koleksi buku yang up date, agar para siswa menjadi tertarik membaca.

Namun yang terpenting memang harus ada kebijakan sekolah mengalokasikan dana secara khusus untuk menambah koleksi buku agar up date di perpustakaan, sehingga para siswa bisa menikmati perkembangan buku-buku bacaan yang baru dan menarik agar tidak bosan.

Selain itu penting juga penting untuk menggalang dukungan dari para alumni agar secara sukarela bersedia untuk menyumbang koleksi buku-buku baru, tidak selalu harus dalam bentuk uang (kuatir menjadi beban).

Sekaligus menjadi ruang silaturahmi, agar para alumni bisa terus terhubung dengan almamaternya dan bisa membantu adik-adik mereka yang masih bersekolah agar lebih berdaya dan bisa mencintai buku sebagai sebuah kebiasaan positif yang penting untuk perkembangan nalar intelektualitas mereka.  

Sehingga pustaka bisa menjadi tempat rileksasi bagi para siswa sekaligus menumbuhkan budaya baca yang masih harus kita kejar harapannya.

Sebuah studi tahun 2013 dari UNESCO menunjukkan, hanya 1 dari 1.000 anak di Indonesia yang senang membaca. Sedangkan studi tahun 2018 dari PISA (Program for International Student Assessment) menunjukkan, skor membaca siswa Indonesia adalah 371 (dibandingkan dengan skor rata-rata 487), dan kemampuan membaca keseluruhan anak Indonesia berada di urutan ke-74 dari 79 negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development atau Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) . Jadi masih jauh jalan yang harus kita tempuh untuk menumbuhkan budaya baca tersebut.

referensi ;1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun