Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Budget-Friendly di Coffee Shop dengan Segelas Kopi Pancong atau Co-Working Space Gratis Milik Pemda

25 Juni 2024   14:27 Diperbarui: 25 Juni 2024   19:08 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datang nugas tapi pesannya cuma minum segelas agaknya sudah seperti "pameo" atau barangkali "prinsip", layaknya prinsip ekonomi yang sudah kita kenal sejak lama, "modal sedikit untung banyak". Menikmati coffee shop, warkop ber-wifi cuma bermodal kopi pancong---kopi kental setengah cangkir.

Tentu saja masalah finansial menjadi pertimbangan utama saat kita memanfaatkan ruang di coffee shop atau kedai kopi langganan disekitar kampus atau tempat kerja. Tapi bagaimana dengan si pengelolanya, apa tidak menjadi masalah dan dirugikan?

Memang strategi yang digunakan para pemilik coffee shop adalah dengan menyediakan jaringan wifi yang kencang, ruang yang luas dan nyaman, dengan sediaan meja-kursi pungunjung yang banyak, dan memanfaatkan turn over (perputaran atau sirkulasi) jumlah pengunjung yang besar tersebut. Banyak kafe kini buka 24 jam!

Nah bagi pengunjungnya sendiri, meskipun dimaksudkan untuk mendapatkan suasana baru agar tidak membosankan, dan fokus agar hasilnyanya optimal, namun durasi waktu yang tidak singkat juga akan berkonsekuensi pada "kantong atau dompet" kita sebagai pengunjung, karena harus membayar ekstra. Sehingga harus dicermati pengeluarannya.

Konon lagi bagi mahasiswa perantau yang pengeluarannya harus dikalkulasi dengan cermat, agar tak pesta di awal bulan dan puasa di akhir bulan. Jadi bagaimana sebaiknya agar tak masuk dalam jebakan tersebut?

Butuh tapi juga rusuh jika harus bayar mahal untuk semua kenyamanan yang kita dapatkan. Ataukah memang begitu sejatinya, kenyamanan butuh pengorbanan? Agar sama-sama tak dirugikan---anggap saja "simbiosis mutulis", kita butuh mereka, mereka juga butuh kita, sama-sama dapat manfaat.

Penting juga mencermati strategi agar kantong tak terkuras disatu sisi dan strategi lain tentu bagi si pengelola ruang usaha agar tetap bertahan usahanya (going concern).

suasana co working di bilangan lampriet banda aceh sumber gambar IDN times Jateng
suasana co working di bilangan lampriet banda aceh sumber gambar IDN times Jateng

Tips Mainkan Ruang Komersial Tanpa Menguras Kantong

Atmosfer di coffee shop memang berbeda dengan ruang kerja konvensional. Musik yang sedang diputar, aroma kopi yang menggoda, serta kehadiran orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing menciptakan suasana yang dinamis namun juga santai. Sebagian orang merasa terbantu dan menjadi lebih terinspirasi dan produktif dibandingkan di rumah atau kantor.

Tidak hanya itu, coffee shop juga menjadi tempat bertemu dengan teman atau kolega untuk diskusi informal. Ini memberikan nuansa sosial yang membuat waktu terasa lebih menyenangkan dan tidak terlalu monoton.

Agar tak bermasalah secara finansial, namun pekerjaan juga tetap bisa kelar, paling tidak kita harus pasang strategi;

Cari Tempat yang Nyaman dan "Aman Finansial" Buat Nongki atau Kongkow.

Setidaknya kita harus mempertimbangkan sejak awal soal harga, dengan cara membandingkan harga menu di berbagai ruang komersial di sekitar kampus atau tempat kerja. 

Paling tidak kafe yang mem-bandrol sepotong kue seharga Rp1.000 atau Rp2.000 bisa signifikan bedanya, mengingat kerja menguras otak bisa memancing rasa lapar.

Lalu, pilihlah tempat yang menawarkan harga terjangkau dengan kualitas produk yang baik. Tandai tempat-tempat tersebut sebagai alternatif jika suatu ketika penuh pengunjung, bosan di tempat yang sama, atau ada gangguan teknis lainnya yang mengharuskan kita memilih tempat lain. Sehingga kita masih berada dalam rate harga yang pas di kantong.

Berikutnya, bukan soal pelit atau tidak, tapi penting untuk mencari tahu promo dan diskon yang ditawarkan oleh ruang komersial. Banyak tempat yang menawarkan paket hemat, happy hour, atau diskon untuk pelajar dan mahasiswa. Jadi tak ada salahnya memanfaatkan "kebaikan" tersebut demi amannya cuan kita.

Dan sekalipun kita harus memesan makanan atau minuman, akan lebih baik juga membawa minuman cadangan, anggap saja minuman isi ulang atau minuman favorit itu sebagai bagian dari gaya hidup hemat---padahal memang bagian dari strategi penghematan budget yang sesungguhnya.

Tak perlu sungkan atau malu, toh di kekinian zaman, yang membawa tumbler bukan orang pelit, tapi orang yang "peduli lingkungan" dan fakta itu benar bukan lelucon!.

Manfaatkan juga fasilitas gratis yang ada terutama Wi-Fi, colokan listrik, dan toilet, toh kita juga membayar untuk hidangan alakadar yang kita pesan, sekalipun sebotol AMDK-Air Minum Dalam Kemasan!

Berusaha untuk efisien dengan waktu. Ini jelas ada kaitannya dengan "prinsip ekonomi" saat nugas atau bekerja di coffee shop atau co-working space.

Cobalah untuk menetapkan batas waktu yang jelas untuk nugas atau bekerja di ruang komersial. Jika perlu gunakan alarm sebagai pengingat untuk membantu kita fokus dan disiplin.

Malah jika sempat dan mau, gunakan Teknik Pomodoro. Praktiknya mudah, tinggal manfaatkan waktu bekerja selama 25 menit, istirahat 5 menit, dan ulangi selama 4 siklus. Teknik ini bakal membantu kita agar tetap fokus dan produktif dalam waktu lama. Tak sakit pinggang dan sakit kepala atau merasa jenuh.

Agar lebih fokus, cobalah hindari gangguan, misalnya dengan mematikan notifikasi ponsel dan menghindari media sosial selama bekerja. 

Jangan dikira men-scroll medsos tak menganggu kantong dan fokus kerja kita karena kita bisa lalai dan lupa waktu yang berkonsekuensi pada tambahan durasi jam pemakaian di co-working space atau kafe tersebut dan tentu saja pada pengeluaran kita. Apalagi jika dihitung jam-jaman!

ruang co working si jakarta sumber gambar kompas properti
ruang co working si jakarta sumber gambar kompas properti

Jika Budget Cekak, Cari Alternatif Ruang Kerja Murah atau Gratisan

Untuk mengakomodir kebutuhan ruang publik yang nyaman, sebenarnya pemerintah di daerah bisa berkontribusi dengan menyediakan fasilitas publik yang memiliki dukungan WiFi yang memadai.

Fasilitas ini dapat digabungkan dalam taman atau ruang bermain, ruang ini bisa menjadi alternatif yang hemat biaya untuk belajar dan bekerja serta menjadi alternatif yang memberikan ruang pembelajaran berbasis teknologi bagi publik yang lebih luas.

Pengoptimalan fasilitas perpustakaan kampus atau perpustakaan wilayah milik pemda juga bisa menjadi alternatif jika memang kita membutuhkan dukungan fasilitas internet namun juga mempertimbangkan soal dana.

Perpustakaan kampus biasanya menyediakan tempat yang nyaman untuk belajar dan mengerjakan tugas. Fasilitasnya lengkap, termasuk akses internet dan koleksi buku yang melimpah. Di kampus Universitas Syiah Kuala(USK) bahkan tersedia coffee shop untuk menemani jenuh atau buntu inspirasi.

Optimalkan Kreativitas dan Keterampilan Biar Tak Rugi Waktu dan Cuan

Tak ada salahnya membawa makanan ringan sehat dari rumah untuk menggantikan camilan yang dijual di ruang komersial. Tak hanya membantu kita menjaga kesehatan, namun yang terpenting bisa membantu menghemat pengeluaran.

Kebiasaan kita yang sering lalai di ruang nyaman harus diantisipasi dengan menggunakan aplikasi produktivitas, seperti Evernote, Trello, dan Google Calendar untuk mengatur tugas dan waktu agar lebih efektif.

Dan selain bekerja atau nugas, tak ada salahnya manfaatkan waktu luang untuk belajar keterampilan baru, seperti bahasa asing, desain grafis, atau pemrograman. Ini bisa menjadi investasi berharga, jadi sambil menyelam minum "kopi"---sambil bekerja dan nugas, juga berinvestasi "leher ke atas".

Pilih Co-Working Space yang Dikelola oleh Pemda

Di beberapa daerah, Pemerintah Daerah (Pemda) mulai mengembangkan konsep co-working space sebagai alternatif ruang kerja bersama. Co-working space ini serupa dengan coffee shop dalam hal suasana santai dan fasilitasnya yang lengkap seperti Wi-Fi, colokan listrik, dan area duduk yang nyaman.

Namun bedanya, konsep co-working space yang dibuat oleh Pemda biasanya berfokus pada memberikan layanan yang terjangkau atau bahkan gratis bagi masyarakat setempat, terutama untuk kalangan kreatif, freelancer, atau pekerja mandiri. 

Fasilitasnya mencakup ruang kerja dengan meja-meja dan kursi yang dapat digunakan secara fleksibel, ruang meeting untuk diskusi atau presentasi, serta fasilitas pendukung lain seperti printer dan ruang istirahat.

Seperti pengalaman di Co-Working Space di Banda Aceh yang dikelola oleh Pemda, atmosfernya yang nyaman dan mendukung untuk bekerja, namun bedanya di co-working space ini lebih terstruktur dan terorganisir dengan baik. Dan difokuskan dengan upaya pengembangan bisnis serta pembelajaran digital bagi para anak muda.

Saya pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diadakan di ruang publik tersebut dan seluruhnya gratis, dengan dukungan jaringan wifi yang juga tanpa bayar.

Pengunjung co-working space tidak hanya datang untuk bekerja sendiri, tetapi juga untuk berkolaborasi dan berinteraksi dengan sesama pekerja kreatif. 

Saya melihat beberapa pengusaha lokal sedang mengadakan rapat tim, seorang desainer grafis yang tengah menyelesaikan proyek, dan seorang penulis yang fokus menulis buku di sudut ruang.

Konsep co-working space yang dikelola oleh Pemda memiliki potensi besar untuk membangun komunitas kreatif lokal dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah. Dengan menyediakan infrastruktur yang memadai dan biaya yang terjangkau, Pemda tidak hanya memfasilitasi individu untuk bekerja lebih efektif, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan kolaborasi.

Memang dibutuhkan strategi untuk meningkatkan aksesibilitas ruang kerja bersama tersebut, misalnya dengan melakukan kolaborasi dengan Pihak Swasta. 

Pemda bekerja sama dengan perusahaan atau investor swasta untuk membangun dan mengelola co-working space dengan biaya terjangkau, atau berupa dukungan bantuan untuk layanan tertentu seperti jaringan wifi yang lebih murah.

Begitu juga dengan menyediakan program pelatihan dan workshop untuk pengguna co-working space, seperti kelas pengembangan keterampilan atau seminar bisnis, untuk meningkatkan nilai tambah bagi pengguna.

Atau menggunakan teknologi digital dengan menerapkan platform digital untuk reservasi ruang dan layanan, serta untuk memfasilitasi kolaborasi online antara pengguna co-working space.

Bentuk dukungan dari Startup Lokal juga penting, berupa dukungan finansial atau mentoring untuk startup lokal yang berkembang di co-working space, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkontribusi lebih besar terhadap ekonomi lokal.

Dan tentu saja kebutuhan untuk mengedukasi masyarakat tentang manfaat menggunakan co-working space, dan mempromosikan kegiatan dan acara yang diadakan di sana adalah untuk menarik minat lebih banyak orang. Ini bisa berdampak multiple effect, mendukung produktivitas dan kreativitas individu, serta meningkatkan potensi dan kontribusinya dalam masyarakat dan ekonomi lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun