Pagi ini saya berangkat agak cepat ke sekolah, meskipun bukan panitia kurban, kami disarankan untuk bisa datang lebih awal. Sedangkan panitia kurban sudah bersiap sejak pukul dua dinihari.
Tahun ini sekolah memotong 6 ekor ternak sapi yang akan dibagikan untuk kurang lebih 338 siswa. Ternak tersebut adalah hasil sumbangan para guru dan tenaga admin sekolah serta para siswa yang menyisihkan sebagian tabungannya untuk dijadikan sedekah ternak kurban.
Para guru disarankan datang cepat, selain bisa membantu sebisanya saat persiapan membagi daging kurban, di sekolah juga dibuat khanduri atau kenduri kecil-kecilan sebagai sarana bersilaturahmi sekaligus menikmati hidangan makan siang bersama dengan menu spesial "Kuah Beulangong" atau kuah belanga---karena di masak dalam belanga besar, sehingga dinamai begitu.
Setiap guru diberi kebebasan seikhlasnya jika ingin membawa bawaan untuk melengkapi kemeriahan silaturahmi tersebut, bisa berupa kue basah, masakan berbahan ikan, telur asin, atau buah-buahan (segar maupun dalam bentuk minuman---seperti timun kerok, jus semangka.
Saya sebagai wali kelas juga punya kewajiban khusus, karena di setiap kelas ada siswa yang mendapat jatah daging kurban. Jatah kurbannya sama setiap kelas namun diperuntukkan bagi siswa yang paling membutuhkan.Â
Sekolah saya meskipun berada di kampus, namun siswanya sebagian berasal dari perkampungan di sekitarnya dan sebagian besar orangtuanya merupakan petani dan nelayan serta pedagang kecil.Â
Sehingga kebijakan sekolah mempertimbangkan membagi jatah daging kurban berdasarkan kondisi siswa secara ekonomi yang paling kurang diantara yang ada dan juga mereka yang berstatus yatim, piatu atau keduanya. Mengingat keterbatasan jumlah daging yang bisa dibagikan setiap tahunnya.
Inisiatif ini juga sedang kami kembangkan agar mendapat dukungan dari para alumni sekolah agar jumlah sumbangan ternak kurban di tahun mendatang bertambah dan akan semakin banyak siswa yang dapat kami bantu.
Green Kurban, Praktik Baik Peduli Lingkungan
Belajar dari pelaksanaan green kurban yang digagas pihak kampus di lingkungan sekolah, dalam pelaksanaan kurban kami juga sebenarnya telah menerapkan konsep ala green kurban, atau prinsip-prinsip kurban hijau. Kami menggunakan plastik atau terpal yang dipakai ulang.
Pemanfaatan limbahnya juga lumayan baik, terutama untuk pemanfaatan seperti limbah kulit yang langsung bekerja sama dengan orangtua siswa yang memiliki bisnis usaha kulit. Begitu juga dengan kikilnya.