Pengembangan keterampilan menulisnya yang tidak hanya membantu dalam pengembangan kemampuan menulis kreatif tetapi juga memperkaya literasi dan pemahaman bahasa. Ini penting dalam konteks pendidikan untuk membangun keterampilan berpikir kritis dan ekspresi diri yang lebih baik.
Demikian juga dengan implikasi kurikulum, masuknya sastra dalam kurikulum dapat memberikan nilai tambah dalam pengajaran yang lebih holistik dan beragam. Namun, ada kekhawatiran bahwa ini mungkin menambah beban belajar siswa jika tidak diintegrasikan dengan baik dengan materi pelajaran lainnya.
Berbagai solusi yang dapat ditawarkan salah satunya dengan mengintegrasikan sastra secara menyeluruh dalam konteks pembelajaran yang lebih luas, siswa bisa melihat relevansinya dengan mata pelajaran lain dan tidak merasa terbebani.
Namun yang terpenting, adalah memastikan implementasi program sastra dalam kurikulum tidak hanya menjadi formalitas belaka, tetapi juga diimplementasikan dengan cara yang memotivasi dan membangkitkan minat siswa secara nyata. Ini bisa dilakukan melalui pendekatan pembelajaran yang inovatif dan fleksibel.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mungkin bisa membantu mengintegrasikan sastra dengan mata pelajaran lain secara lebih organik. Misalnya, keterampilan menulis kreatif dari cerpen dan puisi dapat diintegrasikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Ini tidak hanya meningkatkan keterampilan literasi siswa tetapi juga memperkaya pengalaman belajar mereka.
Memastikan bahwa buku-buku yang dipilih untuk kurikulum mengakomodasi berbagai minat, latar belakang, dan pengalaman siswa. Ini termasuk bukan hanya sastra klasik atau kanonik, tetapi juga sastra kontemporer dan karya penulis lokal yang relevan dengan realitas sosial dan budaya siswa saat ini.
Ini mungkin bisa mengakomodir persoalan terkait penggunaan buku-buku teks yang dipilih secara kanonik yang dapat menjadi kontroversial karena mungkin tidak sesuai dengan konteks dan minat siswa saat ini, namun dengan mempertimbangkan berbagai macam bahan bacaan yang relevan dan menginspirasi, yang  mencakup berbagai perspektif dan pengalaman kehidupan bisa menjadi jalan keluar.
Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-an dari Sastra
Sebenarnya yang diharapkan oleh sebagian kalangan, terutama dari kalangan pendidik dan sastrawan adalah sebuah momentum, dimana karya-karya sastra bisa dihadirkan secara lebih terbuka dan transparan. Terutama berkaitan dengan banyak pesan penting yang terkandung didalam karya sastra yang bisa memberi wawasan baru tentang ke-Indonesia-an pada generasi sekarang.
Ada sejarah yang harus diluruskan melalui karya-karya yang bisa dijadikan rujukan pendapat mereka tentang bagaimana Indonesia yang sebenarnya.
Kita bisa melihat dengan reaksi guru, bahkan para orang tua murid terhadap 177 buku sastra yang direkomendasi sebagai buku kanon untuk program sastra masuk kurikulum, termasuk buku karya Pramoedya yang pernah dianggap kontroversi dan sempat dilarang terbit.
Apa sebenarnya yang menjadi muatan karya-karya sastra tersebut?. Padahal didalamnya juga memuat tokoh-tokoh perempuan yang berdaya. Seperti dikemukakan oleh seorang guru di Maumere, NTT, “Justru dengan menghilangkan kisah-kisah sejarah itu, bangsa kita kehilangan jati diri, bangsa yang berdiri di atas narasi palsu. Saya kira sudah saatnya bangsa kita sudah harus lebih jujur akan eksistensi dirinya."
Dibutuhkan sosialisasi, pembinaan, pembekalan, kepada para tenaga pendidik, apalagi seperti dikemukakan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud-Ristek, Anindito Aditomo, bahwa setelah peluncuran program Sastra Masuk Kurikulum, buku-buku yang direkomendasikan sudah resmi menjadi bagian dari bahan pembelajaran Kurikulum Merdeka.
referensi:1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H