Jika negara belum sepenuhnya bisa siap menanggungnya, maka inisiatif individu diperlukan untuk mempersiapkan dan membekali diri dengan kemampuan tersebut melalui pendidikan tinggi secara mandiri.
Apalagi keuntungan lulusan perguruan tinggi, memperoleh lebih dari sekadar pengetahuan akademis, namun juga membentuk pola pikir, kemampuan analisis, dan keterampilan yang tidak diperoleh di bangku SMA atau SMK. Lulusan perguruan tinggi lebih berpeluang untuk berkontribusi secara signifikan dalam berbagai sektor industri, riset, dan teknologi.
Pendidikan tinggi juga penting dalam membentuk karakter dan kemandirian. Mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri, berpikir kritis, dan bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri. Ini berbeda dengan pendidikan dasar dan menengah yang lebih banyak diarahkan oleh guru.Â
Mahasiswa belajar mengelola waktu, menghadapi tantangan akademis, dan beradaptasi dengan lingkungan baru, semua ini penting dalam mempersiapkan mereka untuk kehidupan profesional dan pribadi yang lebih baik.
Dan pendidikan tinggi juga berdampak signifikan terhadap perekonomian. Menurut berbagai studi, negara dengan tingkat pendidikan tinggi yang lebih baik cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.Â
Hal ini karena lulusan perguruan tinggi biasanya memiliki produktivitas yang lebih tinggi, keterampilan yang lebih baik, dan penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu, mereka juga lebih mampu berinovasi dan berwirausaha, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan tantangan kenyataan bahwa biaya kuliah semakin mahal, Pemerintah harus mencari solusi untuk membuat pendidikan tinggi lebih terjangkau. Beasiswa, subsidi, dan program pembiayaan pendidikan yang fleksibel harus diperbanyak dan diperluas.Â
Perguruan tinggi juga perlu berinovasi dalam menciptakan program pendidikan yang lebih efisien dan berorientasi pada kebutuhan pasar kerja tanpa mengorbankan kualitas.
Inisiatif Pemerintah harus lebih optimal menjadikan  pendidikan vokasi juga perlu diperkuat sebagai alternatif, sekalipun kuliah itu masih relevan.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) dan program diploma bisa menjadi alternatif yang baik bagi mereka yang ingin langsung masuk ke dunia kerja. Pemerintah dan industri perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa kurikulum vokasi sesuai dengan kebutuhan pasar dan memberikan keterampilan praktis yang dibutuhkan.
Pendidikan Vokasi Solusi Atasi Hadapi Demand DrivenÂ
Pendidikan vokasi dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja, terutama yang berlatarbelakang pendidikan SMA-SMK, agar bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri.
Peluang kewirausahaan bisa dibuka melalui pendidikan vokasi dengan menyesuaiakan dengan persyaratan yang dibutuhkan sebagai daya saing.
Data statistik berbicara bahwa lulusan SMA/SMK dan SMP adalah penyumbang terbanyak angka pengangguran di Indonesia. Hanya 11 persen generasi Y dan Z yang bisa mencapai tingkat pendidikan hingga jenjang sarjana (S1). Lagi-lagi masalahnya adalah ketersediaan akses untuk melanjutkan studi ke tingkat pendidikan tinggi.