Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Fakta Gelap Kecelakaan Maut dan Larangan Study Tour, Membakar Lumbung untuk Mengusir Tikus?

18 Mei 2024   08:56 Diperbarui: 19 Mei 2024   23:11 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangkai bus usai kecelakaan maut (Sumber gambar Kompas.id/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA)

Bukan rahasia lagi, jika kita mereparasi kendaraan bukan di bengkel dealer resmi, dan ternyata harus mengganti spare part-nya dengan orderdil asli, maka harganya jauh lebih mahal. Alternatif yang ditawarkan biasanya orderdil bekas layak pakai atau onderdil KW, yang penting kendaraan "laik" jalan lagi.

Apakah di balik bengkel pemilik kendaraan bus yang notabene menjadi bisnis transportasi publik juga melakukan hal yang sama untuk menekan biaya operasional?. Apalagi Perusahaan Otomotif (PO) yang memiliki banyak armada.

Apakah fakta ini juga salah satu bagian dari temuan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) saat melakukan investigasi kecelakan maut bus di Subang?.

Jika kebijakan yang dipilih Pemerintah nantinya bersifat reaktif berupa larangan melakukan study tour, tentu juga tidak bijak. Apalagi kalau alasannya karena kasuistis masalah transportasinya yang sering menimbulkan masalah.

Jika melarang study tour, bukannya mengatasi masalah transportasinya, ibarat kita hendak membunuh tikus tapi justru dengan membakar lumbungnya. 

Mestinya Pemerintah mengetatkan dan mempertegas aturan, atau kebijakan terkait dengan pengaturan moda trasportasi publiknya. Terbukti dalam kasus kecelakaan maut bus di Subang, banyak fakta "gelap", termasuk pengecekan berkala yang diabaikan, maupun ketiadaan izin operasional bus PO, sesuatu yang substansial tapi ternyata tidak terdeteksi.

Begitu juga dengan sosialisasi aplikasi Mitra Darat yang bisa diunduh pada smartphone, sebagai bentuk partisipasi publik dalam pengawasan terhadap keberadaan moda transportasi umum yang ternyata belum banyak di kenal dan dipahami publik, sehingga kita tidak familiar.

Ilustrasi armada bus dalam sebuah perjalanan wisata sumber gambar liputan6.com
Ilustrasi armada bus dalam sebuah perjalanan wisata sumber gambar liputan6.com

Puncak Gunung Es Dalam Kasus Kecelakaan Maut

Meskipun sebenarnya Laka bus itu bersifat kasuistis, namun berbagai catatan temuan kasusnya patut menjadi perhatian kita semua. Apalagi banyak fakta mengejutkan publik di balik temuan investigasi kasus kecelakan maut tersebut.

Kecelakaan maut terbaru yang menimpa bus SMK Lingga Kencana Depok di Ciater, Subang. Diketahui, kecelakaan bus Trans Putera Fajar terjadi di wilayah Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu, 11 Mei 2024.

Bus membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok usai menggelar acara perpisahan sekolah. Akibat kecelakaan itu, 11 orang meninggal dunia terdiri dari seorang guru, 9 orang siswa dan satu orang pengendara sepeda motor.

Dan buntut dari kecelakaan maut itu, Perusahaan Otobus (PO) membuat pernyataan bahwa pihaknya saat ini terus menekan angka laka bus menuju 0,5 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun