Setelah tiga kemenangan fantastik atas tim-tim top di Asia, kita juga harus waspadai dua kekalahan lainnya. Meski masih ada sisa optmistis, saya berharap Guinea bukan tim penyama kedudukan 3 kali menang dan 3 kali kalah.
Apalagi tekanan setiap pertandingan akhir ini sangat tinggi, berbeda dengan dua pertandingan sebelumnya. Baik saat melawan Uzbekistan, maupun Irak. Baik timnas garuda muda maupun timnas Guinea akan melakukan laga hidup mati dalam ajang play off memperebutkan tiket terakhir yang tersisa untuk bisa melenggang ke Olimpiade Paris 2024 mendatang.
Ini menjadi mimpi besar bagi timnas garuda muda dan juga bagi Indonesia. Ini sebuah pencapaian yang fantastik bagi Indonesia dalam sejarah persepakbolaan kekiniannya.
Dengan dua kekalahan yang kemarin, saya merasa bahwa kali ini ganjalannya akan luar biasa dan butuh keajaiban untuk bisa melenggang ke Paris.
Apalagi melihat lawannya kali ini adalah tim dari Afrika yang terkenal dengan kekuatan fisiknya. Kita lihat dalam dua performa tanding terakhir, para pemain garuda muda U23 terlihat sangat mudah terkuras staminanya, ketika harus bermain dalam tensi tinggi, mengikuti gaya permainan lawannya.
Seperti saat melawan Uzbekistan yang bermain menekan dan Irak yang bermain dengan tensi yang lebih santai namun mereka terlihat memiliki fisik dan daya tahan lebih kuat.
Bagaimana nanti saat melawan tim dari Singa Afrika yang terkenal dengan kekuatan fisiknya?. Jika mereka bermain dengan tensi tinggi saja, tanpa pertimbangan teknik, saya kuatir timnas muda garuda akan kedodoran di pertengahan pertandingan. Kecuali jika gaya permainan seperti saat melawan Korea dipraktikan dengan disiplin tinggi.
Namun saya yakin Guinea juga akan memperketat pertahanan lini mereka
Harapan Kita Melawan Tim Guinea
Timnas U23 Guinea, bukan tim sembarangan, itulah mengapa semestinya kita lebih memilih bersikeras menang lawan Irak meskipun nantinya akan masuk dalam tim neraka saat di Olimpiade. Sayang pilihan itu telah pupus,dan tak ada jalan pulang lagi.
Tim Guinea berisi pemain yang juga sudah malang melintang di klub besar internasional, Francois Kamano dari FC Lokomotiv Moscow, Naby Keita dari Liverpool, Amadou Diawara dari AS Roma, Saidou Sow (Strasbourg), Amadou Diallo (Rennes), Issiaga Camara (Nice), hingga Ilaix Moriba (Getafe).
Mengapa para pemain Afrika banyak yang dikontrak tim profesional?, Â selain kombinasi kecepatan, kelincahan, dan keterampilan teknis yang dimiliki, Guinea atau lebih tepatnya para pemain asal Afrika berfisik tangguh karena ditempa lingkungannya yang berat.