Sebuah video yang mirip kisah film Children Of Heaven pernah viral. Jam belajar siswa kelas 3 SDN 3 Wameo, Baubau, Sulteng baru saja usai, Riski (9) langsung bergegas ke halaman sekolah. Di sana, kakaknya Nadia (11) sudah menunggu untuk menggunakan sepatu adiknya sebelum masuk kelas.Â
Siswi kelas 4 SDN 3 Wameo itu langsung duduk, sementara adiknya memakaikan sepatu kepada kakaknya. Lalu, Nadia pun menuju kelas untuk memulai pelajaran.Â
Begitulah catatan narasi di video viral tersebut. Mengharukan, karena mereka masih bisa tersenyum dalam kondisi sulit tersebut. Dan itu hanya gambaran kecil dari potret besar dunia pendidikan dan nasib siswa dengan lata belakang ekonomi yang tak semuanya sama.
Jadi ketika isu seragam diganti, itu bukan masalah sepele. Tak sedikit keluarga dengan anak-anaknya yang bersekolah mengeluh dan terbebani karena himpitan ekonomi. Beban usai pandemi saja belum kelar, harus ditambahi dengan rencana pemerintah mengganti seragam.
Meskipun hanya berwujud wacana, namun isu telah terlanjur menyebar liar, sehingga muncul banyak kekuatiran. Beruntung isunya segara diklarifikasi oleh Plh Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Ristek, Anang Ristanto bahwa pergantian seragam setelah lebaran itu tidak benar.
Dan acuan tentang aturan soal kebijakan sekolah, masih sesuai dengan Peraturan Mendikbud Ristek Nomor 50 Tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Lungsuran atau warisan baju seragam adalah fenomena yang tidak sederhana, Mengapa?. Hal itu secara tidak langsung berkaitan dengan pertimbangan ekonomi para orang tua yang anaknya membutuhkan seragam baru.Â
Keberadaan seragam bekas setidaknya membantu menghemat pengeluaran yang sebenarnya tidak diperlukan jika tidak mendesak.
Setidaknya para orang tua yang punya anak, dalam jenjang sekolah yang tak berjauhan, tak begitu pusing memikirkan harus beli baju sekolah untuk anaknya yang baru masuk sekolah. Jika kakaknya tamat, maka baju lama bisa "diwariskan"pada adiknya.Â
Nah jika seragam diganti, maka kebiasaan mewariskan pakaian dari kakak atau abang yang naik kelas untuk adiknya tak bisa dilakukan lagi. Itu artinya para orang tua harus memikirkan dana ekstra hanya khusus untuk membeli seragam baru saat anaknya masuk sekolah atau naik kelas dan baju lamanya mungkin tak lagi sesuai dengan ukuran tubuhnya yang telah berubah.
Belajar dari pengalaman pemerintah Jepang, para siswa disana sejak dulu memiliki seragam yang tak pernah berubah. Â Di Jepang, seragam sekolah Jepang dirancang khusus, berdasarkan seragam angkatan laut bergaya Eropa.
Pertama kali digunakan di Jepang pada akhir abad ke-19, menggantikan Kimono. Idenya dicetuskan oleh Elizabeth Lee, kepala sekolah Fukuoka Jo Gakuin. Sekarang, seragam sekolah tersebut umum dipakai di berbagai sekolah negeri dan sekolah swasta di Jepang. Kata Jepang untuk jenis seragam ini adalah seifuku.
Seifuku adalah sebutan bagi seragam sekolah di Jepang yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan sailor sefuku karena populernya film animasi sailormoon yang berpakaian seifuku seperti salah satu ikon pop kultur di Jepang.
Nah kabar pergantian seragam yang muncul kepermukaan, mendapat respon beragam dari publik. Apalagi ketika isu bergerak liar. Namun, satu hal yang justru menarik perhatian kita adalah, bahwa seandainya narasi pergantian seragam benar terjadi, menyadarkan kita pada satu hal bahwa seragam sekolah itu mahal.Â
Tak semua kalangan masyarakat "kuat" menerima kemungkinan perubahan rencana tersebut. Banyak sekali cerita dari para orangtua yang merasa terbebani karena adanya biaya yang dikeluarkan untuk seragam sekolah. Bagaimana nantinya jika ada seragam pengganti yang baru?.
Untunglah wacana itu tak jadi dilaksanakan. Artinya aturan seragam tidak ada yang berubah, tetap pada seragam sekolah semula.
Jika merujuk kepada sejarah, kapan seragam mulai diatur menjadi sebuah kebijakan resmi yang harus dilaksanakan para siswa, orang yang berada di balik penetapan seragam sekolah di Indonesia adalah Idik Sulaeman yang menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kesiswaan di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah pada masa periode 1979-1983.
Warna seragam yang berbeda di masing-masing tingkatan pendidikan ini mulai diberlakukan sejak zaman pemerintahan Soeharto, tepatnya pada tahun 1982.Â
Melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 52 tanggal 17 Maret 1982, pemerintah resmi menetapkan penggunaan seragam sekolah, termasuk warna yang digunakan.
Kebijakan yang Peka Dalam Menetapkan Kebijakan
Fungsi utama seragam, selain menjadi cara cepat membangun kedisplinan dengan disertai pembiasaan agar menjadi habits, keberadaan seragam di sekolah, membuat orang bisa lebih fokus belajar, tidak diganggu persoalan perbedaan sosial-ekonomi. Seragam menjadi alat "sense of egality--kesetaraan.
Keberadaannya menjadi faktor substansial yang mengurangi kesenjangan antar individu dan kelompok dalam sebuah lingkungan seperti halnya sekolah. jadi kalau ada beda sosial, akan disembunyikan oleh seragam.
Dengan berkembangnya wacana penggantian seragam, persoalan lain yang muncul justru persoalan ekonomi yang mengganjal para orang tua, karena tak semua orang tua yang anaknya bersekolah bisa mengikuti perubahan kebijakan tersebut.
Pemerintah harus mempertimbangkan dengan baik dan bijak jika ingin mengambil kebijakan tertentu yang berkaitan dengan hal-hal yang substansial seperti kemampuan ekonomi para orang tua murid.
Kecuali jika dalam transisi perubahan itu pemerintah bisa memberikan subsidi, atau ada kebijakan yang meringankan. Akan lebih baik jika kebijakan diarahkan kepada hal-hal yang lebih substansial daripada mengurusi penggantian seragam.
Bagaimanapaun masih banyak persoalan krusial yang membutuhkan perhatian dari Pemerintah, bahkan termasuk di dalamnya Kurikulum Merdeka yang berjalan optimal.
Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan, yang mengharuskan Pemerintah bisa lebih fokus memastikan bahwa semua anak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Termasuk membangun sekolah baru di daerah terpencil, menyediakan transportasi sekolah bagi siswa yang tinggal jauh dari sekolah, dan memastikan bahwa semua sekolah memiliki fasilitas dan sumber daya yang memadai.
Begitu juga peingkatan kapasitas para guru; Pemerintah fokus mendorong peningkatan kualitas pendidikan dengan menyediakan pelatihan yang berkualitas bagi guru. Ini termasuk program pengembangan profesional yang berkelanjutan, dukungan untuk meningkatkan keterampilan pengajaran, dan insentif untuk menarik guru berkualitas ke daerah yang sulit.
Optimalisasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka, agar dapat dijalankan merata diseluruh sekolah yang ada di Indonesia.
Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Berkualitas: Fasilitas fisik sekolah dan lingkungan belajar yang aman dan nyaman merupakan faktor penting dalam kualitas pendidikan. Pemerintah dapat berinvestasi dalam pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, serta fasilitas olahraga dan seni.
Program Bantuan Keuangan untuk Pendidikan: Untuk mengurangi hambatan ekonomi yang mungkin menghalangi akses pendidikan, pemerintah dapat menyediakan program beasiswa, pinjaman pendidikan yang terjangkau, atau bahkan layanan makanan sekolah bagi siswa dari keluarga berpendapatan rendah.
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Investasi dalam pendidikan anak usia dini memiliki dampak jangka panjang yang besar pada perkembangan anak. Pemerintah dapat memperluas akses dan meningkatkan kualitas program PAUD, serta memberikan dukungan kepada orang tua dalam memahami pentingnya pendidikan awal.
Serta, Pendidikan Inklusif: Pemerintah harus dapat memastikan bahwa semua anak, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus atau dari latar belakang yang kurang diuntungkan, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan.Â
Ini melibatkan penyediaan layanan pendukung, seperti guru pendamping atau fasilitas aksesibilitas, serta pengembangan strategi pengajaran yang inklusif.
Daripada menambah masalah baru yang masih banyak bertumpuk, mengapa tak memikirkan kebijakan yang lebih krusial seperti di beberapa masalah di atas?.
referensi: 1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI