Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Matang Emosi dan Loyalitas Pekerja Lansia, Layak Jadi Alasan Masuk Bursa Kerja Lagi!

29 April 2024   14:03 Diperbarui: 30 April 2024   16:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja lansia di ranah boga sumber gambar tribunews.com

Benarkan pekerja lansia lebih loyal?. Mungkin faktor ini menjadi pertimbangan krusial kemunculan lowongan kerja untuk lansia, disamping kematangan emosi dan profesionalismenya. Apa itu Ageisme?.

Kemarin baru saja saya ketemu teman lama, seorang dokter spesialis. Ternyata  diusianya menjelang pensiun ia justru mengeluh jika profesinya tak bisa lagi memberinya kenyamanan. Pasalnya kerja keras menangani pasien menyebabkan jadwal kerjanya  terlalu penuh dan membuatnya lelah luar biasa.

Hasil rontgent terakhir, tulang di tubuhnya ada yang terdampak profesinya tersebut. Hanya karena pertimbangan anak-anaknya yang masih belum selesai studi, sementara istri tercinta adalah ibu rumah tangga sejati, maka ia memutuskan untuk terus bekerja.

Seiring waktu ia terus memikirkan, apa jenis pekerjaan yang bisa menghasilkan uang berkaitan dengan profesinya, tapi tak membuatnya habis waktu dan tenaga.

Pada akhirnya ia memilih menjadi seorang konselor. Dan disisa waktu luangnya ia bekerja di kantornya sendiri di rumah berhubungan dengan profesinya, tanpamelibatkan pasien yang intens. Untuk kebutuhan itu ia bahkan harus memaksa kuliah lagi demi tuntutan rencana yang telah dikonsultasikannya dengan rekan kerjanya.

Dengan rencana barunya itu, ia kini telah menyiapkan diri untuk "kerja profesional"saat pensiun di usia 60 tahun.

Apa yang dilakukan oleh teman saya adalah sedikit dari upaya yang mestinya memang harus dipersiapkan sejak awal saat kita pensiun namun ingin tetap terus produktif.

Artinya bukan sebuah halangan bagi para lansia untuk menjadi produktif, meskipun tak lagi menjadi berkah demografi.

Ilustrasi pekerja lansia di ranah boga sumber gambar kompas.com
Ilustrasi pekerja lansia di ranah boga sumber gambar kompas.com

Lansia Produktif? 

Inisiasi yang didorong oleh sebuah perusahaan boga untuk merekrut para lansia menjadi bagian dari divisi kantornya adalah sebuah fenomena menarik. Mengingat selama ini,kendalausia selama menjadi hambatan utama ukuran produktifitas. Artinya jika ada lansia masih tetap produktif, mungkin hanya dianggap kasus dan sesuatu yang luar biasa.

Perkembangan terbaru saat ini bisa disebut sebagai Lansia Produktif?. Ketika lansia justru diberdayakan kembali kemampuan dan kapasitas dengan pengalaman kerja sebelum masa pensiun dalam bentukkerja-kerja yang bisa mendorong dan mendukung produktifitas perusahaan.

Fenomena ini tentu ada kaitan dengan pengalaman para lansia yang sudah matang  selama bekerja sebelumnya dan perkembangan terbaru terkait digitalisasi.

Dalam sebuah penelitian, perkembangan digitalisasi dan hadirnya begitu banyak aplikasi yang memudahkan kerja-kerja manusia bahkan melalui Work From Home (WFH),sesuatu yang populer saat pandemi kemarin.

Perkembangan aplikasi yang makin mudah melahirkan banyak peluang kerja baru yang juga diminati oleh banyak kalangan saat ini.

Puteri teman saya bekerja dari rumah selama delapan jam sehari, terhubung ke parapelanggan dan vendor sebuah perusahaan digital dengan pendatan Rp.8-15 juta per bulan. Hanya dari kamarnya, tapi bagi anak muda itu biasa. Bagaimana jika peluang itu juga dirasakan para lansia?.

Nah pekerjaan terbaru juga terbuka peluang bagi para lansia yang masih bisa bekerja di ranah bidang tersebut. Namun yang sedang menjadi trend saat ini adalah pemanfaatan kemampuan para lansia dalam berkomunikasi.

Membangun hubungan interaksi sosial melayani para pelanggan. Keramahan dan kapasitas usia membantunya menciptakan bentuk pendekatan yang lebih personal dan intim--dengan para konsumen yang menjadi vendor atau mitra perusahaan boga yang menjadoi perekrutnya.

Apa Persiapan Menjadi Lansia Produktif?

Setidaknya faktou U (Usia) tetap harus menjadi pertimbangan yang mendasar, sekalipun ada ribuan peluang baru terbuka selama era digitalisasi saat ini.

Dasar inisiatif bekerjanya para lansia bermacam-amcam,mulai dari karena kebutuhan atau karena belum siap untuk pensiun. Namun, ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mencari kerja pada usia senja. Faktanya menurut Linkedin, hampir semua orang yang tumbuh pada usia 50 dan 60 tahun ke atas, menabung kurang dari 10 ribu dolar AS (Rp 162 juta) untuk masa pensiun. 

Artinya uang masih menjadi prioritas alasan terus bekerja. Jadi bekerja juga masih menjadi "kebutuhan", bukan sekedarnya saja, seperti kepuasan pribadi.

Jika memilih tetap berada di bidang yang kita kuasai atau industri yang sudah kita kenalseperti pilihan sahabat saya, maka pertimbangkan untuk menjadi konsultan. Memang butuh persiapan tambahan. 

Dan pekerjaannya bisa berbentuk pekerjaan paruh waktu sambil membangun bisnis sampingan untuk membantu secara finansial. Itupun jika ada rencana cadangan berikutnya yang lebih mandiri.

Apalagi kini bisnis online juga makin marak, para lansia yang punya kapasitas pendekatan persoanal yang baik, mungkin akan menjadi sebuah alternatif tempat belanja baru para pembelanja online. Sesuatu yang unik!.  Tidak ada kata terlambat untuk belajar dunia digital.

Atau jika masih merasa "berat", mungkin mempertimbangkan jenis pekerjaan yang lebih kecil, termasuk perusahaan nirlaba, perusahaan rintisan, asosiasi perdagangan kecil, dan dunia pendidikan. 

Biasanya, pemberi kerja ini beroperasi dengan staf cadangan dan bergantung pada pengalaman dan keahlian seiring bertambahnya usia. Semua informasi saat ini bisa diperoleh melalui jaringan.

Ilustrasi lansia bekerja sumber gambar okezone ekonomi
Ilustrasi lansia bekerja sumber gambar okezone ekonomi

Untungnya Ageisme Para Pekerja Lansia 

Ageisme, dipahami sebagai fakta, bahwa ketika kita memilih mencari pekerja lansia, banyak perusahaan percaya orang yang lebih tua hanya ingin bekerja dalam waktu singkat, dibandingkan dengan orang yang lebih muda.  Mereka juga berkecenderungan loyal, bukan jenis 'si kutu loncat"

Para pekerja lansia dianggap memiliki kematangan profesional untuk menambah nilai pada bisnis. Hanya saja soal stereotif, bahwa lansia identik dengan tidak produktif, para pekerja lansia  yang sehat secara fisik dapat menunjukkan sikap get-up-and-go. 

Jadi tak ada lagi halangan, dengan semakin terbukanya rintisan ruang kerja baru bagi lansia yang tetap ingin produktif. Tua-tua keladi--makin tua makin "berisi" dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun