Di bagian belakang rumah memang sengaja saya sisakan petak tanah seluas kurang lebih 5 x 10 meter untuk berkebun, itupun sudah termasuk sumur, sebuah gubuk dan gudang kecil.Â
Petak itu rencananya untuk taman belakang rumah, jadi saya manfaatkan seoptimal mungkin untuk berkebun selama masih kosong. Ditambah kolam bekas sawah sepanjang 4x 10 meter untuk kolam ikan lele sangkuriang.
Bagian yang sebenarnya belum saya timbun dan saya biarkan tetap berbentuk kolam, karena dari samping rumah kita bisa menikmati kolam sambil makan siang. Sekaligus jadi antisipasi agar orang yang tak berkepentingan tak bisa leluasa masuk ke halaman belakang rumah.
Selama menjadikannya kebun-kebunan, manfaatnya terasa sekali, meskipun sibuk dengan pekerjaan mengajar sebagai cekgu atau guru, di saat akhir pekan kebun menjadi area healing yang nyaman. Apalagi anak-anak bisa memancing sambil berkebun.
Jika umpannya ditarik, barulah semua aktifitas kami berhenti untuk melihat, hasil pancingan anak-anak. Lumayan juga, untuk ikan seumuran 2 bulanan ukurannya sudah layak konsumsi. Tentunya karena kami juga rutin memberinya pakan dua kali sehari saat pagi dan sore. Dan kolam itu hanya berfungsi sebagai kolam tadah hujan.
Di kolam itu masih saya temukan udang-udang kecil berwarna putih yang menjadi makanan ikan lele peliharaan itu. Dan burung jenis raja udang kadang mampir untuk "mandi" atau memakan udang-udang putih itu.
Begitulah serunya jika kita memanfaatkan kebun dan "kolam ikan" yang ada. Sebenarnya saya juga pernah menggunakan metode memelihara ikan dengan kolam terpal, seperti yang pernah kami praktikkan di daerah transmigran Jantho di Aceh Besar,ketika bagian belakang rumah masih berantakan dan banyak gangguan biawak.Â
Tapi  pada akhirnya tanah kosong di samping rumah itu saya "sulap"menjadi kolam alami. Dan bibit pertama yang kami lepas sebanyak 500 ekor.
Artinya jika kita memiliki tanah terbatas, tetapi ingin punya kolam ikan, alternatif kolam terpal bisa dilakukan. Begitu juga dengan berkebun.Tentu sebagian kita banyak yang memanfaatkan polybag atau sistem bertanam hidroponik jika lahannya memang terbatas. Bahkan bisa memanfaatkan botol bekas minuman mineral sebagai media tanamnya. Atau dengan memanfaatkan pipa paralon bekas
Sistem penanaman hidroponik. Hidroponik adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah
Sedangkan kolam terpal adalah, kolam ikan yang dibuat dengan memanfaatkan bahan terpal. Terpal yang diletakkan pada kolam untuk dijadikan alas sekaligus dinding kolamnya. Untuk penerapan terpalnya, bahan dan bentuknya bisa dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan.
Ditengah kesibukan mengajar dan kegiatan eskul selama menggunakan Kurikulum Merdeka yang kesibukannya bertambah, menjalankan hobi berkebun bisa menjadi cara melepas penat. Disamping bisa memberi tambahan manfaat baru bisa lebih berhemat, dan sebagai wujud kepedulian lingkungan.
Dalam konteks gaya hidup hemat ala frugal living memanfaatkan kebun rumah bisa menjadi cara kita berhemat. Frugal living adalah tentang mengelola keuangan dengan bijak. Orang yang menjalani gaya hidup frugal membeli barang dan layanan yang dibutuhkan, memperhatikan kualitas, dan mencari cara untuk menghemat uang tanpa mengorbankan kebutuhan dasar.
Di halaman belakang rumah setidaknya terdapat 18 jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan dapur. Mulai dari tanaman cabe rawit, kacang panjang, belimbing wuluh, takokak, Â kecombrang, lengkuas, kencur. Ditambah tanaman buah seperti pepaya, kelapa dan pisang serta mangga dan beberapa jenis tanaman lain.
Dan setidaknya untuk beberapa jenis sayuran bisa dimanfaatkan secara berkala, begitu juga dengan buah dan ikan. Ikan dari kolam biasanya kami simpan di bak selama dua hari atau lebih untuk menetralkan bau lmpurnya sebelum diolah menjadi lele mangut dengan olahan santan, lele bakar atau di goreng krispi dengan tepung siram.
Kami merasakan manfaatnya yang luar biasa. Selama ramadan kemarin, lebih dari 10 buah pepaya masak secara maraton, sehingga bisa diatur kapan kami bisa memanfaatkannya untuk minuman pepaya kerok untuk berbuka puasa.
Begitu juga dengan buah kelapa, ternyata berbuah cukup banyak dan tepat waktu bisa dinikmati kelapa mudanya, bisa dimanfaarkan setiap minggunya.Â
Sedangkan kelapa yang tua kami jadikan bahan untuk santan membuat rendang. Apalagi di daerah kami saat menjelang lebaran, mendapatkan santan kelapa cukup sulit karena "berebutan"di pasar.
Dengan membawa kelapa dari rumah untuk sekedar di peras menjadi santan, selain tak perlu berebutan, juga ongkosnya jauh lebih ringan lebih dari setengah harga yang ada.
Sabut kelapa yang ada kami simpan dan kami manfaatkan sebagai media tanam anggrek dan tanaman epifit lain, termasuk untuk rambatan tanaman daun cincau. Sabut kami balutkan di bekas penyaring air lalu digantung menjadi hiasan di kebun sebagai media tanam.
Kebiasaan memanfaatkan waktu luang bagi yang hobi berkebun, bisa menjadi cara kita mempraktekkan gaya hidup hemat. Tidak hanya membuat kita lebih sehat karena beraktifitas di kebun juga seperti berolahraga, tapi juga membantu menekan pengeluaran tertentu.
Sekalipun itu tidak sepenuhnya selalu jadi tujuan utama, setidaknya banyak manfaat lain yang bisa kita hasilkan dari berkebun disela kesibukan kita bekerja dalam sepekan.
Diantara selingan bertamasya keluar rumah seperti ke pantai, acara berkebun juga menarik karena bisa melibatkan seluruh anggota keluarga di rumah. Apalagi jika diselingi saat makan siang langsung di kebun sendiri. Seru sekali.
Berkebun dan Berbagi
Beberapa tetangga ada yang secara rutin berkunjung ke rumah memanfaatkan daun kari (daun tumurui), belimbing wuluh atau buah kecombrang untuk tambahan variasi seperti pecal. Karena beberapa tanaman tersebut tumbuh subur dan berbuah banyak saat musim tertentu.
Hasil dari berkebun selain dinikmati sendiri juga saya bagikan. Dengan memanfaatkan tanah di pinggir kolam di bekas timbunan sampah organik untuk menanam bibit tanaman di gelas bekas air mineral atau jus, banyak stok tanaman yang bisa dihasilkan. Biasanya bibitnya kami juga peroleh juga dari kebun sendiri.
Buah pepaya yang masak dipohon, bijinya saya jemur, dan hasilnya kemudian disemai di pot tanaman lain yang ukurannya lebih besar. Jadi, sambil menyiram tanaman juga menyiram bibit "titipan" tadi.
Jika sudah bisa di tanam terpisah barulah kami pindahkan ke pot dari gelas bekas jus yang ukurannya lumayan besar.
Nah, bibit-bibit itulah sebagian saya tanam dan sisanya saya bagikan ke teman-teman tetangga di kompleks dan di sekolah. Secara tidak langsung "menularkan" gaya hidup frugal agar bisa lebih hemat.
Bibit yang kami tanam juga bibit yang sehat--biasanya, berdasarkan pengetahuan dari internet bahwa konon katanya biji yang berasal dari buah yang cenderung bentuknya bulat (meskipun tak seluruhnya jenis buah tersebut berbentuk bulat), seperti semangka rasanya lebih manis yang berbentuk oval atau lonjong.
Dengan berbagi bibit itu, banyak teman-teman yang mengisi kebun atau tanam kosong mereka dengan tanaman yang saya bagikan.
Menjadi kegembiraan tersendiri, saat teman atau tetangga bercerita tentang kisah panen kebun mereka. Apalagi ketika mereka bisa merasakan manfaat secara ekonomi yang bisa membantu meringankan "dompet" mereka.
Bahkan teman-teman yang dulu mendapat kiriman dari hasil kebun di rumah, kini berbalik mengirimkan hasil kebun mereka ;),
Jadi meskipun banyak teman-teman yang juga bekerja di kantor pemerintahan atau menjadi guru, dan selalu dipenuhi kesibukan teryata banyak juga sebenarnya yang mau berkebun.Â
Termasuk teman-teman yang hanya memiliki rumah dengan halaman kecil, tak menghalangi mereka untuk bisa berkebun dan bahkan bisa memiliki kolam ikan kecilnya. Atau siapa tau mau berbisnis bibit tanaman?. Why not!.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H