Selain kisah Alwi yang penuh perjuangan, juga banyak kisah lain. Seorang teman yang bermukim di luar negeri memilih berlebaran di sana karena alasan ongkos, meskipun sudah bertahun-tahun berpisah dengan orang tuanya.
Seorang pekerja mercusuar yang menjaga pantai di pulau paling ujung di Pulo Aceh memilih tetap bekerja karena alasan ekonomi dan tak ada pekerja lain yang memiliki kecakapan semahir dia.
Begitu juga banyak orang yang tetap bekerja dan mengorban waktu libur panjang setahun sekali bisa bertemu keluarga karena lagi-lagi alasan ekonomi, karena kompensasi yang berlipat jumlahnya saat bekerja di masa libur lebaran yang sulit dilakukan oleh orang lain.
Sebagian besar lebih memilih berkumpul dengan keluarga daripada sekedar menerima uang berlebih. Padahal karena alasan krusial ekonomi yang menghimpitnya yang "memaksa"mengambil pilihan itu.
Begitu juga kisah para "manusia gerobak" yang menjadi urban yang hidupnya pontang-panting dan morat-marit selama di ibukota, selain bertahan merekapun juga harus berjuang demi bisa pulang saat lebaran.
Kisahnya banyak kita temui di media sosial. Meskipun begitu, tak mengurangi banyaknya urban yang mengadu nasib di ibukota saat arus balik nantinya dan bergabung dengan para "pejuang nasib" seperti temannya.Â
Sebagian bisa sukses, sisanya kembali mengisi relung-relung ibukota sebagai gepeng dan manusia gerobak.
Bahkan yang sedang mengadu nasib menempuh pendidikan di kampus pun ada yang memilih tidak pulang karena alasan ongkos.Â
Saya menemui beberapa yang tinggal tak jauh di rumah kos sederhana bergabung dengan beberapa teman yang tak beruntung,namun bertekad kuat untuk terus bisa bertahan kuliah mengandalkan beasiswa dan sedikit tabungan orang tua.
Begitulah kisah fenomena mudik yang begitu menghebohkan di setiap tahunnya saat lebaran. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jumlah pemudik pada periode Hari Raya Idulfitri tahun 2024 ini mencapai 193,6 juta orang. Perkiraan itu naik dari tahun lalu dengan jumlah pemudik sebanyak 123,8 juta orang.
Dan diantara jutaan pemudik ada yang tak seberuntung Alwi atau orang pria yang mudik dengan onthel, tetap bekerja kala liburan spesial lebaran.
Alwi hanya sebuah potret kecil, bagaimana mudik menjadi sebuah tradisi yang menjadi ciri khas di negera kita, apalagi usai berpuasa sebulan penuh yang "mesti" dirayakan kebahagiannya agar lebih lengkap saat lebaran.
Apapun cara dan bentuk perjuangannya, mudik tetap jadi pilihan yang sulit diabaikan!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H