Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sensasi Berpuasa dan Berbelanja di Pasar Tertua di Aceh

31 Maret 2024   22:02 Diperbarui: 31 Maret 2024   22:54 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
para pemain barongsai dari tionghoa muslim sumber gambar modus aceh.com

Padahal gelombang air yang begitu besar di belakang masjid menyapu ruko hingga lantai dua, dan menghancurkan banyak bangunan lainnya.

Dan kisah itu kemudian menggugah beliau kini menjadi seorang Muslim.

Pasar takjil selama ramadan di peunayong sumber gambar detik.com
Pasar takjil selama ramadan di peunayong sumber gambar detik.com

Takjil War Selama Ramadan

Hal lain yang terasa sangat ikonik dan menjadi ciri khas selama ramadan adalah keberadaan pusat jajanan takjil di seantero Pasar Peunayong. Tak hanya didominasi para pedagang lokal tapi juga berbaur dengan para pedagang warga keturunan.

Dan uniknya adalah mereka tidak hanya menjadi pedagang, tapi juga memanfaatkan momentum itu untuk jajan berbelanja berbagai jenis makanan atau kuliner yang sangat beragam selama ramadan.

Bahkan menurut warga Tionghoa tersebut, banyak makanan unik dan lngka yang bisa mereka temukan saat ramadan dari para pedagang takjil dari masyarakat Aceh.

Kemeriahan itu menjadi bagian dari harmoninya tradisi dan hubungan sosial antara warga peranakan dan masyarakat Aceh. Bahkan saat larangan menyalakan petasan selama perayaan tahun  baru pun meskipun hanya bersifat himbauan, namun warga peranakan memilih untuk tidak berdagang petasan dan tidak menyalakannya saat malam pergantian tahun.

Itulah mengapa gesekan dan benturan sosial antar warga keturunan dan masyarakat Aceh sangat jarang terjadi. Dan keberadaan Peunayong sebagai sebuah tempat ikonik sejak era Kesultanan Aceh menjadi cikal bakal tetap lestarinya harmoni tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun