Padahal gelombang air yang begitu besar di belakang masjid menyapu ruko hingga lantai dua, dan menghancurkan banyak bangunan lainnya.
Dan kisah itu kemudian menggugah beliau kini menjadi seorang Muslim.
Hal lain yang terasa sangat ikonik dan menjadi ciri khas selama ramadan adalah keberadaan pusat jajanan takjil di seantero Pasar Peunayong. Tak hanya didominasi para pedagang lokal tapi juga berbaur dengan para pedagang warga keturunan.
Dan uniknya adalah mereka tidak hanya menjadi pedagang, tapi juga memanfaatkan momentum itu untuk jajan berbelanja berbagai jenis makanan atau kuliner yang sangat beragam selama ramadan.
Bahkan menurut warga Tionghoa tersebut, banyak makanan unik dan lngka yang bisa mereka temukan saat ramadan dari para pedagang takjil dari masyarakat Aceh.
Kemeriahan itu menjadi bagian dari harmoninya tradisi dan hubungan sosial antara warga peranakan dan masyarakat Aceh. Bahkan saat larangan menyalakan petasan selama perayaan tahun  baru pun meskipun hanya bersifat himbauan, namun warga peranakan memilih untuk tidak berdagang petasan dan tidak menyalakannya saat malam pergantian tahun.
Itulah mengapa gesekan dan benturan sosial antar warga keturunan dan masyarakat Aceh sangat jarang terjadi. Dan keberadaan Peunayong sebagai sebuah tempat ikonik sejak era Kesultanan Aceh menjadi cikal bakal tetap lestarinya harmoni tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H