catatan: artikel ini awalnya ikutan ramadhan ke 20, tapi karena double dengan artikel FOMO, jadi tiga artikel muncul bersamaan akhirnya saya hapus satu, tapi ternyata dua artikel tinggal dengan isi yang sama-akhirnya saya buat jadi dua artikel baru dengan isi beda ;), semoga bermanfaat meskipun berdekatan topiknya--selamat membaca.
"Kalau adik puasa, nanti ayah pinjamin hape, supaya kuat puasanya", dialog model itu sudah jamak sekarang sebagai solusi orang tua atasi masalah anak puasa. Begitu juga dengan pemandangan saat sedang tarawih anak-anak dan remaja bermain gadget untuk bermedsos atau game online bukan hal yang aneh. Bahkan begitu selesai shalat di mesjid, langsung kembali ke aktifitas bergadget ria.
Gadget bahkan sudah sejak lama dijadikan solusi mengatasi anak tantrum, rewel, malas, sulit makan. Dengan ancaman larangan memakai gadget, anak-anak bisa "patuh".
Namun secara psikologis juga berpengaruh buruk pada ketergantungan atau kecanduan gadget.
Selama ramadan, bukannya mengurangi intensitasnya, justru menjadi hari full bermain gadget untuk mengisi waktu kosong selama puasa. Fenomena ini menjadi paradoks yang sulit dihilangkan.
Padahal bulan Ramadan adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu, dan menjadi kesempatan untuk fokus pada ketaatan spiritual. Namun, era kekinian banyak dari kita justru terjebak dalam paradoks sulitnya berpuasa gadget terutama mengulik media sosial dan main game online berlebihan.
Malah sebaliknya, daripada mengurangi penggunaan gadget para orang tua justru menggunakan gadget sebagai cara membujuk anak-anak agar mau berpuasa dan bisa "lupa" dengan puasanya meskipun hanya sebagai bentuk "puasa belajar".
Sulitnya Mengatasi Ketergantungan Gadget Saat Ramadan
Paradoks mengurangi penggunaan gadget selama bulan Ramadan bukan tantangan mudah. Butuh komitmen untuk bisa membatasi penggunaan gadget dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih positif.
Atau mengutamakan interaksi manusia langsung, agar kita bisa memastikan selama Ramadan menjadi momen yang benar-benar penuh berkah dan ketaatan spiritual.
Faktor yang paling klasik menjadi alasan, tentu saja soal ketergantungan dan kecanduan. Banyak anak-anak merasa sulit untuk melepaskan diri dari gadget karena telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Apalagi di saat banyak waktu luang selama puasa ramadan.
Sehingga gadget pun dijadikan alat oleh para orang tua untuk membujuk anak-anak mereka agar mau berpuasa, dan diharapkan bisa "lupa" dengan puasanya dan bisa berpuasa sehari penuh.
Padahal porsi penggunaan gadget, apalagi platform medsos yang berlebihan justru sering membawa mudharat atau ketidakbermanfaatan, karena banyak platform sering kali dipenuhi dengan konten yang tidak perlu, bahkan negatif.