Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Biar Sedekahnya Berkah, Ikuti Saja Sunnahnya

18 Maret 2024   23:54 Diperbarui: 27 Maret 2024   17:01 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak perempuan bersedekah kepada sepasang peminta-minta sumber gambar hipwee-mnyambungterus.com

"Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah", rasanya nasehat itu tak sekali kita dengar, entah dari orang tua, guru kita di sekolah atau guru mengaji kita. Bahkan dari banyak bacaan yang kita temukan.

Saya sering merasa penasaran jika datang seorang peminta-minta, apalagi jika badannya sehat, segar bugar.

Maka, sebelum memberinya sesuatu, saya suka "menginterogasinya", apalagi kalau si gepeng-nya anak muda. Terbayang seperti siswa di di sekolah sendiri. Pertanyaan dimulai dari, "masih sekolah?, masih ada orang tua?, tinggal dimana?, sama siapa "kerjanya", uangnya di pakai apa?, udah makan apa belum?, dan terakhir, "mau ibu belikan makanan?".

Anak saya sering ketakutan jika saya sedang meng-interogasi, kuatir si peminta sedekahnya marah. Mengapa tak dikasih sedekahnya saja, tanpa banyak ba bi bu. 

Tapi jika ia memang mau dibantu, saya lebih bersedia mengajaknya makan atau membelikannya makanan daripada memberinya uang.

Situasi seperti itu sering membuat kita berada dalam posisi dilematis. Jika terus "dimanjakan" dengan sedekah, maka mereka akan tetap bekerja dalam "profesi" sebagai pengemis. 

Tapi jika tidak, karena nurani kita trenyuh bisa memberontak, apalagi sebagai ibu dan guru, melihat anak-anak mengemis rasanya jadi tersentuh dan sedih.

Tapi begitulah, sejak lama sudah saya putuskan akan memberikan makanan daripada uang!.

Ilustrasi seorang anak yang belajar bersedekah sumber gambar rumah amal salman
Ilustrasi seorang anak yang belajar bersedekah sumber gambar rumah amal salman

Siapa yang harus jadi prioritas sedekah?

Sewaktu saya kecil, jika ikut ayah ke mesjid, ada kotak amal, ayah akan memberi saya uang dan memintanya memasukkan uang ke dalam kotak amal itu. Kebiasaan itu melekat dalam ingatan hingga sekarang dan menular jika bertemu dengan seseorang yang merasa membutuhkan.

Memang bersedekah itu amalan yang dianjurkan setiap ajaran agama, apalagi bagi seorang Muslim. Dan secara personal memberikan sensasi kebahagiaan tersendiri yang sulit diukur.

Tapi jika muncul pertanyaan, apakah peminta-peminta di jalan harus diabaikan agar tak keterusan, atau siapakah yang paling utama kita prioritaskan untuk menerima sedekah pemberian kita?.

Sejak kecil kita diajarkan bahwa sebuah sedekah bernilai pahala yang besar, tentu saja  itu menjadi bagian dari keimanan kita, sekaligus bisa membersihkan harta dan juga memperlancar rezeki. 

Bahkan sedekah menurut yang kita yakini dalam ajaran agama, tidak akan pernah mengurangi kekayaan kita, tapi justru menjadi pintu masuk rezeki lainnya.

Sedekah pada intinya adalah bentuk atau manifestasi dari cara kita menolong sesama. Dan agama mengajarkan, agar "tangan kiri tak mengetahui jika tangan kanan bersedekah". Maksudnya tentu bukan menyembunyikan tangan kiri saat bersedekah. Tapi sebaiknya jika bersedekah tak perlu Riya atau digembar-gemborkan.

Dan sebaiknya juga sedekah yang paling utama juga diprioritaskan kepada keluarga, saudara, kerabat ataupun orang terdekat dulu, agar manfaatnya lebih tepat sasaran, dan mungkin bisa membantu saudara kita menjadi lebih berdaya.

Ilustrasi anak berbagi dengan para merpati sumber gambar amalsoleh.com
Ilustrasi anak berbagi dengan para merpati sumber gambar amalsoleh.com

Sedekah kepada orang yang membutuhkan

Akan lebih baik jika orang yang akan kita bantu, kita kenal dengan baik dan tahu masalahnya. Bisa saja saudara kita sendiri, sahabat atau siapapun yang menurut kita dianggap layak, tapi juga baik. Bantuan kita harapkan bisa memberinya manfaat jangka panjang, jika ia mau berusaha. 

Sedekah kepada orang yang memusuhi

Lho, apa tidak salah?. Siapa tahu justru dengan kita membalas "kejahatannya" dengan kebaikan akan membuatnya berubah pikiran dan berbalik menjadi saudara kita. Itulah yang diajarkan dalam agama kita, membalas kejahatan justru dengan kebaikan.

 Sedekah kepada keluarga dan kerabat

Sedekah kepada keluarga dan kerabat lebih utama dibandingkan sedekah yang dilakukan kepada orang miskin. Ini dikuatkan dalam sebuah hadist riwayat Imam Nasa'i.

"Sedekah untuk orang miskin, nilainya hanya sedekah. Sementara sedekah untuk kerabat, nilainya dua; sedekah dan silaturahmi." (HR Nasa'i).

Sedekah ketika sedang sehat

Memang ada orang yang bersedekah saat didera sakit dengan harapan kebaikan sedekahnya akan memberinya berkah dan hikmah pada kesembuhan.

Meskipun hal itu tidak dilarang, namun dianjurkan sebaiknya kita bersedekah justru saat sehat, dan menikmatinya sebagai sebuah kebahagiaan tersendiri, dan "tak mengharapkan pamrih"

Sedekah suami kepada istrinya

Lho kan sudah jadi istrinya, mengapa disebut sedekah?, bagi seorang laki-laki yang telah berkeluarga, sedekah yang pahalanya sangat besar justru saat ia memberikan rezeki yang didapatnya dalam bentuk nafkah untuk istri dan anaknya, karena itu kewajiban utama.

Jadi niat sedekah yang amalan yang paling mudah dikerjakan ternyata justru dari suami untuk istri dan anak-anaknya sendiri!. 

Mungkin dengan memahami esensi tersebut, kita tak lagi bimbang bagaimana sebaiknya bersikap jika memang "diharuskan" oleh nurani kita untuk berbagi sedekah.

Dan seperti kebiasaan saya, lebih memilih memberi makanan daripada uang, setidaknya menjadi sebuah solusi bagi saya sendiri sampai saat ini, daripada bingung-bingung, mau sedekah tapi kok takut membuat orang jadi malas dan manja.

Semoga bermanfaat ;),

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun