Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Ngabuburide Kali Ini Harus Berakhir di Labkom!

17 Maret 2024   00:00 Diperbarui: 18 Maret 2024   14:00 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kapal apung seberat 600 ton yang kini terdampar di tengah kota. (Sumber gambar: Dokpri rini wulandari)

Setiap tusuk sate berisi lima daging dengan ukuran dua kali ukuran sate di tempat lain. Dan yang menarik tentu saja bumbunya, tak cuma bumbu kacang, tapi ada pilihan toping bumbu khusus yang jadul, kecap dan cabe rawit iris yang pedas. Ditambah nasai pulen panas, aduhai.

Tapi kalau pilihannya jatuh pada mie Aceh, jika kantong sedang cekak pilihannya ke penjual Mie Tauris, di bilangan daerah Peurada Utama di jalur jalan raya utama menuju kota. Sekitar lima kiloan dari rumah.

Tapi jika mau habis-habisan soal kepuasan rasa kami akan memilih kedai mie Midi di daerah Peuniti di pusat kota. Menu favoritnya adalah mie Aceh dengan tambahan kepiting, cumi atau tirom atau tiram.

Meski dibanderol dengan harga lumayan dibanding tempat lain sekitar 25 ribu rupiah per porsi, tapi cita rasanya seperti kata mantan walikota Banda Aceh, Pak Aminullah, cuma punya tiga rasa; enak, enak sekali dan sangat enak!.

Tapi jika cuma mau berleha-leha sambil menikmati udara pantai yang semilir di bawah cemara kami memilih ke Pelabuhan Ulheleue. Pelabuhan utama penyeberangan ke Pulau Sabang, Pulau di mana titik Nol Indonesia berada.

Makanan yang disajikan disana sangat khusus, jagung bakar dan gorengan. Menikmati buka puasa di pinggir pantai punya kepuasan sendiri.

Padahal sejak tsunami, daerah itu nyaris ditinggalakna para penduduknya, karena hampir setengah kilo pemukiman penduduknya lenyap menjadi lautan. Dan lokasi itu menjadi salah satu episentrum tsunami yang paling dahsyat, karena dari sana juga sebuah kapal pembangkit listri yang bobotnya 600 ton diseret ombak tsunami hingga 5 kilo jauhnya.

kapal apung seberat 600 ton yang kini terdampar di tengah kota. (Sumber gambar: Dokpri rini wulandari)
kapal apung seberat 600 ton yang kini terdampar di tengah kota. (Sumber gambar: Dokpri rini wulandari)

Tapi kini justru menjadi salah satu situs wisata tsunami terkenal. Apalagi disana terdapat sebuah masjid bernama Baiturrahim, measjid yang berada tepat di bibir pantai darimana ombak raksasa tsunami datang.

Tapi anehnya justru masjid itu menjadi satu-satunya bangunan yang tinggal, sementara ratusan bangunan beton lainnya ambruk di bobol tsunami.

Itulah paling tidak tempat favorit saya sekelurga saat ramadan, hampir setiap tahunnya. Bagaimana dengan sahabat kompasianer lainnya. Jika kapan-kapan ada waktu ke Banda, saya bersedia kok di traktir ;),   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun