Berasal dari bahasa latin, "editum" secara harfiah bisa bermakna "yang diedit" atau "yang telah disunting". Dalam konteks bahasa Latin, "editum" juga merujuk kepada sesuatu yang telah diterbitkan atau dipublikasikan, atau yang telah melewati proses penyuntingan atau revisi.
Mungkin akan ada yang bilang, kan sudah berlalu jadi tak akan bisa berpengaruh apapun bagi si penulis kompasiana kalau harus dikaitkan dengan urusan K-reward dan sebagainya.
Termasuk, barangkali isunya yang tak lagi up to date dengan situasi kekinian. Tapi bagaimana jika alasan itu berkaitan dengan adanya usaha dari si penulis  "meningkatan kapasitasnya?", melalui proses "belajar".
Mungkin saat memasuki dunia Kompasiana dan menjadi Kompasianer pemula, banyak penulis yang memulainya hanya sekedar sebagai hobi. Lantas minat dan ekspektasinya berubah menjadi "penulis serius".
Bahkan tak sedikit yang belajar dari para seniornya yang sudah menerbitkan buku, agar terpancing ikutan bisa punya buku sendiri atau kolaborasi. (soal ganjalan ISBN yang masih krisis, mungkin bisa diupayakan jika memang diniatkan menulis dengan serius atau barangkali koleksi artikelnya keren dan bernilai komersil).
Seorang kenalan saya Direktur Gramedia Banda Aceh, almarhum Pak Kris pernah bilang, "ayolah Bu, nulis buku motivasi sebagai guru kan banyak tuh kisahnya, apalagi tiap hari berurusan dengan murid, kan?". Kami ketemu saat promo peluncuran buku Te O Terriate (genggam cinta) bersama Akmal Basery Nasral.
Pertemuan dan ajakan itu membuat saya kemudian memutuskan untuk segera menyelesaikan draft buku yang kadung sudah tersimpan di folder file di komputer dan blog. Tapi karena ingin sedikit lebih baik hasilnya, jadi sampai dengan saat ini masih menjadi folder kumpulan tulisan.
Karena harapan-harapan seperti itu, maka pada akhirnya semua artikel saya di kompasiana saya perbaharui editing-nya, berharap sebagai "ruang arsip" yang nantinya artikelnya bisa langsung siap pakai.
Jadi meskipun sudah lama dibuat, artikel-artikel itu tetap saya kuatkan dari esensi idenya, atau sekedar memperbaiki typo-nya.
Artikel Tanpa Label
Beberapa artikel lawas saya, terutama yang di awal "merintis karir menulis di kompasiana ;)," ada yang tak diberi label oleh admin. Bisa jadi substansinya ngawur atau memang terlalu bagus jadi admin kuatir nanti jadi viral, jadi tak diberi label ;),
Tapi memang ada artikel yang berasal dari kumpulan buku kolaborasi yang saya unggah ulang di kompasiana dengan banyak editing disana-sini, termasuk judulnya. Dan barangkali karena mencantumkan sumber asal tulisan dari buku kolaborasi, admin menganggap tak ada effort-nya, jadinya tak diberi label.
Setidaknya saya punya empat artikel tanpa label yang salah satunya karena "dikunci" admin saat ikut menulis dalam rangka lomba artikel yang bersponsor. Karena dikirim mepet waktu menjelang closing, sehingga admin tak sempat lagi memberi label ;),
Sekedar ingin berbagi, berikut 3 artikel saya tanpa label itu. Pecandu Kopi Bilang, Kopi Itu Digiling, Bukan Digunting!, Membangun OVOP "Page Gampong", Sebagai Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat yang Unik, Dilema Diaspora, Jadi Isu Menarik Debat Capres Tapi Minim Realisasi,Â