Ditambah lagi kan masih "anak bawang", sehingga tulisannya masih amburadul juga, seperti yang masih saya lakukan ;), dan sekarang juga masih terus belajar.
Tapi saya sudah mengenal beberapa penulis asal "rumah besar" kompasiana yang selalu memberi inspirasi via bukunya, karena menjadi salah satu referensi bacaan dan penambah semangat menulis yang "baik dan benar" ;).
Seperti buku Tanpa Gaptek dan Gupsos: Menuju Generasi Indonesia Bisa! karya Pak Kusmayanto Kadiman yang "menghuni" pustaka rumah, adalah karya seorang kompasianer yang juga merupakan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB). Menurut penuturan beliau, karya tulisnya itu dikumpulkan selama ia menulis di Kompasiana.
Hingga akhirnya karena kesibukan yang tak tertahankan setelah menjabat sebagai Rektor, menulis di kompasiana di jeda, tapi menulis tetap menjadi salah satu kebiasaan yang terus dijaganya sebagai rutinitas.
Buku yang super keren itu sangat mencerahkan. Meskipun berlatar belakang ilmu sains, tapi ulasan Pak Kus soal masalah sosial, tajam dan keren banget.
Beberapa testimoni menyebut, bahwa  buku itu menguraikan apa itu Gagap Teknologi (Gaptek) dan Gugup Sosial (Gupsos). Kemudian menjelaskan mengapa Gaptek dan Gupsos menjadi batu sandungan bagi upaya anak negeri memberikan nilai tambah bagi kekayaan alam dan kekayaan hayati Nusantara.Â
Nilai tambah ini yang berpotensi sebagai penjungkit dalam menggapai cita kesejahteraan rakyat dan kedaulatan berbangsa. Tanpa kesungguhan mengatasi gaptek dan gupsos akan sia-sialah menghasilkan Generasi Indonesia Bisa
Bahkan Faisal Basri, rekan dari fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, menyebut bahwa intelektual humanis seperti Pak Kus menjelaskan yang rumit menjadi gampang dicerna.
Apalagi ditengah desakan teknologi digital. Bahwa teknologi tak pernah berkembang dalam ruang vakum sosial. Ia senantiasa tumbuh sejalan dengan konteks perkembangan masyarakat. Sebaliknya, di zaman kini, sulit membayangkan masyarakat bisa tumbuh tapi abai pada teknologi. Inilah era digital society.Â
Buku Pak Kus berusaha memotret hubungan resiprokal antara teknologi dan masyarakat itu dengan renyah dan memukau. Itu kata Sandrina Malakiano, Deputy CEO PolMark Indonesia Inc. Masih ingat kan siapa dia?.
Bahkan dengan memperkenalkan konsep kolaborasi tripartit pemerintah, peneliti, dan industri, Pak Kus memperlihatkan bagaimana Indonesia bisa jadi bangsa modern, bersih, dan terhormat bila seluruh kelompoknya bersatu, begitu kata Amir F. Manurung, penulis buku 'Komersialisasi Teknologi' 2012".
Coba bayangkan kompasianer setingkat Pak Kus yang rektor ITB, dan sibuk saja terus menulis dan membuat buku, tentu saja itu membuat saya dan mungkin banyak kompasianer akan merasa "disemangati" agar bisa berkontribusi lebih baik lagi untuk negeri.
Kata imam Al-Ghazali, salah satu seorang cendekiawan muslim yang terkenal, "Apabila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah!" . Menulis merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan oleh banyak orang, dan bisa membuat banyak orang mengingat kita dari karya yang dihasilkan.
Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan "karya terbaiknya" ;),, masa kalah sama harimau.