Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Gadis Badut Kecil dan Ribetnya Solusi Atasi Lingkaran Setan Gepeng!

14 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 21 Maret 2024   10:28 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbagi makanan pada pengemis sumber gambar beritapublik.co.id

pengemis berbaju badut di pinggiran jalan sumber gambar tempo.co
pengemis berbaju badut di pinggiran jalan sumber gambar tempo.co

Lingkaran Setan Masalah Sosial

Fenomena sosial keberadaan para gepeng-gelandangan dan pengemis, bukan sesuatu yanag aneh dan hampir bisa kita jumpai di kota-kota besar. Bagaimana sebenarnya kita sebagai masyarakat harus bertindak?.

Bagaimana kita mesti mengambil sikap?, apakah tetap berbagi kepedulian dan belas rasa kasihan, atau justru mengikuti himbauan pemerintah menahan diri tak memberi sumbangan dijalanan agar praktik seperti itu bisa berakhir?.

Jika itu dilakukan, bagi sebagian orang hal itu rasanya bertentangan dengan hati nurani, apalagi kala ramadan, orang sedang senang bersedekah. Dan dalam kasus seperti yang saya alami, gadis kecil dijalanan, saat hujan dan hampir menjelang tengah malam. Semua kenyataan itu mengingatkan saya pada gadis kecil saya di rumah.

Bagaimana seharusnya pemerintah dalam mengatasi persoalan kesejangan sosial seperti ini. Mengapa seolah masyarakat tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah, mengingat tetap masih ada saja temuan gepeng-gelandangan dan pengemis di jalanan.

Jika merujuk pada amanat Undang-Undang Dasar saja, terutama tentang tanggungjawab dan perlindungan anak oleh Pemerintah, tentu saja tanggungjawab tersebut mestinya dijalankan pemerintah dengan "benar".

Namun dalam praktiknya apa yang sebenarnya terjadi, benarkah pemerintah selama ini tak pernah peduli dan tak bertanggungjawab, atau ada fenomena lain yang terjadi di balik itu semua?.

Ilustrasi badut imut mengemis di jalan raya sumber gambar kumparan
Ilustrasi badut imut mengemis di jalan raya sumber gambar kumparan

Dalam praktiknya sering kita temui kasus dimana seorang pengemis dengan profesinya, bisa mengumpulkan uang hingga puluhan juta rupiah hanya berbekal belas kasihan dan kepedulian orang lain.

Fenomena itulah yang ternyata menjadi akar masalah mengapa gepeng terus ada dan bahkan berkembang di perkotaan. Sumbangan orang di jalanan membantu menyuburkan praktik para pengemis tersebut.

Suatu ketika, seorang pengemis di tangkap petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang sedang bertugas menertibkan para gepeng.

Setelah ditangkap dan diangkut ke tempat penampungan milik dinas sosial untuk mendapat penanganan dan rehabilitasi, saat ditawarkan pekerjaan sebagai petugas kebersihan di DLHK3 , para gepeng tersebut menolak, dengan alasan bahwa penghasilan mereka jauh lebih besar daripada yang ditawarkan oleh Pemerintah. Nah, lho!

Hal itulah yang menjadi salah satu sebab, ketika para gepeng di tangkap, saat dilepas kembali mereka akan kembali ke "habibat" semula berprofesi menjadi pengemis. Selain alasan pekerjaannya sangat mudah, hasilnya juga fantastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun