Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dari Panggung Hiburan ke Gedung Dewan, Transformasi Artis Jadi Politisi, Kita Tunggu Bukti Kiprahnya!

3 Maret 2024   16:17 Diperbarui: 17 Maret 2024   02:05 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama tidak menabrak rambu-rambu sistem pemilu tentu saja tak akan dipermasalahkan, meskipun sebagian kalangan menganggapnya tidak fair. Aturan yang jelas saja dilanggar apalagi yang abu-abu.

Komeng adalah sebuah potret fenomenal yang mencuat belakangan ini, sebagai bukti syahih bahwa pertimbangan parpol menjadikan banyak artis meraih suara pemilih tinggi karena keberadaan fans base di belakang popularitasnya.

Komeng sebagai calon anggota DPD RI bahkan bisa mengungguli perolehan suara  pasangan capres Ganjar Pranowo dan cawapres Mahfud MD.

Seiring digitalisasi menjadi "raja" informasi, fenomena artis di politik diuntungkan dengan keberadaan budaya pop dan massa yang menjadi konsentrasinya. 

Sekalipun kehadiran artis jadi politisi tidak sepenuhnya sesuai agenda kebijakan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat yang paling mendasar. Substansi politiknya diragukan melalui stigma atas kehidupan ala artis yang dipenuhi gimmick dan drama.

Ini memang harus dilawan oleh para artis, tak sekadar cuma kuat dalam pencitraan tapi harus kuat kapabilitas. Melihat bagaimana Komeng berkomentar ketika ditanya"kesiapannya", siap tidak siap harus maju karena sudah dipilih dan itu artinya "amanah". Siap nantinya harus diartikan sebagai "pembelajaran" untuk penguatan kapasitas.

Sebagian dari artis akan butuh pembekalan untuk pemahaman politik yang mendalam, bukan sekedar bisa terlibat dalam acara seremoni, tapi juga menyumbang urun pikir dalam membuat kebijakan. 

Dan bagaimana mengimplementasikan kebijakan itu di lapangan untuk menyelesaikan berbagai masalah berdasarkan skala prioritas yang ada.

Bukan cuma bisa membagi ikan saja, tapi juga bagaimana memberdayakan kail agar bisa menjadi alat penghasil ikan yang bisa terus bermanfaat. Inklusivitas politik telah memungkinkan setiap individu dari berbagai latar belakang berpartisipasi sebagai salah satu ciri penting dari demokrasi yang matang. 

Semoga kehadiran para artis tidak membuat parpol lupa diri karena sudah sampai pada target merebut suara saja, parpol tak boleh lupa pada esensi dari rekruitmen itu harus dilengkapi dengan pengalaman dan keterampilan berpolitik (sekalipun harus di karbit).

Dengan cara itu, anggap saja parpol sedang berinvestasi dalam pengembangan kapabilitas politik calon anggota legislatif, termasuk para artis. 

Dengan fenomena Komeng yang mencuat, tentu kontrol publik pada keberadaan artis jadi politisi akan semakin kritis. Jadi waspadalah selalu, jika anda artis dan caleg, kinilah saatnya membuktikan bahwa bukan cuma popularitas doang yang bisa membuat nama artis besar, tapi juga "cerdas intelektual", hayo sanggup nggak menjawab tantangan itu?.

Rerefensi; 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun