Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ternyata Istirahat Juga Butuh Quality Time, lho!

18 Februari 2024   23:53 Diperbarui: 19 Februari 2024   03:30 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pexels/MONSTERA PRODUCTION

"Jangankan tidur, istirahat aja nggak punya waktu, kecuali ishoma!", gerutu teman guru saat kami sama-sama sibuk menyelesaikan tugas, sambil ikutan webinar dan membimbing siswa ikut lomba.

Saat sibuk mengerjakan ini itu disekolah selain mengajar, sebagian dari kita merasa kesibukan itu begitu membebani dan sebagian kita sampai merasa tak punya waktu istirahat. 

Benarkah kita tak bisa istirahat meski sejenak?. Jangan-jangan kita memang salah memahami istirahat harus "total"--dan mungkin sebagian dari kita mengartikannya harus "tidur cukup"?.

Padahal, cukup dan tidaknya istirahat juga relatif. Lantas apa yang bisa disebut "istirahat", agar bisa mengobati over work kita, meski sejenak?. 

Selama rehat makan siang dan ibadah, biasanya saya sempatkan untuk "menikmati" ruangan dengan penyejuk sebisanya. Dan sejauh ini, sedikit banyak bisa membantu mengurangi rasa penat dan memberi tubuh dan pikiran energi baru, meski setengah jam-an.

Bagi sebagian orang, mungkin sulit bisa "menikmati" jeda sejenak dalam kesibukan sebagai istirahat. Padahal, pengalaman saat kita berkendara dan merasa mengantuk, berhenti sejenak di pinggir jalan dan "menikmati" lelap beberapa menit bisa mengobati kantuk, daripada memaksa untuk bertahan terus berjalan atau dengan bantuan minum.

Mengapa tak semua orang bisa beristirahat dengan cukup dalam waktu yang singkat?. Bisa jadi dalam asumsinya yang disebut istirahat adalah harus libur dari aktifitas, atau paling tidak harus tidur!. 

Pemahaman ini membuat kita seringkali terjebak, saat melakukan rutinitas yang pararel dan memaksa kita lembur.

Ilustrasi keluarga ber-quality time sumber gambar FWD passion story
Ilustrasi keluarga ber-quality time sumber gambar FWD passion story

Quality Time

Coba kita ingat-ingat, apakah saat istirahat kita juga "menikmati" penggunaan gawai?,meskipun gawai bisa membantu rileks, tapi dengan begitu banyak fokus perhatian pada konten dalam gawai atau gadget, kita sebenarnya justru tak bisa istirahat. 

Termasuk sekedar memeriksa notifikasi, yang mau tak mau kadang-kadang harus kita balas dan akhirnya berbalas pantun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun