Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tawuran dan Remaja Nakal, Salah Siapa?

28 Januari 2024   00:19 Diperbarui: 2 Februari 2024   20:32 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi remaja berkelompok sumber gambar GenPI.co

Berdasarkan data Indonesia Baik, Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2023 mencapai 25,90 juta orang. Dibandingkan September 2022, jumlah penduduk miskin menurun 0,46 juta orang, namun intinya jumlah itu masih cukup besar.

Pengawasan orang tua yang menurun akibat lebih fokus mengatasi kondisi ekonomi keluarga yang sedang krisis. Dalam ketiadaan kontrol dan tekanan ekonomi, anak-anak berkecenderungan mencari jalan eksistensi sendiri. Ada perubahan pola pengasuhan anak, ditambah lagi akses anak-anak terhadap gadget (gawai) meningkat pesat.

Orangtua yang tidak sepenuhnya memiliki waktu, atau bahkan gagap teknologi (gaptek), menyerahkan sepenuhnya penguasaan gadget pada anak-anak tanpa pengawasan yang ketat atau bahkan sama sekali tidak diawasi.

Pola pengasuhan yang tanpa kontrol dan minim perhatian itulah yang membuat anak dan remaja mencari identitas diri di luar rumah. Kondisi memburuk jika lingkungan juga tidak memberikan fasilitas dan perlindungan serta dukungan moral yang baik kepada mereka.

Bagaimanapun sebagai mahluk sosial, ada "ketergantungan" semacam simbiosis mutualisme dengan orang lain maupun lingkungan. Tidak setiap orang memiliki kondisi sosial yang baik. Masalah internal, kepribadian, bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Kondisi sosial-ekonomi selama krisis, memunculkan banyak fenomena tindak kekerasan, tawuran yang juga dipicu kondisi kegagalan sosial tersebut.

Mencari Jalan Tengah

Salah satu bentuk solusi yang langsung saya  ambil adalah membatasi "Jam keluar" anak, hingga pukul 22.00 wib saat malam hari, karena di jam-jam tersebut lalu lintas masih relatif ramai terutama di lingkungan kampus, sebagai tindakan antisipasi sampai situasi kondusif.

Tanggungjawab mengatasi persoalan ini butuh andil semua pihak, orang tua, lembaga pendidikan, termasuk Pemerintah dan tentu saja komunal.

Bagaimanapun perlu adanya inisiatif komunal yang harus dilakukan sebagai solusinya  untuk meminimalisir masalah, karena masalah sosial ini juga tanggung jawab komunal. Masing-masing orang tua bisa mengambil kebijakannya sendiri disesuaikan dengan kesepakatan dengan anak-anak mereka.

Orang tua juga harus bersikap lebih proaktif tapi tidak mengekang, dengan menanyakan kabar dan kondisi jika anak-anak bepergian dalam waktu lama, apalagi di malam hari.

Jika menyerahkan sepenuhnya pada masing-masing personal untuk menjaga diri juga tak sepenuhnya tepat sebagai solusi. Mereka juga butuh bimbingan dan kontrol dari orang tua dan masyarakat.

Jika menyerahkan ke sekolah sebagai solusi dengan mendorong para remaja belajar beranggung jawab melalui pembelajaran agama, mendorong keterlibatan dalam kegiatan eskul, sebagai ruang positif mengurangi gejolak beraktivitas negatif, solusi itu tidak cukup, bahkan terkesan formalitas belaka.

Namun, solusi sejatinya tidak hanya bersifat individual, melainkan juga memerlukan keterlibatan komunal yang kuat dan keterlibatan semua pihak. Masyarakat harus bersikap proaktif dalam melihat dan melaporkan perilaku negatif, serta mendukung upaya-upaya edukasi persuasif. 

Fenomena kenakalan remaja dan kejahatan kelompok merupakan hasil dari simbiosis mutualis yang kompleks antara faktor sosial, ekonomi, dan teknologi, termasuk juga  kewaspadaan komunal yang kurang. Hanya melalui pendekatan yang holistik dan kolaboratif, kita berharap bisa meredam dampak dari fenomena ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun