Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Guru Juga Manusia, Mereka Butuh Suntikan Semangat Jika Motivasinya Kendor!

21 Januari 2024   22:23 Diperbarui: 24 Januari 2024   10:04 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa belajar dengan keterbatasan fasilitas sumber gambar baktinews.com

"Namanya juga manusia, pastilah ada saat kita merasa jenuh dengan pekerjaan. Apalagi jika ada masalah di luar sekolah yang membuat kita tertekan dan berpengaruh pada pekerjaan kita" ,"Saya sering merasa butuh waktu tambahan cuma waktu habis libur aja, setelahnya ter-cas sendiri baterai motivasinya, apalagi teringat serunya mengurus anak-anak disekolah".

Ketika guru didera turunnya motivasi, sebenarnya itu sangat manusiawi, apalagi sekarang ini profesi guru tak melulu hanya dikejar oleh orang bercita-cita jadi guru. Kini banyak mahasiswa memilih jurusan pendidikan guru karena faktor kesejahteraan yang membaik dibalik profesi guru. 

Begitu juga dahulu, banyak orang memilih profesi guru karena waktunya lebih fleksibel dan tak menyita waktu seharian sehingga tetap bisa mengurus keluarga, terutama para perempuan

Tapi semuanya kini berubah, bahkan sejak masuk ke dalam Program Kurikulum Merdeka, banyak pekerjaan lain yang tidak hanya berhubungan dengan aktifitas belajar mengajar sebagai agenda tambahan kerja para guru.

Dan pada akhirnya, seperti jenis pekerjaan lain yang menyita waktu, profesi guru juga membutuhkan waktu kerja yang lebih banyak bahkan termasuk waktu istirahat bersama keluarga di rumah. Tuntutan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), mengurus PMM dan lainnya yang harus dituntaskan sesuai target waktu tertentu.

Membangun Motivasi Dengan Banyak Cara

Jadi, setiap guru merasakan pengalaman yang berbeda sesuai dengan kekuatan motivasi yang dimilikinya. bisa bersemangat, biasa-biasa saja atau justru merasa terbebani, jenuh dan mungkin jadi malas.

Seringkali kita mengalami situasi saat tiba-tiba kehilangan mood mengajar, sehingga kita merasa "malas", seperti kasus post holiday blues, padahal jika kita kaitkan dengan tingkat beban kerja, setiap guru kurang lebih sama, apalagi ketika kita berhadapan dengan transisi penggunaan Kurikulum Merdeka yang banyak tantangannya. 

Banyak cara membangkitkan kembali motivasi diri kita sendiri sebagai guru. Dengan pengalaman masing-masing guru selama ini, sebenarnya kita telah memiliki ritme atau pola tersendiri, karena meskipun pekerjaan kita jenis yang monoton, namun bentuk interaksinya sangat dinamis dengan para siswa di sekolah.

Bandingkan dengan Pengalaman Sendiri

Ini adalah cara menguatkan motivasi yang paling realistis. Ketika kita membandingkan pengalaman kita sendiri dengan kesulitan yang mungkin dihadapi oleh guru lain. 

Kita semua pasti menyadari bahwa setiap orang memiliki perjuangan masing-masing, dan hal inilah yang bisa menjadi sumber motivasi bagi kita, karena ketika kita menyadari dan menghargai perjuangan para sahabat guru lainnya, akan membantu kita membangun motivasi diri untuk terus berkontribusi bagi pencerdasan generasi kita.

Berpikir Empati

Ketika kita memikirkan siswa saja dengan berbagai masalah yang mereka hadapi untuk bisa bersekolah, berangkat sekolah, cara belajarnya, bagaimana mereka berjuang melawan perubahan disekitar mereka, perkembangan mereka sendiri, tantangan disekolah (stigma daan lain-lain), tantangan di rumah. Rasa empati yang muncul bisa menjadi motivasi agar kita juga berjuang keras demi semua anak didik kita.

Bagaimana bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi mereka, mungkin sebuah masa depan impian mereka. Dan kita para guru membantu mengantarnya dengan segala daya yang kita bisa.

Begitu juga ketika kita mendengar dan melihat kisah para guru lainnya, perjuangannya. Ketika kita terlibat secara empati dengan pengalaman sulit yang dihadapi oleh guru-guru lain. 

Kita bisa merasakan perjuangan mereka dan bisa merasakan betapa pentingnya peran kita sebagai guru. Bayangkan jika di posisi mereka, melintasi sungai setiap hari, apalagi saat hujan dan banjir.

Banyak kisah yang bisa menjadi acuannya, seperti kisah Pak Devi menjadi kepala sekolah baru di SMPN 4 Cidadap Satu Atap yang ada di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi. Satu kisah itu saja bisa memotivasi kita agar tak mudah gampang kendor motivasinya sebagai guru.

Pelajari Kisah Inspiratif

Saat peringatan hari guru, media paling sering menyuguhkan banyak kisah inspiratif perjuangan para guru dan siswa ketika harus bersekolah. Kisah-kisah inspiratif para guru yang menghadapi tantangan besar dan tetap bersemangat, seperti kisah Butet dan Sekolah Rimbanya

Banyak buku, artikel, atau video dokumenter bisa menjadi sumber inspirasi yang memotivasi kita menguatkan  motivasi agar tak didera rasa malas atau tertekan karena kesibukan aktifitas di sekolah.

Bahkan kisah seorang anak didik saya yang hidup sendirian di rumah, tanpa ayah, sementara ibunya bekerja di luar negeri, membuat saya selalu terenyuh. 

Apalagi ia begitu gigih ke sekolah, sekali waktu ia terlambat sekolah, ketika saya tanya mengapa terlambat, ia menjawab jika ia lelah bekerja seharian dan malamnya tidur larut sehingga telat dan tak ada yang membangunkannya di pagi hari karena ia hanya tinggal seorang diri. Dari sanalah saya tahu kisah sebenarnya.

Kisah itu membuat saya menyadari bahwa di balik setiap siswa selalu ada "cerita",  saya juga telah menuliskan kisah serupa di kompasiana edisi awal. "Rayana, Ibu Akan Selalu Menunggumu"

Membangun Motivasi Dari Kisah Guru Lain

Mengingat bahwa tak setiap saat kita siap mengajar, karena banyak masalah yang kita hadapi dan bisa membuat kendor motivasi kita sebagai guru saat harus mengajar atau ke sekolah.

Dengan melihat pengalaman kesulitan guru lain sebagai sumber pembelajaran, kita dapat mengadaptasi strategi atau kebijakan yang telah berhasil digunakan oleh mereka untuk meningkatkan kinerja kita.Bagaimana mereka bertahan dengan tantangan yang berat, bagaimana solusinya, dan apa cara terbaik mereka bertahan.

Membaca kisah "travel story-nya" kompasianer guru, Ibu Tati Ajeng Saidah saat ngajajap atau mengantar teman ke tempat tugas yang baru, sahabat gurunya dari SMPN 2 Cibadak, Bapak Devi Hafiludin, S.Ag, M.Pd yang ditempatkan di SMPN 4 Cidadap Satu Atap yang ada di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi.

Saya langsung terbayang kerja dan dedikasi luar biasa para guru di sekolah baru Pak Devi, lokasi sekolah barunya itu tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4, perjalanan harus ditempuh sejauh 85 km selama kurang lebih 3,5 jam. 

Jalan yang dilalui banyak berlubang bahkan ada jalan yang berbatu karena aspalnya sudah habis, dengan pemandangan pepohonan yang masih asri.

Bahkan jarak dari Sagaranten menuju ke Cidadap kurang lebih 17 km melewati sebuah hutan yang masih lebat pohonnya. Jalan ke SMPN 4 Cidadap masih berupa jalan tanah dan batu, harus ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 jam apalagi saat hujan.

Bagaimana dengan para siswa yang berjumlah 40 orang tersebut dengan 3 ruang kelas. Begitu juga dengan 8 gurunya, bagaimana perjuangan mereka selama ini, dan sampai kapan mereka harus menjalani itu semua.

Banyak dari kita para guru mengeluh ketika berhadapan dengan banyak tekanan pekerjaan, namun disebalik itu ternyata banyak sekali sahabat guru lainnya bekerja tak hanya dengan tekanan pekerjaan, tapi harus diawali perjuangan luar biasa, berjalan kaki melewati sungai, kebun, laut, hutan dan area lainnya yang tidak mudah dijangkau.

Ilustrasi siswa belajar dengan keterbatasan fasilitas sumber gambar baktinews.com
Ilustrasi siswa belajar dengan keterbatasan fasilitas sumber gambar baktinews.com

Salah seorang saudara saya bekerja di sebuah sekolah berjarak 100 kilo lebih dari rumah, berada di atas gunung. Jika harus pulang pergi akan sangat luar biasa jarak tempuhnya. Sehingga ia putuskan harus tinggal di perumahan yang tersedia di sekolah bersama keluarganya, yang sunyi dan jauh dari perumahan penduduk. Apalagi saat malam hari.

Daerah tersebut masih banyak dilintasi oleh satwa gajah dan harimau, sehingga di malam hari ia tak bisa leluasa keluar rumah. Bagaimana jika sakit?. "Dilarang sakit", kata saudara saya itu sambil bercanda. Karena mengingat hal itulah saya selalu mensyukuri keberadaan saya saat ini. 

Memanfaatkan pengalaman dan kisah kesulitan guru lain sebagai sumber motivasi bisa menjadi cara yang efektif mengatasi motivasi yang kendor. 

Tentu saja dengan selalu berusaha membangun sebuah pola pikir yang positif (positif thinking) dibalik semua perubahan dan transisi, termasuk saat ber-kurikulum merdeka yang saat ini yang sedang kita jalani. Agar kita benar-benar "merdeka" secara pribadi.

Terhubung dengan Komunitas Guru

Saya bisa merasakan adanya tambahan motivasi ketika secara rutin bergabung dengan komunitas guru, seperti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), saling bertukar pengalaman, sharing masalah yang ditemui saat proses belajar mengajar, baik secara lokal maupun online. 

Berbagi pengalaman dengan rekan sejawat bisa memberikan dukungan dan memotivasi, serta membantu kita untuk melihat bahwa sebenarnya kita memang tidak sendiri dalam perjuangan mencerdaskan dan membangun pola pikir yang lebih maju bagi anak-anak kita.

Memanfaatkan Platform Menulis Kompasiana

Saya menyadari belakangan ini bahwa kehadiran kompasiana sebagai platform menulis blog "keroyokan" ternyata membangun sebuah sugesti luar biasa.

Di satu sisi kita bisa menyalurkan kemampuan kita menulis, termasuk curhatan, serius atau tidak serius, dan disisi lain bentuk dukungan dari admin kompasiana dan para kompasianer memberikan efek sugesti positif yang luar biasa. Bahwa kita tidak sendirian!.

Saya meyakini Kompasiana dapat menjadi "alternatif hiburan cerdas" bagi para guru, termasuk mereka yang berada di tempat terpencil, selama masih bisa mengakses internet sekalipun terbatas. Paling tidak bisa menjadi "ruang curhat dan sharing pengalaman" tentang kehidupan kita sebagai guru.

Dengan begitu banyak pengalaman kita sebagai guru, bagaimana secara personal mengatasi kejenuhan, tekanan, dan belajar dari kesulitan guru lain sebagai motivasi.

Setidaknya kita mungkin akan lebih bisa melihat tantangan kedepan menjadi lebih realistis, sebagai kesempatan untuk tumbuh dan memberikan kontribusi positif terutama pada diri kita sendiri, dan tentu saja kepada dunia pendidikan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun