Keempat; Melakukan Chek Up Jika Diperlukan
Untuk memastikan bagaimana kadar timbal di dalam darah anak kita, tak ada salahnya kita memeriksakan anak ke dokter. Apalagi bagi balita kita yang sering mengalami sakit. Sebagai bentuk kewaspadaan, kita patut mencurigai jika interaksi balita kita dengan mainnya mungkin bisa saja terjadi.
Meskipun tersedia alat yang bisa dibuat sendiri untuk menunjukkan adanya timbal telah tersedia, alat tersebut ternyata belum bisa menunjukkan berapa banyak timbal yang ada dalam sebuah benda, dan tingkat keakuratannya dalam mendeteksi kadar timbal yang rendah belum dapat dipastikan.
Apalagi kebanyakan anak-anak yang terpapar timbal tidak menunjukkan gejala apa pun. Sehingga check up untuk mengetahui kadar timbal dalam darah adalah cara terbaik untuk mengetahui apakah anak kita terpapar timbal, dan harus dilakukan dengan bantuan medis.
Hasilnya nanti bisa menjadi rekomendasi kita untuk memutuskan apakah tes timbal dalam darah diperlukan dan bisa merekomendasikan tindakan tindak lanjut yang tepat jika anak kita terpapar.Â
Jadi sebelum kebijakan larangan penggunaan timbal belum sepenuhnya bisa dilakukan Pemerintah, 4 langkah antisipatif tersebut dapat membantu mengurangi kekuatiran kita. Apalagi mainan dan ruang publik belum sepenuhnya dapat kita ketahui dan kita awasi, apakah memang benar mengandung timbal atau tidak.Â
Dan bagi Pemerintah, mungkin sudah waktunya untuk memberikan "label" atau sertifikasi khusus di area publik bahwa sarana tersebut telah diinspeksi dan bebas dari timbal. Selain menjadi jaminan keamanan kesehatan, sekaligus juga mengedukasi publik tentang bahaya timbal bagi kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H