Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengapa Anak Meniru Kekerasan Para Orang Tuanya?

9 Januari 2024   21:42 Diperbarui: 17 Januari 2024   13:38 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa yang tertekan di sekolah sumber gambar 3.nhk.or.jp/

Lagi-lagi ini juga terlihat klise, karena dalam kehidupan nyata, bentuk dukungan ini sering tak bisa berjalan karena, soal komunikasi saja sudah tersumbat, atau memang sama sekali tak pernah dilakukan.

Ketiga; Manajemen Stres. 

Mencari cara bersama untuk mengelola stres adalah kunci penting. Ini bisa melibatkan pembagian tugas, menyusun jadwal yang lebih teratur, atau mencari bantuan dari anggota keluarga eksternal jika memungkinkan.

Dalam keluarga sederhana sekalipun hal ini sebenarnya dapat dilakukan, selama kedua belah pihak para orang tua, memahami masalah dan tekanan yang mereka hadapi sebagai tanggungjawab bersama. 

Bukan sekedar tanggungjawab suami, atau bantuan istri sebagai bagian dari tanggungjawab dengan mengurus rumah tangga.

Jika konteksnya menyangkut keluarga yang lebih mapan, mungkin solusi yang berkaitan dengan pendidikan keluarga dapat menjadi solusi.  Begitu juga dengan perlunya dukungan pihak ketiga menjadi media yang membantu mencarikan solusi. 

Bantuan terapis keluarga dapat membantu membuka saluran komunikasi dan memberikan strategi untuk mengatasi masalah.

Dalam konteks masalah kekerasan yang lebih luas, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi akar penyebab kekerasan dalam rumah tangga, termasuk pendidikan masyarakat, penguatan peran perempuan, dan penegakan hukum yang efektif. Kesadaran akan dampak trauma masa lalu juga penting untuk memahami sumber dari perilaku kekerasan. 

Kita tak boleh lupa, every individual has a story. Selalu ada alasan yang mungkin bahkan si ibu atau bapak itu sendiri nggak sadar. Menghakimi nggak akan bisa mengubah apa pun. Tapi mencoba memahami kenapa ada orangtua yang bertindak sejauh itu sampai melakukan kekerasan, kita perlu mencari tahu alasannya, mungkin bisa membantu. Membantu menyadarkan mereka bahwa siapa tahu mereka membutuhkan dukungan, atau mungkin bantuan profesional untuk menghentikan tindak kekerasan tidak berlanjut.

referensi: 1,2,3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun