Sebagaimana sering kita cermati dari kasus kekerasan yang dilakukan secara acak oleh banyak orang, trauma masa lalu sering menjadi pemicu yang tak bisa diabaikan.
 Pertama; Trauma Masa Kecil
Sebuah ilustrasi menarik saya temukan di sebuah majalah keluarga. Seorang Ayah melakukan kekerasan kepada istrinya, kekerasan kemudian berlanjut dilakukan oleh sang ibu kepada putranya. Dan kemudian putranya melakukan kekerasan kepada adiknya, dan terakhir adiknya menyerang adik bungsunya yang masih balita.
Kekerasan beruntun itu bukan sebuah ilustrasi biasa. Perasaan marah karena mendapat perlakuan buruk yang tidak diharapkan, memicu perasaan tidak terima, merasa diremehkan dan direndahkan.Â
Si korban merasa bahwa, pelakunya (dalam hal ini para orang tua) merasa karena pelaku adalah orang yang lebih punya kuasa.
Relasi kuasa yang jomplang inilah yang dimanfaatkan oleh si pelaku dan menjadi alasan korban menerima serangan dan perlakukan kekerasan.Â
Rumusan ini kemudian juga berlaku di dalam pikiran dan wujud tindakan si korban, dengan mencari "korban" lain yang bisa diintimidasi tanpa perlawanan berarti.
Maka kekerasan kemudian beruntun terjadi, layaknya sebuah "lingkaran setan", jika tak diputus oleh sebuah solusi yang tepat. Dan seperti banyak kita dengar di media, pelaku kekerasan sering beralasan karena masa lalunya yang sering "mendapat kekerasan dari keluarga".
Pada akhirnya itulah yang terjadi, ketika anak-anak yang dimasa kecilnya mengalami kekerasan dari orang tuanya, dimasa dewasanya saat menjadi orang tua ia akan melakukan tindakan copycate, melakukan tindakan tiruan sebagaimana yang dilakukan para orang tua dan menjadi bagian dari pengalaman masa kecilnya.
Para orang tua yang pernah mengalami kekerasan pada masa kecilnya cenderung akan melakukan tindakan kekerasan "ulang" kepada anak.
Kondisi disebabkan karena lingkungan keluarga yang mereka kembangkan telah cacat, dan sudah terbiasa dengan kebiasaan kekerasan pada masa kecilnya sehingga hal tersebut akan terus terbawa hingga saat menjadi orang tua.
Kedua; Ekspektasi Para Orang Tua yang Ketinggian