Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Benarkah Banyak dari Kita Ternyata "Nimbies"?

9 Januari 2024   12:17 Diperbarui: 11 Januari 2024   17:12 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang membuang sampah dari mobil sumber gambar GRID oto.com

Menurut Ris Sukarma, ini bukan nama pesawat antariksa dari film fiksi ilmiah, tapi singkatan dari "not in my backyard" arti harfiahya "tidak di halaman sendiri". Kalimat ini sering digunakan dalam kaitannya dengan sikap atau pandangan orang terhadap sesuatu yang bukan urusannya.

Kalimat ini dalam kosa kata bahasa Indonesia mungkin bisa dipadankan dengan sikap EGP (emangnya gua pikirin?). 

Para environmentalist--ahli lingkungan paling sering menggunakan istilah NIMBY ketika menilai sikap orang yang tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya, sepanjang hal itu tidak mengganggu dirinya, atau tidak berkaitan dengan dirinya. 

Namun sebenarnya istilah NIMY ini jauh dari makna kosakata yang kini populer di gunakan. Fenomena NIMBY ditemukan di seluruh dunia. Orang yang mengidap sindrom NIMBY terkadang disebut ''nimbies''. 

Frasa ini mengacu pada individu atau kelompok orang yang menentang berbagai jenis pembangunan di komunitasnya karena mereka yakin pembangunan tersebut berbahaya atau tidak diinginkan. Dan mereka tidak peduli jika proyek itu dilakukan ditempat lain, tapi bukan di tempatnya!.

Seiring waktu pemahaman orang dalam menggunakan frasa tersebut berubah menjadi sesuatu yang lebih praktis dan membumi dalam kehidupan keseharian. 

Sesederhana seperti orang membuang sampah dari mobil karena tak mau mobilnya kotor dan bersemut karena sampah tersebut.

Dalam keseharian kita, banyak dari kita yang tanpa kita sadari masih memiliki pola pikir NIMBY, misalnya dengan membuang plastik bungkus permen karena kita berpikir cuma "sampah kecil" yang mungkin berkontribusi kecil bagi sampah kita.

Padahal dari sanalah bibit NIMBY itu bisa tumbuh menjadi pola perilaku yang buruk dalam mengatasi persoalan lingkungan yang lebih besar. 

Seperti ketika kita berpikir bahwa jika sampah disingkirkan dari rumah kita, kita tak peduli mau dibuang dimana sampah itu nantinya (mungkin ke sungai).

Dalam konteks yang lain, perilaku NIMBY juga bisa menular ke dalam pola pikir kita dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. 

Selama masalah itu selesai, dan selama dampaknya tidak dilihat atau dirasakannya lagi itu menjadi bukan urusan saya. Selama itu "not in my backyard--tidak lagi berada di halaman rumah saya".

Mencoba "Melawan" NIMBY

Membangun kesadaran itu butuh proses, dan sayangya juga tidak sederhana dan butuh waktu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun