Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Belajar dari Ethan, Atasi Konflik Berlarut Gunakan Non-Existence Formula Sebagai Alternatif

6 Januari 2024   21:54 Diperbarui: 8 Januari 2024   18:03 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan memulai melihat masalah ini dari sudut film yang baru tiga hari lalu saya tonton ulang, 3 Days To Kill. Meskipun film thriller ini dikritik banyak kritikus film karena dianggap kedodoran jalan ceritanya. Padahal kurang apa coba, sutradara McG dan produser Luc Besson adalah orang yang bertanggung jawab atas film " Taken "," Transporter ", dan "Taxi " yang kondang itu.

Namun yang menarik dari cerita ini adalah bahwa Ethan Runner (Kevin Costner) diceritakan sejak diawal film, bertemu lagi dengan istri dan putrinya yang lama tak dijumpainya. 

Sejak Ethan didagnosa mengidap kanker dan hanya punya waktu tak kurang dari 3 bulan untuk bisa bertahan, ia bertekad menyerahkan hidupnya untuk istri dan putrinya. Namun tetap merahasiakan siapa dia sebenarnya agar keluarganya terhindar dari bahaya.

“Berjanjilah padaku satu hal,” kata istrinya, Connie Nielsen . “Berjanjilah padaku kamu tidak bekerja untuk mereka lagi.” 

Baru saja Ethan mengiyakan janjinya,  Amber Heard mantan bosnya muncul secara misterius menawarkan untuk menyembuhkan kankernya, jika mau bekerja untuknya lagi. 

Penugasan baru itu bertepatan dengan masa perkenalan kembali antara ayah dan putrinya itu. 

Ethan berada di posisi terjepit dan dilematis, antara keinginan bertahan hidup lebih lama demi anak dan istrinya yang lama ditelantarkannya (10 tahun), dan syarat penugasan terakhir yang bisa membuat keluarganya terseret kembali ke dalam risiko tugasnya sebagai agen rahasia.

Disinilah plotnya menjadi rumit sekaligus di seting konyol. Kadang-kadang, melibatkan karakter Costner yang justru meminta nasihat pada para penjahat tentang bagaimana mengasuh anak. 

Ini adalah perangkat komik utama dari skenario film, dan ini cukup membuat jalan ceritanya menjadi tidak nyaman dalam film thriller yang keras. Judulnya saja "3 Hari Membunuh". 

Tapi ini mungkin soal selera sutradara yang maunya harus begitu jalan ceritanya. 

Begitu juga ketika film thriller yang mencoba dipadukan dengan romantisme hubungan ayah dan putrinya yang ditinggal istrinya keluar kota selama 3 hari. 

Dan selama itu Ethan harus menjaga putrinya, memulai hari-hari harus mencoba membangun kembali hubungannya yang asing. Dan harus merawat putrinya untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun setelah berpisah. 

Dan berbagai  tingkah putrinya yang menurut Ethan adalah "masalah".

Tapi menariknya, disinilah cerita tentang bagaimana sebuah keluarga mengatasi konflik diantara mereka dengan Non-Existence Formula bisa kita dapatkan momennya. 

Ketika Ethan berhasil berkomunikasi dengan putrinya dalam banyak hal dan membangun hubungan yang lebih baik antara ayah dan putrinya.

Hubungan ayah dan anak perempuan (Foto:Thehealthsite) 
Hubungan ayah dan anak perempuan (Foto:Thehealthsite) 

Non-Existence Formula

Banyak orang ketika berhadapan dengan konflik berusaha untuk memilih menghindar. Namun tidak selamanya konflik bisa diatasi dengan cara demikian. Apalagi jika orang tersebut berinteraksi dengan kita setiap hari. Misalnya, pasangan, anak, sahabat, rekan kerja atau bahkan bos kita.

Ketika bertemu putrinya, yang sedang tumbuh menjadi gadis remaja, banyak hal menjadi rintangan hubungan ayah dan putrinya itu. Privasi, hubungannya dengan teman sekolahnya, kebiasaan baru bersolek, dan keinginannya untuk bisa diterima kelompoknya yang menurut Ethan buruk--seperti dunia gemerlap (dugem) yang mengkuatirkan.

Namun ketika putrinya mencoba melakukan hal-hal yang kurang baik itu, tantangannya adalah bagaimana Ethan harus memulai komunikasinya, agar ia bisa diterima dan didengar. 

Inilah salah satu bentuk konflik yang harus diatasinya, mencoba masuk ke dalam kehidupan putrinya.

Non-existence formula sebenarnya berkaitan dengan konflik yang sering diabaikan. Dengan kata lain dianggap tidak ada. Namun kondisi ini dapat menjadi buruk jika dibiarkan terus menerus terjadi.

Dalam konteks film 3 days to kill, Ethan sang ayah berhasil membuka komunikasi, mendapatkan penerimaan putrinya. 

Selama ini, ibunya ternyata permisif membiarkan putrinya keluar malam dan tak menganggapnya sebagai masalah, meskipun itu sebenarnya sebuah masalah besar bagi seorang gadis remaja. Terbukti kemudian Ethan yang membantu menyelamatkannya (dengan sebuah "kebetulan" yang lagi-lagi bikin film jadi menarik). 

Dalam kasus ketika seorang remaja putri terbiasa keluar malam dan orang tuanya menganggapnya sebagai hal biasa, para orang tua sewajarnya tentu tidak akan membiarkannya berlarut-larut, apalagi jika menganggapnay sebagai bahaya.

Menurut psikolog dan personal coach Anthony Dio Martin, non-existence formula memiliki 4 tahapan prosesnya; Membuka kembali jalur komunikasi, mengungkapkan harapan kita, berusaha menggali apa keinginan dan maksud orang lain, dan mencoba menyepakati sesuatu yang akan dilakukan bersama sebagai solusi.

Ketika putrinya mulai suka bersolek dan keluar malam, Ethan sebagai orang tua berusaha untuk melakukan pendekatan. Melakukan komunikasi, misalnya dengan menanyakan, apakah tidak sebaiknya kebiasaan malamnya dikurangi, dengan alasan soal bahaya.

Biasanya si anak akan bereaksi negatif, tapi paling tidak dengan "meminta mengurangi karena alasan keamanan" bisa menjadi cara orangtua membuka komunikasi.

Orang tua berusaha meminta respon darinya, misalnya "ayah ingin dengar apakah kamu merasa aktifitas keluar malammu terlalu sering dan bisa membahayakanmu".

Dalam posisi tersebut orang tua berusaha untuk mendengarkan pendapatnya, dan berikutnya mencoba menyepakati sebagai solusinya, misalnya dengan mengurangi aktifitas keluar malamnya menjadi hanya 2 kali dalam seminggu. Orang tua juga tak bisa bersikap egois langsung memaksa melarangnya total.

Prinsip non-existence formula pada intinya mengajarkan sebuah pembelajaran yang sederhana; jika ada masalah jangan diabaikan, namun berusaha untuk dihadapi dan dicarikan jalan keluarnya.

Hal yang terpenting adalah ketika masalah muncul harus berani untuk mengkonfrontasikan masalah tersebut. Tentu dengan pendekatan persuasif, namun berusaha untuk terbuka, agar mendapat kejelasan masalahnya.

Orang tua berusaha terbuka dengan perasaannya, agar putrinya tahu. Dan orang tua juga harus terbuka dengan kebutuhan dan pandangan putrinya.

Karena pada akhirnya tujuan dari non-existence formula ini bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, melainkan mendapatkan solusi yang bisa memenuhi kebutuhan atau harapan dari kedua belah pihak.

Persoalan yang sering menimbulkan kebuntuan adalah ketika kedua belah saling bersikeras, dan tak ada yang mau mengalah. Pendekatan non-existence formula menjadi bentuk pendekatan yang sehat dan dewasa, antara orang tua dan anak, antara atasan dan pegawainya, atau antara kita dan sahabat.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun